Mohon tunggu...
miranti widya ponulele
miranti widya ponulele Mohon Tunggu... Lainnya - Analis Pembangunan Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Sulawesi Tengah

Palu Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nasionalisme yang Terkikis: Catatan Kecil dari Poso

29 Maret 2016   07:31 Diperbarui: 29 Maret 2016   07:41 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah sekian lama akhirnya saya memutuskan kembali menulis.. ada hal yang membuat  saya tergelitik untuk  berkomentar. Sebelumnya saya akan menceritakan sedikit tentang tempat saya tinggal. Saya tinggal di Kota Palu, Sulawesi Tengah.. belum pernah dengar?? Kalau saya menyebut Poso mungkin kompasianer akan langsung familiar dengan kota sejuta teror ini. Kabupaten Poso hanya berjarak sekitar 200an kilometer dari Kota Palu yang merupakan ibukota Provinsi kami.

Beberapa hari yang lalu helikopter yang memuat 13 orang TNI mengalami kecelakaan yang disebabkan oleh cuaca buruk di Kota Poso dan sekitarnya. Didalamnya terdapat pejabat dari kalangan TNI dan anggota lain yang sedang bertugas dalam Operasi Tinombala. Saya yakin pada saat menulis soal terorisme akan menimbulkan pro dan kontra. Tapi bukan itu yang saya akan bahas.. saya akan melihat dari sudut pandang lain. Ada apa dengan bangsa ini?? Saat 13 TNI gugur dalam tugas tetapi media cetak maupun media digital hanya memberitakan sambil lalu. Jika saya bandingkan,  respon media saat pernikahan salah satu pasangan artis papan atas jauh lebih heboh, bahkan sangat eksklusif.

Saya hanya berpikir sangat luar biasa dampak yang ditimbulkan oleh propaganda media. Tidakkah hal ini dapat merubah pola pikir generasi kita? Menurut saya hal seperti ini yang menjadikan seorang zaskia gotik berani menghina Lambang Negara, karena memang pemikiran kita sedang didangkalkan secara tidak langsung saat bersentuhan dengan acara-acara yang tidak bermutu. Disini KPI harus mengambil peran dalam melakukan kontrol apa yang akan ditayangkan di layar kaca jika tidak ingin kebebasan beropini menjadi kebablasan.

Kembali ke kisah jatuhnya helikopter TNI AD, entah mengapa meskipun saya tidak mengenal secara personal dengan para korban kecelakaan ini, namun ada rasa sedih yang mendalam, meskipun saya hanya sebagai warga kota yang melihat beliau (Bapak Danrem 132 Tadulako yang juga menjadi korban kecelakaan ini) keluar dari halaman rumahnya. Terdengar berlebihan mungkin bagi sebagian orang, namun tetap saja, menurut saya pengorbanan para korban dan keluarganya lebih patut dihargai untuk ditampilkan daripada berita artis yang sedang berselisih paham dengan mantan istrinya dilayar kaca. Sekali lagi, ada apa dengan bangsa ini?? Mengapa kita tidak bisa menghargai jasa mereka yang berada di garis depan? Mereka yang harus jauh dari keluarga dan terancam nyawanya hanya untuk menjaga agar kita tetap nyenyak dalam tidur.

Saya hanya warga indonesia yang kebetulan tinggal dekat dengan wilayah konflik. Dari satu peristiwa akan melahirkan banyak cerita tergantung dari sisi mana kita melihat. Terlepas dari semuanya saya berpendapat, harga yang dibayar untuk operasi keamanan di Poso sangatlah mahal, banyak nyawa yang hilang baik dari masyarakat ataupun dari aparat keamanan. Sungguh harga kemanusiaan yang sangat mahal untuk dibayar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun