Mohon tunggu...
Devi Widyaningrum
Devi Widyaningrum Mohon Tunggu... karyawan swasta -

ingin selalu berbagi

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[FFA] Kanaya dan Bagong

18 Oktober 2013   11:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:22 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

No. 263

Malam itu kak Kamini pulang. Ia membawa satu kardus selamat hari raya Idul Fitri. Kanaya pun menghampirinya. Merabanya. Hangat. “Isinya apa ya?” pikir Kanaya. Kak Kimini tersenyum kepada Kanaya. Mungkin ia tahu kalau Kanaya penasaran dengan isi kardus.

“Sabar ya,” celetuk Kak Kamini yang membuka tali kardus. Hati Kanaya semakin berdebar. Menanti isi kardus hijau itu. Kanaya berhitung satu ... dua ... tiga .... Dan taraaaaaa seekor kelinci muncul dari dalam kardus. Kak Kanaya mengangkatnya dan memberikannya kepada Kanaya. Kanaya pun mundur dan menggeleng.

“Kenapa? Dia tidak menggigit. Kemarilah,” pinta Kak Kanaya. Kanaya pun mandekat. “Coba belailah,” pintanya lagi. Kanaya memandang kakaknya. Tangan Kanaya bergerak dan menyentuh bulu cokelat itu. Kanaya pun mulai membelainya. Halus.

setelah lama bermain dengan kelinci. Kak Kanaya mengajak Kanaya untuk memasukkan kelinci dalam kandang. Kandang bekas anak ayam.

“Besok kita main lagi ya,” ujar Kanaya meninggalkan kandang kelinci. “Kak, nama kelinci itu siapa namanya?”tanya Kanaya sebelum tidur.

“Bagong namanya.”

##

Pagi ini seperti pagi biasanya. Pagi-pagi ayah sudah pergi ke ladang. Ibu sibuk di dapur. Kak Kanaya pergi ke kota. Dan Kanaya, bermain sendiri. Sesekali Kanaya berlari ke kandang kelinci.

“Kelinci ... Kelinci ... Kamu sedang apa?” tanya Kanaya dari balik pagar bambu. Yang terlihat kelinci itu sedang makan sayur sawi dan wortel.

“Kanaya! Kemari sebentar!” teriak ibu dari dapur. Kanaya pun langsung berlari.

“Naya. Ini berikan kepada kelinci ya,” pinta ibu. Kanaya pun mengangguk. “O ya, nama kelinci itu siapa?” tanya ibu.

“Emmm. Bagong!” Kini Kanaya memanggilnya, Bagong. “Bagong ... Bagong ... Ayo, makan yang banyak!” sambil menyodorkan sayuran didepan mulutnya.

Sudah dua bulan Bagong jadi anggota keluarga Kanaya. Kanaya juga semakin dekat dengannya. Sesekali Bagong dibiarkan lepas oleh Kak Kamini. Jadi Kanaya bisa bermain kejar-kejaran dengannya. Seperti siang ini. Kak Kamini mengeluarkan Bagong dari kandang. Bagong pun segera berlarian. Kadang kepalanya mengantuk kayu. Sesekali ia ingin menyapa ayam rumah. Tapi bukan balasan yang didapat. Melainkan patokan. Segera ia berlari menyelamatkan diri. Kanaya pun langsung membuntutinya.

“Bagong ... Bagong ...!” teriak Kanaya. Kepala Kanaya melongok ke bawah tumpukan kayu. Kanaya melihat Bagong bergaruk-garuk. Tangannya tak sampai. Akhirnya Kanaya tengkurap dan masuk. “Kotor sekali di sini,” keluhnya.

Tiba-tiba Kanaya sudah tiba di sebuah hutan. Hutan yangkotor. Banyak sampah berserakan di sana-sini. Pohon yang telah dipotong dan ditinggal begitu saja. Banyak tanaman muda mati. Sedikit tumbuhan yang hidup. Kanaya berjalan lebih dalam. Yang dilihat beberapa binatang bertubuh kurus. Air sungai tak mengalir deras.

