Mohon tunggu...
I Gusti Made Widya Sena
I Gusti Made Widya Sena Mohon Tunggu... Dosen - Semoga harmoni sll

Mengajar di Jurusan Yoga dan Kesehatan Fakultas Brahma Widya IHDN Denpasar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesunyian yang Menyenangkan

16 Februari 2018   09:05 Diperbarui: 16 Februari 2018   09:26 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbagai usaha dilakukan seseorang dalam usahanya mencari ketenangan dan kedamaian diri. Sebagian dari kita  menjelajah materi diluar diri dengan mencari dan menikmati aneka penghiburan dan perjalanan wisata, dan ada sebagian pula yang pada akhirnya berakhir dengan kelelahan dalam melakukan perjalanan di luar dirinya hingga berdiam diri dan melihat dirinya sendiri.    

Apa yang saya cari? mengapa saya mencarinya? Bagaimana saya mencarinya? Untuk apa saya mencarinya? dan apakah harus saya yang mencarinya? Merupakan beberapa contoh dari rangkaian pertanyaan yang sering keluar dari dalam pikiran.    Pernahkah kita merenung dan bertanya dalam diri sendiri, berapa lama kita menutup mata dalam sehari? 9 jam, 8 jam atau hanya 3 jam dalam sehari? Semakin sering kita membuka mata, maka akan  semakin sering kita melihat dunia luar. 

Melihat obyek di luar kita. Semakin sering kita terjebak dengan permainan pikiran yang menimbulkan ketegangan fisik dan pikiran.

Mulailah dengan belajar untuk menambah waktu kita untuk memejamkan mata, walau hanya sesaat untuk melihat dalam diri kita, menyelidiki dan memahami diri kita sebagai usaha disiplin yang dilakukan secara terus menerus.

Segala pertanyaan yang mungkin tidak bisa dijawab saat kita membuka mata biasanya akan terjawab ketika kita duduk hening dan melakukan meditasi. Kesunyian ini menyenangkan karena selain membantu kita untuk mendapatkan jawaban dari beberapa pertanyaan yang sulit dan tidak bisa dijawab disaat mata terbuka, juga melalui kesunyian ini kita memperoleh kedamaian yang menyenangkan.

Kesunyian yang diperoleh hanya dapat kita rasakan sendiri-sendiri. Karena merasakan spritual dan memahami diri sendiri harus dilakukan diri kita sendiri bukan oleh orang lain.

Contohnya ada beberapa orang yang sedang berjalan lalu bertemu dengan tembok yang besar dan tinggi, karena keinginannya ingin mengetahui apa yang berada dibalik tembok tersebut, seseorang dengan susah payah lalu menaiki tembok itu. Ketika dia sudah berada di atas tembok, dia lalu berkata "wow" disertai wajah yang gembira, lalu melompat ke seberang dan lenyap tanpa sempat menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh temannya di bawah. 

Karena melihat temannya kegirangan, seseorang lainnya lalu melakukan hal yang sama, ia juga dengan susah payah  menaiki tembok tersebut dan pada akhirnya sampai pada pembatas tembok, wajahnya penuh kegirangan dan diam seribu bahasa ketika teman di bawahnya bertanya apa yang ada dibalik tembok itu. Lalu orang di atas pun melompat ke seberang dan lenyap ditelan kesunyian.

Begitupula kesunyian, kesunyian hanya dapat dilakukan dan kita rasakan sendirian. Ketika kita telah melampaui kesadaran diri dan melihat esensi hidup ini, maka kesunyian adalah pengalaman yang sangat menyenangkan. Semoga harmoni selalu....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun