Apa itu Bodhicitta?
Bodhicitta adalah benih yang timbul di dalam hati, apabila dipupuk terus benih ini akan berbuah kebodhisattvaan. Jadi, Bodhicitta adalah benih Bodhisattva atau jalan menuju Bodhisattva. Setiap manusia di dalam diri ada Bodhicitta, hanya perlu dikembangkan saja.
Cara mengembangkan Bodhicitta adalah sikap mementingkan orang lain, selalu berbuat untuk orang lain tanpa mengharapkan pamrih. Sepenuh hati membantu orang lain dan tiada kepentingan diri itulah sifat Bodhicitta.
Bodhicitta adalah jalan untuk mencapai Kebuddhaan dalam Buddhism Mahayana. (Perbedaan Buddhism Mahayana dan Theravada akan saya jelaskan suatu saat nanti. Note: Penulis adalah seorang Mahayanist.)
Pengembangaan Bodhicitta boleh dipupuk dengan melaksanakan Sad Paramita yakni:
1. Dana yaitu membantu orang lain yang sedang kesusahan. Dana bisa berbentuk materi atau non materi seperti membantu dengan tenaga. Selain itu, Dana juga bisa berupa Dharma yakni memberikan bimbingan Dharma kepada orang lain, sehingga mereka juga bisa mengembangkan Bodhicitta dalam dirinya.
2. Sila yaitu mengembangkan moral dengan berucap kata yang benar, melakukan perbuatan benar, dan melaksanakan mata pencaharian benar. Selalu melatih diri dengan Pancasila dan  melaksanakan Pancadharma.
3. Virya yaitu bersemangat melaksanakan perbuatan-perbuatan baik. Selalu bersemangat dalam ikut kegiatan sosial di masyarakat tanpa adanya kepentingan diri.
4. Ksanti yakni sikap bersabar dalam menghadapi segala permasalahan hidup. Mengerti dan sadar bahwa semua yang ada dan terjadi di alam semesta ini tidak ada satupun yang permanen semuanya hanya temporally, jadi seburuk apapun situasi itu akan berubah nantinya.
5. Samadhi yakni mengembangkan konsentrasi benar dan berupaya memunculkan pikiran-pikiran yang baik serta mencegah munculnya pikiran-pikiran jahat. Dengan konsentrasi benar, pikiran diarahkan pada cinta kasih kepada semua makhluk dan berusaha menghilangkan kemelekatan dalam diri sampai pada tahap tanpa adanya nafsu keinginan.
6. Prajna yakni kebijaksanaan tertinggi, memahami bahwa semua fenomena dunia adalah sunyata. Dengan pandangan yang benar menyelami bahwa dalam sunyata adalah tiada awal dan tiada akhir, tidak kekotoran dan kesucian sehingga tidak perlu pemurniaan, tiada wujud, perasaan, persepsi, aktivitas batin, dan kesadaran. (Panca skanda akan saya jelaskan suatu saat nanti dari prospektif Mahayana tentunya). Para Bodhisattva dengan Prajna Paramita memahami bahwa semuanya pada dasarnya adalah hampa sehingga tidak ada ketercekatan dalam batin, demikianlah para Bodhisattva tidak memiliki ketakutan sama sekali dalam hatinya sehingga mencapai Anuttara Samma Sambodhi, terbebas dari kelahiran berulang tiada kematian.