“Bagong!” teriak Kanaya. Ia pun berlari mengejar kelinci cokelat. Sesekali Kanaya melirik kanan kiri hutan itu. Langkahnya terhenti. Karena didepannya ada seekor rusa. Tubuhnya kurus, ia hanya punya satu tanduk. Tanduk satunya telah patah.

“Hai, rusa. Mengapa wajahmu sedih?” tanya Kanaya agak jauh.

“Aku lapar. Banyak tumbuhan yang mati. Karena itu banyak teman kami yang juga mati. Dulu tempat ini bersih dan banyak tumbuhan. Kami semua hidup dengan tentram. Tapi semenjak Pak Tobisakit. Hutan ini menjadi kotor dan tidak terawat.” Cerita rusa. Kanaya duduk bersila mendengarkan cerita rusa.

“Siapa itu Pak Tobi?” tanya Kanaya penasaran.

“Pak Tobi itu penjaga hutan ini. Ia membersihkan hutan dari sampah. Lalu menanam tumbuhan baru jika ada yang di potong atau mati.”

“Lalu di mana rumahnya?”

“Rumahnya ada di pohon besar itu.” Jelas rusa sambil menunjuk pohon besar.

“Dapatkah kamu mengantarku?”

“Bisa. Tapi aku harus makan dulu. Aku sangat lapar,” keluhnya. Kanaya pun bergegas. Ia mencari tanaman yang bisa dimakan rusa. Selesai makan, rusa, Kanaya, dan Bagong menuju rumah Pak Tobi. Rumah Pak Tobi ada di bawah akar pohon besar. Kanaya membuka pintu tua. Terdengar suara batuk dari dalam. Kanaya dan yang lainnya segera masuk.

“Oh, rusa, sedang apa kamu ke sini?” tanya Pak Tobi mencoba bangun dari tempat tidurnya.

“Mereka ingin bertemu denganmu, Pak Tobi.” Kanaya dan Bagong membuntuti rusa.

“Siapa kalian?” Kini Pak Tobi sudah berdiri didekat Kanaya.

“Kenalkan aku Kanaya. Dan ini Bagong, kelinci piaraanku. Pak Tobi sakit apa?” tanya Kanaya perlahan.

Pak Tobi tidak segera menjawab pertanyaan Kanaya. Ia memilih duduk di kursinya. Kanaya masih mematung di dekat pintu.

“Kemarilah, duduk sini.” Pinta Pak Tobi. Kanaya pun segera duduk. “Aku juga tidak tahu. Mungkin ini penyakit tua. Mungkin aku diminta untuk beristirahat di masa tuaku,” ujarnya sambil menuang air dalam cangkir tua. Pak Tobi memang sudah tua. Kanaya tidak mengira-ira umurnya. Kanaya juga tak berani menanyakan umur Pak Tobi. Yang jelas Pak Tobi kini sudah tua.

“Sekarang umurku 99 tahun,” katanya lalu menegak air di cangkirnya.

“O ya, Pak. Mengapa hutan ini terlihat kotor dan banyak tumbuhan yang mati?”

“Ini karena tidak ada yang merawatnya. Dulu aku sesekali membersihkan hutan dan menanam kembali pohon-pohon muda. Setelah aku sakit, hutan ini jadi tidak terawat.” Jelasnya.

“Pak, boleh aku membantu?” tanyanya semangat. Mata Kanaya berbinar. Ia menanti sebuah jawaban yang diharapkannya.

“Apa yang akan lakukan?” balasnya dengan tatapan tajam.

“Aku akan membantu Pak Tobi membersihkan hutan ini. Lalu menamam pohon-pohon muda!” jawabnya lantang.

“Hutan ini luas,”

“Aku akan meminta bantuan kepada Bagong, rusa dan binatang lainnya.” Celetuknya.

Pak Tobi pun mengangguk. Kanaya tersenyum puas. Ia memeluk Bagong yang dipangkunya semenjak tadi.

“Terima kasih Pak Tobi. Bagong dan rusa, kalian mau membantuku kan?” telisik Kanaya.

“Untuk hutan kita. Kita bantu!” jawab mereka bersamaan.

Bagong dan rusa mengumpulkan para binatang. Semua telah berkumpul.

