Mohon tunggu...
Widyaningsih Utami Putri
Widyaningsih Utami Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pemula dalam dunia penulisan.

Mahasiswa biasa yang hobi menonton anime, membaca manga, dan hal lain berbau budaya Jepang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lika-liku Biaya Pendidikan di Perguruan Tinggi

8 Oktober 2023   13:58 Diperbarui: 10 Oktober 2023   07:12 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belakangan ini, muncul pembicaraan dan perdebatan terkait kenaikan biaya pendidikan di perguruan tinggi yang biasa disebut dengan biaya UKT (Uang Kuliah Tunggal). Perlu diingat bahwa biaya pendidikan di setiap perguruan tinggi pun tentu saja berbeda-beda. Biasanya pada perguruan tinggi negeri ditentukan oleh penghasilan orang tua, sehingga mempengaruhi golongan UKT yang didapatkan oleh setiap mahasiswa. Sedangkan dalam perguruan tinggi swasta tidak ada golongan UKT, sehingga tidak ada perbedaan. Oleh karena itu, apakah benar biaya pendidikan di perguruan tinggi sangatlah mahal? Apakah para mahasiswa merasa keberatan dengan biaya UKT yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi?


Biaya Perguruan Tinggi Negeri (PTN)

Dalam Perguruan Tinggi Negeri, biaya UKT sendiri memiliki beberapa golongan tertentu sehingga tiap golongan memiliki perbedaan biaya yang harus dibayarkan. Seperti yang di ungkapkan oleh Ratu, seorang mahasiswi dari PTN Sekolah Vokasi di Kota Bogor. Dirinya mengungkapkan bahwa ia termasuk kedalam golongan menengah yang di patok sebesar Rp. 5.000.000,- s/d Rp. 7.500.000,- dan biaya tersebut tentunya dapat dicicil selama 3 bulan. Dirinya merasa tidak keberatan, karena biaya yang diperlukan dalam sekolah vokasi tentunya akan memakan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah sarjana.

Berbeda dengan, Tegar seorang mahasiswa dari PTN di Kota Bandung. Ia yang termasuk ke dalam UKT golongan 6 dari 8 golongan yang ada, dengan biaya sebesar Rp. 5.680.000,- per semesternya. Namun pada saat masa pandemi kemarin, keuangan keluarganya sedang tidak baik sehingga merasa keberatan, dan tidak ada penurunan biaya UKT selama masa pandemi. Adapun biaya praktek tambahan atau pun field trip yang harus dibayarkan secara mandiri. Selain hal tersebut juga, fasilitas yang ada bisa dibilang kurang sebanding dengan biaya yang dibayarkan oleh para mahasiswa. Ia juga berharap agar pihak kampus juga dapat meningkatkan kembali fasilitas yang ada.


Biaya Perguruan Tinggi Swasta (PTS)

Untuk Perguruan Tinggi Swasta, ada Najla Haura mahasiswa dari PTS di Kota Bandung yang harus membayar UKT sebesar Rp. 8.000.000,- per semesternya dan dapat dicicil per 3 bulan sekali. Namun pada saat awal masuk perkuliahan, dirinya mengharuskan membayar biaya UKT selama setahun (2 semester), biaya Laboratorium, dan biaya lainnya yang di jumlahkan sekitar Rp. 29.000.000,-. Dirinya menambahkan bahwa biaya yang dibayarkan dirasa cukup dengan fasilitas yang di dapatkan.

Ada juga seorang mahasiswa dari PTS di Kota Bandung lainnya, yaitu Dafi Hafizh yang memiliki cara berbeda dalam pembayaran UKT per semesternya. Dalam keterangannya, dirinya harus membayar UKT yang dibagi menjadi 2 bagian, diantaranya biaya pokok dan biaya SKS. Dalam biaya pokok sendiri diharuskan membayar sebesar Rp. 6.000.000,- yang dibayarkan pada waktu 1 bulan sebelum perkuliahan dimulai, dan biaya SKS sebesar Rp. 350.000,- per 1 SKS-nya yang harus dibayarkan setelah 4 minggu perkuliahan dimulai. Sehingga, SKS yang harus dibayarkan tersebut akan dihitung sesuai jumlah SKS yang diambil pada saat perkuliahan. Jika dijumlahkan, dirinya membayar UKT sebesar Rp. 13.000.000,- per semesternya. Selain itu ia juga mengungkapkan bahwa jumlah tersebut dirasa berat saat di awal perkuliahan, namun biaya tersebut terbilang cukup dengan fasilitas yang ia dapatkan.


Dari ungkapan para narasumber tersebut, mereka tidak akan merasa keberatan dengan biaya pendidikan yang tinggi apabila fasilitas yang dirasakan sepadan dengan apa diberikan oleh pihak kampus. Nominal yang terhitung besar maupun kecil yang dirasakan pun tergantung dari keuangan di keluarga masing-masing, seperti gaji pekerjaan orang tua, tanggungan yang di miliki, fasilitas penunjang yang di dapatkan, dan lain-lain. Namun hal tersebut tetap tidak menutup semangat para mahasiswa untuk tetap menimba ilmu bagi masa depan yang lebih baik, dan juga tidak menutup semangat para orang tua yang ingin memberikan pendidikan terbaik kepada buah hatinya.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun