Mohon tunggu...
Widyanto Sila Hasta
Widyanto Sila Hasta Mohon Tunggu... Dosen - Guru Agama Buddha & Dosen Akuntansi

Apabila suatu jalan sudah dipilih, walau bagaimana sulitnya perjalanan itu harus dijalani sampai selesai.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Karma Bisa Dihapus sehingga Tidak Mendapatkan Akibat dari Karma tersebut

22 Mei 2024   14:05 Diperbarui: 22 Mei 2024   14:20 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Apakah Karma Bisa di Hapus?

Banyak sekali orang beranggapan bahwa karma itu tidak bisa dihapus, apa yang diperbuat pasti akan mendapatkan balasan, berbuat baik akan mendapatkan baik dan buat jahat akan mendapatkan hukuman. Konsep karma dalam Buddhism bukanlah seperti itu, ataupun konsep tabur tuai bukanlah konsep karma dalam Buddhism. Sebenarnya karma bisa dihapus alias dibuat tidak berbuah. Lah... Bagaimana caranya?

Karma dalam Buddhism bukanlah hukuman, melainkan hasil dari tindakan yang dilakukan melalui pikiran, ucapan dan perbuatan yang harus disertai niat, apabila tidak disertai niat, tindakan tersebut bukan karma. Mengapa seperti itu?

Setiap tindakan yang kita lakukan akan direkam oleh Batin kita sebagai gudang (storage) penyimpan karma. Jadi, setiap kali niat muncul di batin itulah yang direkam, apabila tidak ada niat yang muncul, bagaimana batin merekam, dan apa yang di rekam? Inilah teorinya yang wajib kita pahami.

Maka sering saya katakan, hati-hati dengan pikiran kita, karena setiap niat yang muncul di pikiran baik itu niat baik maupun niat jahat akan direkam di batin, dan rekaman itulah data karma kita yang tersimpan dan akan berbuah pada waktunya.

Sekarang yang perlu kita pahami, tidak setiap karma (baik/buruk) akan berbuah, ada karma yang tidak bisa berbuah, atau tidak memiliki kesempatan untuk berbuah, sehingga karma tersebut lenyap dengan begitu saja. Kog bisa? Iya, bisa donk.

Suatu karma yang akan berbuah harus ada kondisi yang mendukung, apabila kondisinya tidak mendukung, maka karma tersebut tidak bisa berbuah. Hal ini ibarat kita telah memiliki benih tanaman yang bagus, tetapi apabila di tanam di ladang yang tidak subur maka benih tersebut tidak bisa tumbuh, bahkan benih tersebut mati sebelum berbuah.

Misalkan ada seseorang yang pada kehidupan lampau memiliki banyak karma baik, tetapi pada kehidupan sekarang banyak berbuat jahat, maka perbuatan jahat tersebut bisa saja menyebabkan karma baik tersebut tidak berbuah, malahan karma buruk yang berbuah.

Begitu juga sebaliknya, seseorang pada masa lampau memiliki banyak perbuatan buruk, tetapi pada masa kini, dia telah bertobat dan melakukan perbuatan baik yang sangat banyak sekali, sehingga kondisi tersebut tidak memungkinkan karma buruknya berbuah, alhasil dia menikmati karma baiknya yang berbuah.

Ditulis oleh: Widyanto Sila Hasta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun