Perempuan selalu identik dengan kecantikan. Banyak rangkaian kata yang digunakan untuk mendefinisikan kecantikan. Makin ke sini kemudian, kecantikan bukan lagi menyangkut hal-hal fisik semata. Cantik bukan lagi hanya soal kulit putih, rambut panjang hitam, tubuh langsing, dan sebagainya…dan sebagainya. Tetapi konsep kecantikan kemudian juga meliputi 3B (Brain-Beauty-Behaviour) bahkan 4 B (Brain-Beauty-Behaviour-Brave). Nah, berkaitan dengan konsep 4B tersebut, saya punya sosok sahabat yang ingin saya ceritakan. Ini dia!
[caption id="attachment_384016" align="aligncenter" width="281" caption="Tri Wahyuni Zuhri"][/caption]
Sungguh, perasaan saya campur aduk melihat foto ini. bangga, senang, haru, bercampur jadi satu. Perempuan dalam balutan baju kuning cerah dipadankan dengan batik Kutai tersebut adalah Tri Wahyuni Zuhri, Mbak Yuni demikian saya biasa memanggilnya. Mbak Yuni tampil sangat spesial banget menurut saya. Aura cantiknya terpancar. Ini adalah penampilan Mbak Yuni untuk acara Penganugrahan Award Kartini Next Generation, beberapa waktu lalu.
Saya mengenal beliau beberapa tahun lalu, kami sama-sama bergabung di satu komunitas Ibu-ibu penghobi tulis-menulis. Beberapa kali Mbak Yuni mengontak saya, kami berdiskusi soal pola makan sehat khususnya food combining. Terkadang sayalah yang lebih dulu mengontak beliau untuk menanyakan seluk beluk promosi sebuah buku.
Bagi saya Mbak Yuni adalah senior untuk urusan tulis-menulis. Dan lebih dari itu, saya merasa harus banyak belajar dari Beliau soal keikhlasan, semangat, dan perjuangan. Betapa tidak, di saat rasa nyeri akibat kanker merongrong tubuhnya. Perempuan tegar ini justru berjuang untuk tetap berkarya. Di saat kesehatannya digerogoti sel jahat itu, Mbak Yuni tidak hanya diam, mengeluh dan berkubang dalam rasa frustasi, namun justru beliau bangkit dan menjadi motivator bagi penyitas kanker lainnya.
Perjuangan Melawan Kanker
Kepada saya, beberapa waktu lalu Mbak Yuni bercerita, diagnosis kanker didapatkannya tahu 2013 lalu. Beliau merasa terlambat menyadarinya, karena saat ditemukan, kanker tiroidnya telah bermetastase ke tulang belakang. Dan di kemudian hari juga ternyata ditemukan di paru-paru.
Menurut beliau, waktu itu pengetahuan tentang kanker masih minim, sehingga bisa dikatakan lambat menyadari berbagai gejala seperti rasa sakit yang luar biasa di pinggang, badan sering lemas, flu dan batuk, sesak nafas dan susah menelan, bahkan benjolan di leherpun tak disadari kehadirannya.
Mbak Yuni harus menjalani serangkaian pengobatan yang melelahkan. Tak hanya secara fisik, namun juga secara psikis dan juga finansial. Masyarakat kita masih banyak yang belum paham kanker, dan bagaimana berinteraksi dengan seorang yang terkena kanker. Ini terkadang dirasakan Mbak Yuni sebagai penyebab tekanan-tekanan secara psikis. Secara finansial juga, kanker membutuhkan biaya pengobatan yang sangat besar, menurut Beliau.
Awalnya Mbak Yuni harus menjalani operasi pengangkatan benjolan tiroidnya, lalu dilanjutkan dengan ablasi yaitu menggunakan radiasi nuklir sotop Iodine 131. Sebulan sekali, Mbak Yuni juga harus menjalani injeksi dengan obat penguat tulang. Ini dilakukan untuk mengatasi metastase kanker di tulang belakangnya. Selain itu, Beliau juga masih harus minum hormon untu mengatasi tiroidnya.
Tak berhenti diupaya medis. Beberapa produk alternatif juga sempat dicobanya. Mbak Yuni juga mengupayakan menjalani pola hidup sehat, mulai dari memperbaiki pola makan, cukup istirahat, menghindari banyak pikiran dan stres. Untuk pola makan Mbak Yuni memperbanyak asupan buah dan sayur. Pendeknya, berbagai upaya dilakukan untuk mendapat kata, sembuh!
Kanker Bukan Akhir Dunia
Yang sedikit berbeda dari Mbak Yuni, jika kebanyakan orang-orang sakit lainnya hanya bisa berpasrah atau bahkan ada yang terus menerus meratapi nasib, Mbak Yuni justru kebalikannya. Beliau bangkit dan tetap berkarya.
Berbekal kegemarannya menulis, Mbak Yuni menulis amat banyak artikel tentang kanker. Beliau concern untuk mengedukasi dan mensosialisasikan soal kanker kepada masyarakat. Berbagai media digunakannya. Diantaranya tulisan-tulisan tentang kanker dapat dibaca di personal blognya. Oh ya, kegigihan Mbak Yuni melakukan edukasi dengan memanfaatkan TIK ini baru-baru ini diapresiasi dengan terpilihnya Beliau menjadi salah satu finalis Kartini Next Generation. Kartini Next Generation adalah bentuk apresiasi pemerintah kepada kaum perempuan di Indonesia yang telah berhasil memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di berbagai bidang baik untuk peningkatan kapasitas, pengetahuan, e-literasi maupun kesejahteraan di masyarakat.
Selain itu, tulisan Mbak Yuni juga kerap dimuat di media massa. Dan satu lagi yang menurut saya sangat luar biasa, Mbak Yuni sanggup menuntaskan penulisan buku berjudul Kanker Bukan Akhir Dunia. Saya teramat penasaran, membayangkan bagaimana perjuangan menulisnya. Bagi seorang yang sehat saja, menulis sebuah buku butuh effort yang tidak main-main, dan Mbak Yuni bahkan menulis buku tersebut saat dirinya bergulat dengan kanker.
[caption id="attachment_384082" align="aligncenter" width="300" caption="Kanker Bukan Akhir Dunia, Buku Solo Tri Wahyuni Zuhri "]
Dalam sebuah interview dengan sebuah televisi swasta, Mbak Yuni mengakui, tidak mudah proses penulisan buku. Kanker yang menyerang, menderanya dengan rasa sakit. Mbak Yuni bercerita, justru saat sakit itu muncul, diperlukan untuk terus beraktifitas untuk mengalihkan perhatian agar rasa sakit tak terlalu tersiksa, menulis adalah salah satunya selain aktifitas lain misalnya ibadah.
Perasaan positif yang salah satunya didapat dengan cara terus berkarya, menurut Beliau sangat penting dalam "merawat" tubuh nya dari deraan kanker. Seperti sudah banyak diketahui, pejuang kanker perlu tetap merasa positif untuk menjaga semangat sembuh. Selain itu, banyak juga yang mengatakan perasaan positif juga berpengaruh terhadap kimiawi tubuh, menciptakan kondisi yang kondusif untuk mengusir kanker.
Dalam dunia kepenulisan,Mbak Yuni bukan hanya menulis buku dan blogging lo. Hingga saat ini, beliau aktif juga menjadi juri event-event kepenulisan, bahkan juga memberi pelatihan menulis. Perempuan kelahiran tahun 1980 ini juga aktif dalam berbagai komunitas penulis,misalnya IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis),Komunitas Perempuan penghobi blogging yaitu Kumpulan Emak-emak Blogger (KEB) dan beberapa komunitas lainnya.
Motivator
Selain memotivasi sesama penyitas kanker melalui tulisan-tulisannya, Mbak Yuni juga aktif menumbuhkan semangat bagi sesama penyitas secara langsung. Berbagai cara dilakukan, mulai dari mengunjungi teman penyitasnya, sampai sharing di depan para penyitas dalam acara-acara yang diadakan di kalangan mereka.
[caption id="attachment_384084" align="aligncenter" width="300" caption="Bersama Kawan-kawan Dalam Acara Ulang Tahun CISC (Tri Wahyuni, Tengah Berkerudung Merah)"]
Bagi saya pribadi, Mbak Yuni, tanpa berkata-kata apapun sudah menjadi salah seorang motivator kesayangan. Beliau tak perlu berbicara pada sayapun, rasanya jika mengingat kiprahnya akan segera meledak semangat saya. Bagaimana tidak, Mbak Yuni saja yang bergulat dengan rasa sakit, masih tetap produktif menulis dan seabreg aktifitas lain, saya ? dalam tubuh yang insyaallah sehat walafiat ini, saya tak boleh kalah semangat dengan beliau, dong.
Mompreuner dan Buku Pantangan Bisnis
Sebelum terdiagnosa kanker Mbak Yuni adalah seorang mompreuner. Dan pasca terkena kanker Mbak Yuni tak meninggalkan aktifitasnya ini. Hebat! Mbak Yuni hanya menyesuaikan sedikit dengan kondisi tubuhnya. Kalau sebelum sakit Mbak Yuni menggeluti bisnis event organizer dan travel, aktifitas bisnis kini lebih banyak dilakoninya dari rumah. Saat ini Beliau menekuni bisnis online bekerja sama dengan beberapa rekannya, serta bisnis yang berhubungan dengan dunia penulisan yang dicintainya.
Karena kecintaannya pula pada dunia bisnis, belum lama ini beliau juga telah melaunch sebuah buku berjudul Pantangan Dalam Bisnis. Lahirnya dua buku dalam waktu yang tak terpaut lama, tentunya membuktikan produktifitas Mbak Yuni dalam berkarya.
Di mata saya, Mbak Yuni bukan hanya mampu menampilkan kecantikan lahir, namun juga sekaligus kecemerlangan pikiran, Keelokan budi dan keberanian bertindak. Bahkan kankerpun tak sanggup menggerogoti semangat dan totalitasnya dalam berkarya.
========================================================================
Sumber-sumber:
http://media.kompasiana.com/buku/2014/11/16/ketika-kanker-tidak-lagi-menakutkan-703646.html
http://www.alineatv.com/2015/05/tri-wahyuni-zuhri/
Interview dengan Tri Wahyuni Zuhri by email
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H