“Hai semua,” sapa Kanaya agak malu. “Emm, kenalin aku Kanaya. Aku di sini akan membantu Pak Tobi. Yakni membersihkan hutan dan menanam pohon-pohon muda. Tapi karena aku masih kecil. Bolehkah aku meminta bantuan kalian semua?” tanya Kanaya sambil memandangi kerumuman binatang di sekitarnya. Para bintang terlihat bisik-bisik.

“Teman-teman, Kanaya membantu demi kelangsungan hidup kita. Kita berharap dengan bantuan kecilnya. Kita tetap bisa makan dan tinggal di sini.” Ujar rusa. Semua terangguk-angguk. Kanaya kembali tersenyum. Setelah semua setuju. Kanaya bercerita rencananya.

###

Semua tampak bekerja sama. Tikus, burung, dan binatang kecilnya membersihkan sampah. Keledai mengumpulkan sampah di dalam lubang. Bagong, serigala, dan yang lainnya menggali lubang. Tupai berlari menanam biji pohon. Kucing hutan menutup lubang itu kembali. Hewan-hewan besar memindahkan pohon yang tumbang. Gajah membawa air dan menyiramkannya pada pohon baru.

Setelah berhari-hari bergotong royong. Akhirnya pekerjaan Kanaya dan yang lainnya selesai. Saa mereka sedang duduk santai. Tiba-tiba hujan turun. Kanaya meninkmati rintikan hujan. Beberapa binatang segera melarikan diri untuk berteduh.

“Sudah lama hujan tidak turun,” celetuk salah satu binatang.

“Benar. Sekarang hujan telah turun.” Balas kawannya.

Kanaya dan semua binatang tetap merawat hutan. Biji yang mereka tanam, kini menampakkan tunasnya. Beberapa tanaman liar sudah mulai lebat mengisi hutan. Kini tubuh binatang-binatang itu tak lagi kurus. Mereka mendapat makanan yang cukup.

“Hai, rusa! Ayo, cepat larinya!” teriak singa di seberang sungai.

“Singa, apa kamu tidak lihat tubuhku sekarang semakin besar. Aku kelihatannya terlalu banyak makan belakangan ini.” Keluhnya sambil mengatur napas.

“Benar. Sekarang dagingmu lebih banyak. Jadi enak untuk kusantap!” teriaknya lagi.

“Ah, benar. Kini aku jadi sasaran pemburu.” Katanya sambil berjalan.

“Kalau ada pemburu yang akan memangsamu. Aku akan menolongmu. Akan menerkam mereka.” Kata singa menghibur teman hutannya.

“Pak Tobi, kini hutan ini sudah kembali pada fungsinya. Sebagai rumah bagi para binatang dan tumbuhan, sebagai sumber udara segar, mencegah erosi dan banjir, dan apa lagi ya?” pikir Kanaya mengingat pelajarannya waktu di sekolah.

“Benar Kanaya. Hutan adalah harta karun bagi kami. Terima kasih sudah membantu kami menjaga harta karun ini.” Kata Pak Tobi sambil menjabat tangan mungil Kanaya. Tiba-tiba Bagong berlari dengan cepat.

“Oh, Pak Tobi sebentar,” selanya. Kanaya pun mengekor Bagong. Ia berusaha menangkap piaraan itu. Tapi kelinci itu sangat gesit. Kini ia masukdalam semak-semak.

“Kamu sedang apa di situ Kanaya?” tanya ibunya dari belakang.

“Oh, ibu. Ini Bagong sedang menggali tanah,” jawabnya sambil menarik kaki belakang Bangong. “Ah, sudah dapat.” Katanya nyengir. Wajahnya penuh dengan tanah.

“Ya ampun. Lihat wajahmu penuh dengan tanah. Ayo, cepat bawa Bagong ke kandang. Setelah itu bersihkan badanmu.” Pinta ibu yang masih mengawasiku berjalan ke kandang.

“Tadi itu apa ya? Apa aku mimpi?” pikirnya sambil memandangi wajah Bagong. “Pasti tadi aku tidur di bawah tumpukan kayu itu.” Gerutunya.

####

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul: Festival Fiksi Anak Dan, jangan lupa bergabung di group FB Fiksiana Community.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun