Kecemasan dan Stress
Self-diagnosis yang dilakukan atas dasar persepsi sendiri sudah tentu kurang akurat dan menciptakan ketidakpastian hingga kepanikan bagi pelakunya. Kepanikan dapat terjadi akibat keinginan untuk segera menemukan solusi dari masalah mentalnya namun pengetahuan yang dimilikinya terbatas.Â
Ketidakpastian dan kepanikan tersebut akhirnya berujung pada kecemasan dan stress yang tidak perlu. Orang yang mungkin sudah mengalami gejala-gejala awal mental illness, rasa kecemasan tersebut akan memperparah keadaan mereka.
-
Stigmatisasi dan LabellingÂ
Stigma masyarakat zaman dulu, bahwa orang yang memiliki penyakit mental selalu mendapat prasangka dan label tidak baik masih berlanjut hingga sekarang. Hal tersebut dapat memicu ketakutan penderita mental illness untuk bersuara mengenai keadaan dirinya kepada orang sekitar maupun psikolog.
Self-diagnosis berpotensi dalam peningkatan stigma dan kesalahpahaman. Pelakunya akan cenderung berprasangka buruk terhadap kesehatan mentalnya karena informasi yang didapatnya di media sosial bisa saja berlebihan atau kurang akurat.
Merusak Hubungan Sosial
Sering ditemui di media sosial, komentar yang mendiagnosis dirinya sendiri sebagai pengidap depresi setelah melihat konten mengenai gejala depresi secara umum dan paling mendasar.Â
Masalah yang serius apabila orang tersebut mengatakan kepada orang lain bahwa dirinya mengidap depresi hingga memaksa orang lain untuk mengerti dan memahami keadaan dirinya dengan dalih depresi. Padahal masalah mental terkait depresi tidak dapat diklaim begitu saja tanpa konsultasi ke psikolog atau ahli mental lain.
Hal ini juga berlaku apabila orang yang merasa dirinya mengidap depresi atau mental illness enggan menceritakan keadaanya ke orang lain dan berujung pada stres yang disebabkan perasaan kurang mendapat dukungan.
Memperparah Mental Illness