Mohon tunggu...
Widyanti Yuliandari
Widyanti Yuliandari Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger, ASN, Penulis buku

Widyanti adalah blogger yang juga penulis buku yang saat ini mengetuai komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis, sebuah komunitas yang mewadahi perempuan penulis. Kini Widya tengah menjalani pendidikan Master di program Magister Teknik Lingkungan, Institut teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Kesibukan kuliah tak membuatnya berhenti untuk menekuni blogging dan menulis buku. Saat ini Widya sedang menunggu proses penerbitan buku solo ke-5 nya yang bertema Pola Makan Sehat, Food Combining. www.widyantiyuliandari.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mengenalkan Food Combining Pada Anak

9 Juni 2015   19:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:08 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Beberapa tahun saya menjalani food combining, yang tadinya sendiri, kini bersama ibu, suami dan anak-anak. Khusus anak-anak memang masih menjadi tantangan tersendiri, baru sebagian saja dari prinsip-prinsip FC yang mereka mau lakukan. Enggak masalah, sebagai Ibu saya juga tidak bermaksud menjejalkan apa yang menurut saya baik pada mereka.

 

Meski demikian, edukasi pola makan yang sehat tetap harus berlanjut. Alangkah menyedihkan jika saya menulis buku dan juga banyak artikel tentang food combining (dengan tujuan mengedukasi orang lain, namun keluarga sendiri justru tak tersentuh. Khusus anak-anak, strateginya memang berbeda. Ada seninya, kapan hanya sekedar memberi contoh, kapan menjelaskan dengan berbicara, kapan setengah memaksa, he..he… memaksa dengan halus.

 

Pertama, contoh tetap yang utama. Cepat atau lambat, jika melihat orangtuanya makan dengan pola tertentu, kemungkinan besar anak akan meniru. Sarapan buah, misalnya atau berbuka puasa dengan takjil berupa buah, melihat ayah bundanya sarapan buah anak-anak saya biasanya dengan sukarela mau mengikuti tanpa protes. Dengan catatan, buah-buahan yang disediakan adalah kesukaan mereka dan disajikan dengan cara yang mereka sukai. Kak Asa, anak lanang saya yang mbarep misalnya, suka sekali semangka. Asal ada semangka, pasti lahap dan sudah tak lagi menagih menu lanjutan untuk sarapan. Cukup buah saja. Nah… lain lagi kalau yang ada kebetulan jeruk atau apel, kudu disajikan dalam bentuk jus, kerjaan ekstra buat emaknya nih… tapi demi…demi apaaaah? Demi anak mau makan buah ya dilakoni saja dengan ikhlas (meski kadang ngomel bukan berarti gak ikhlas. Wkwkwk)

 

Lain Kak Asa, lain pula Dik Rania. Gadis kecil, si nomer dua ini cenderung susah ditebak apa maunya. Maksudnya, dia tidak punya jenis-jenis buah favorit, begitupun sayur. Tapi Emaknya sudah mengenali celahnya, dia biasanya mudah tertarik dengan bentuk dan warna yg beraneka. Jadi tinggal emaknya sedikit kreatif, biasanya buah-buahan mudah saja masuk. Telap..telep…tanpa ada paksaan sedikitpun. Bahkan seringkali minta porsi tambahan. Ha..ha…

 

 

Oh ya. Anak-anak saya belum bisa sarapan buah eksklusif. Buah memang jadi menu sarapan pertama, namun mereka masih meminta menu lanjutan berupa karbo, seringnya ya nasi. Ya enggak papa, namanya juga masih belajar. Kadang-kadang saja mereka minta hanya buah saja dan bekalpun buah. Kalau sudah begini, emaknya bisa senyum-senyum seharian. He..he..  

Namun jangan dibayangkan, sepanjang waktu anak mau makan apa yang menurut kita sehat. Ada kalanya, meski sudah disiasati dengan beraneka rupa strategi, anak tetap ogah makan buah (atau sayur). Ya sudahlah yaa, jangan dipaksa. Kalau sudah dijelaskan dengan penuh kelembutan, sudah pula disiasati dengan berbagai cara anak tetap menolak makan apa yang kita sodorkan, jangan dipaksa dong ah. Waktu bersama anak terlalu berharga untuk hanya sekadar dihabiskan untuk ribut-ribut soal makan. Ya wis ben, kasih dulu aja apa yang dia mau. Sambil terus puter otak, besok kasih apa lagi ya biar dia mau. Ha..ha..teteupp PR buat orangtuanya.

 

Yang sering menjadi masalah kalau buat saya adalah kombinasi karbo dan protein hewani. Kalau dalam FC ini kombinasi terlarang. Nah, buat anak-anak saya, sementara makan tanpa nasi itu apalah? Terutama buat si anak lanang. Sehingga, kalau sudah tak bisa lagi dibujuk biasanya saya berikan saja dengan porsi karbo kecil saja daaaan saya berikan raw veggie dalam jumlah agak banyak. Yesss… jadi emak emang harus banyak akal.

 

Lah, bagaimana kalau kemudian dia enggak mau raw veggienya, ya sudah…santai saja. Biarkan dia makan dengan gembira. Ha..ha… Tapi biasanya, bebapa saat kemudian alarm tubuhnya akan nyala, yang sariawanlah, yang batuklah, nahh…. Saat itulah biasanya emaknya memanfaatkan momen. “Nah, tuh kan Kak, tubuhnya protes, minta sayur tuh tubuhnya.” Nah, biasanya karena sudah merasakan sendiri akibatnya, si kakak lalu kemudian mau makan sayur. Tapi beberapa waktu kemudian terjadi lagi periode enggak mau sayur. Gimana dooong? Yaaaa… namanya juga anak-anak. Biasalah… harus bisa sabar dooong! Kalau emaknya enggak bisa sabar, mungkin emak sedang kekurangan pembentuk basa wkwkwkk.. piss ah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun