Sejak adanya pandemi covid-19, pendidikan di Indonesia berubah menjadi sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau dikenal dengan pembelajaran daring. Pembelajaran daring ini dimaksudkan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat secara umum. Namun, berhubung hal ini merupakan hal yang baru bagi guru dan siswa maka tak heran apabila banyak sekali keluhan yang terlontar baik dari siswa maupun guru.
Guru yang merasa kurang maksimal dalam menjalankan peranannya seringkali kebingungan, bagaimana caranya agar siswa dapat menerima materi dengan baik dan selalu berantusias untuk belajar meskipun dalam kondisi daring. Begitu pula dengan siswa, tak jarang banyak siswa yang mengeluh karena tidak paham dengan materi yang disampaikan oleh gurunya. Pembelajaran secara daring memberikan kesempatan yang terbatas bagi guru dan siswa untuk saling berdiskusi. Siswa tidak seleluasa seperti belajar luring ketika akan berargumentasi atau ketika bertanya mengenai hal yang belum dimengerti.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa  Sekolah Menengah Atas di Karangnunggal, Tasikmalaya, pembelajaran daring cenderung menuntut siswa untuk belajar mandiri. Bisa dikatakan jarang seringkali diskusi antara guru dan siswa. Dalam pembelajaran daring ini, sekolah tersebut menggunakan aplikasi pembelajaran online sebagai media pembelajarannya serta guru biasanya memberi tugas untuk memperkuat pemahaman siswa terkait materi yang disampaikan. Namun, meskipun siswa sudah dibantu dengan adanya video pembelajaran yang tersedia pada aplikasi tersebut, tetap saja siswa belum paham betul dengan materi yang disampaikan terutama untuk mata pelajaran sains, khususnya Kimia.
Siswa yang kini akan menginjak kelas XI, nyatanya beberapa di antaranya masih belum paham dengan materi kelas X yang mana materi tersebut merupakan dasar untuk pemahaman materi di kelas berikutnya. Meskipun siswa sering mengerjakan latihan soal yang diberikan guru dan siswa mampu menyelesaikannya, tetapi tetap saja siswa perlu konfirmasi terkait betul tidaknya penyelesaian soal yang dikerjakannya, khawatirnya terjadi miskonsepsi.
Selain itu, tentunya pembelajaran secara teoritis kurang lengkap apabila tidak dibarengi dengan praktik. Dengan adanya praktik, siswa dapat lebih memahami konsep materi yang disampaikan dan kemungkinan terjadinya miskonsepsi dapat diminimalisir. Mungkin secara kasar dapat dikatakan bahwa dengan praktik siswa tidak lagi berimajinasi dalam memahami materi atau teori melainkan siswa dapat melihat langsung fakta eksperimen yang membenarkan materi atau teori tersebut. Namun, berhubung kondisinya masih seperti ini (belajar daring), tentunya praktikum yang bisa dilakukan yaitu praktikum sederhana dengan alat dan bahan yang mudah diperoleh di lingkungan sekitar.
Melalui program KKN Tematik Membangun Desa di Bidang Pendidikan ini, penulis bekerja sama dengan pihak sekolah dan guru yang bersangkutan untuk mencoba menyediakan media pembelajaran tambahan yaitu berupa video pembelajaran praktikum sederhana yang diharapkan dapat membantu pemahaman siswa juga melatih keterampilan serta kemampuan analisis siswa terhadap materi Kimia yang disampaikan.
Dalam video tersebut terdapat pembahasan mengenai dasar teori pendukung praktikum yang akan dilakukan. Penulis menjelaskan secara singkat namun diupayakan mendasar untuk membantu siswa memahami konsep materi yang akan diujicobakan.
Setelah penulis menjabarkan teori pendukungnya, di video tersebut disajikan pula video percobaan. Siswa diminta untuk mengamati fenomena-fenomena yang terjadi selama percobaan kemudian melakukan analisis dengan berdasarkan pada teori pendukung yang telah dijelaskan sebelumnya.