PENAMPILANNYA tomboy, bahkan persis seorang laki-laki. Dengan rambut pendek dan dicat warna kuning keemasan pula. Dia selalu memakai celana komprang dan berbagai macam aksesoris, dari mulai kalung, gelang dan tindik di hidungnya. Sungguh, ketika pertama kali bertemu dengannya, aku mengira bahwa dia seorang laki-laki. Aku biasa bertemu dengannya tiap sore, ketika aku menemani nenek yang kuasuh, duduk di ruang loby apartment, untuk sekedar ngobrol dengan kawan-kawanya sesama orang tua. Bahkan, nenekku sendiri saja sempat mengatakan, bahwa dia adalah benar-benar seorang laki-laki. Bukan hanya dari penampilannya saja, namun juga dari lagak dan cara bicaranya.
Dia selalu mendorong seorang kakek di atas kursi roda saban sorenya. Aku selalu tersenyum padanya tiap kali bertemu, karena merasa sama-sama orang Indonesia. Dia pun membalas senyumanku sambil menyapaku mbak. Dari situ aku bisa menangkap, kalau dia termasuk tipe orang yang ramah. Aku sendiri tidak peduli dan tidak pernah menilai orang dari sisi luarnya saja. Bagiku, yang penting saling respect, itu sudah cukup. Karena seringnya bertemu muka, akhirnya aku tahu juga namanya dan kami selalu bertegur sapa tiap kali kesempatan bertemu itu datang.
Nama panggilannya Ricky (25), adalah seorang buruh migran Indonesia (BMI) asal Malang, Jawa Timur. Dia bekerja di Hong Kong hampir sepuluh tahun dan saat ini bekerja di kawasan Aberdeen, Hong Kong Island. Sedangkan di Tsz. Wan Shan, seperti tempatku bekerja, dia hanya part time saja, lantaran majikannya jarang di rumah dan dia jenuh, sehingga mencari kesibukan. Majikannya seorang laki-laki berumur 54 tahun, namun belum menikah dan sering bepergian ke luar negeri untuk urusan bisnis. Sebelumnya, dia juga menjaga kedua orang tua majikannya itu. Namun karena keduanya telah meninggal, kontan dia hanya tinggal berdua dengan majikannya saja. Jika majikannya tidak di rumah, dia tinggal sendiri dan oleh majikannya diberi kebebasan. Karena itu lah dia memilih kerja part time, meskipun itu sebenarnya tidak diperbolehkan. Karena seorang pekerja rumah tangga asing hanya boleh bekerja pada majikan yang alamatnya tertera di dalam surat kontrak kerja.
Pada satu kesempatan, dia berkenan ngobrol denganku untuk sekedar menceritakan kisah hidupnya dan aku sangat tertarik untuk mendengarnya. Perempuan bernama asli Sri Wahyuni itu, membuka pembicaraan dengan menceritakan awal mulanya dia berpenampilan tomboy dan lesbi. "Aku tuch tomboy udah dari kecil, jadi bukan pas aku di Hong Kong saja. Dari kecil juga aku udah suka ma cewek. Tapi ya buat hiburan saja," ungkap Ricky yang ternyata telah berumah tangga selama enam tahun ini. Bahkan dia mengatakan, bahwa hubungan sejenisnya ini diketahui oleh suaminya. "Suamiku nggak papa, karna tahu aku cuma iseng aja kok. Apalagi cewekku yang sekarang bisa membimbing aku. Jadi dia malah bersyukur banget," paparnya panjang lebar.
Dia mengisahkan, bahwa selama bekerja di Hong Kong, dia selalu bermain cewek."Cewekku udah gak keitung lagi. Tapi ini yang terakhir karna dia yang paling baik selama ini. Dia mau membimbingku, yang aku dulunya suka ngoplo, mabok dan lain-lain," jelas Ibu satu anak ini. Ceweknya itu bernama Siti, seorang BMI asal Pati, Jawa Tengah. Dia mengatakan, bahwa hubungannya dengan Siti diketahui pula oleh kedua keluarga di Indonesia. "Keluarga kami dah tahu semua kok da gak ada masalah," ujarnya.
Ricky yang bekerja pada keluarga Chan Wai Hung ini menambahkan, bahwa Siti selalu mengingatkan dia agar berhenti merokok, mabuk, sampai ng-drug. Awalnya Ricky sangat bandel, namun Siti tak bosan-bosannya untuk mengingatkan dia.
"Dulu, tiap kali ada masalah, pelarianku adalah ngoplo dan mabok. Karena aku nganggep, itu adalah jalan keluarnya," kata perempuan berkulit hitam manis in. Bahkan, aktivitas dia minum pun diketahui oelh majikannya. "Majikanku bilang nggak papa. Malah kalo aku diajak Yam Cha (minum teh sambil makan di restauran), majikanku nyuruh aku minum gitu," jelasnya.
Lama dia berkubang dalam dunia gelap, namun dengan segala daya dan upaya, akhirnya dia bisa keluar juga dari semuanya. "Sejak bapakku meninggal dua tahun lalu, aku mulai insyaf. Kedua orang tuaku Haji. Aku mikir, kasihan bapak di sana pasti gak tenang melihat anaknya seperti ini. Lalu cewekku juga gak henti-hentinya mengingatkan aku. Jadi alhamdulillah banget," terang Ricky yang mengaku digaji HK$4000 per bulan oleh majikannya.
Dia mengatakan, bahwa selama mengkonsumsi obat terlarang, mabuk, merokok dan main cewek, uang hasil kerjanya habis tidak karuan. "Dulu aku sering main cewek dan mereka hanya membohongiku, selalu minta duit saja. Tapi alhamdulillah sekarang, sejak aku meninggalkan semuanya, rejekiku lancar dan aku juga selalu sehat," jelas Ricky sumringah. Kini, dua tahun sudah dia meninggalkan dunia obat terlarang, rokok dan minuman keras. Dia merasa hidupnya lebih tenang dan terarah sekarang. Yang lebih membuatnya bahagia lagi adalah, bahwa hubungannya dengan Siti, kini menjadi hubungan saudara."Ya, kedua keluarga kami di Indonesia malah jadi saudara sekat sekarang. Suamiku sangat berterimakasih pada cewekku, karena susah payah mbimbing aku," lanjut Ricky yang telah part time menjaga orang tua jompo selama tiga bulan ini.
Namun disinggung mengenai penampilannya yang masih tomboy, dia mengatakan bahwa itu sudah menjadi gayanya sejak kecil. "Kalo penampilan, kayaknya gak mungkin aku rubah ya, gak bisa. Lagi pula tetangga, suami dan keluargaku kan udah tahu aku kayak gini dari dulu," paparnya. Dia juga menambahkan, bahwa seyogyanya manusia tidak menilai sesamanya hanya dari penampilan luarnya saja.
" Belum tentu yang tomboy itu tidak baik lho. Begitu juga sebaliknya,"ujarnya. Namun dia mengaku masa bodoh dengan penilaian orang terhadapnya.