Mohon tunggu...
Widya Larasati
Widya Larasati Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Ilmu Komunikasi'12 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta - SouthSumateraGirl - EasyGoing :) - penulis pemula @widyasfc

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Sikap Chauvinisme Supporter Bola Indonesia

17 Oktober 2013   07:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:26 2114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Kita semua tentunya masih ingat dengan Laga pertandingan kualifikasi Piala AFC kemarin, yaitu pertandingan antara Timnas Indonesia U-19 dengan Timnas asal negeri Ginseng, Korea Selatan pada Sabtu (12/10) dengan skor 3-2 atas kemenangan Indonesia. Pertandingan yang diwarnai dengan turunnya hujan membuat kedua kubu ini harus bermain dengan “becek-becek”an. Euphoria kemenangan masih terasa sampai sekarang. Banyak sekali masyarakat Indonesia yang bangga dengan kemenangan yang diperoleh oleh Evan Dimas cs ini.

Hebohnya pertandingan antara kedua negara ini sudah banyak sekali diliput di berbagai media baik cetak maupun online dan juga melalui social media seperti Twitter dan Facebook. Apalagi ketika pertandingan berlangsung Timeline Twitter dipenuhi oleh berbagai respons masyarakat mengenai pertandingan tersebut. Rata-rata respons yang diberikan berupa respons negatif mengenai negara tamu, yaitu Korea Selatan, apalagi yang dibahas adalah boyband dari Korea Selatan. Lalu apa hubungannya pertandingan bola dengan boyband?

Hallyu atau gelombang Korea memang sedang merajai pasar dunia, tidak hanya Indonesia. Negara-negara di Benua Eropa serta Amerika pun saat ini tengah menggandrungi K-Pop. Jika diperhatikan memang rata-rata remaja Indonesia khususnya yang putri saat ini tengah menggandrungi hal-hal yang berbau Korea. Sehingga tidak salah jika momen pertandingan melawan Korea Selatan ini sepertinya memang sesuatu yang telah ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia, terutama masyarakat yang menentang atau tidak menyukai adanya Korean Wave. Apalagi seringnya artis-artis korea menggelar konser di Indonesia membuat sebagian masyarakat beranggapan bahwa mereka hanyalah perusak budaya Indonesia. Jadi, begitu terdengar nama Korea, berbagai statement langsung keluar seperti: Oplas, Cowok kok cantik, banci, dan lain sebagainya.

Jadi tidak mengherankan apabila selama pertandingan kemarin yang dibahas bukanlah atlit sepak bolanya melainkan boyband Korea-nya. Berbagai statement muncul di timeleine Twitter (saya tidak mencantumkan nama akun) seperti:

“Korea itu menang boyband doang, gak pantes maen-maen bola”

“Pantes aja korea kalah, orang maennya aja sambil goyang-goyang gitu”

“ Eh, kok banci maen bola sih?”

“Korea kalah tuh, masih doyan sama KPOP?”

Karena sikap supporter yang seperti ini, banyak sekali para pecinta K-pop di Indonesia yang merasa sakit hati karena tidak sepantasnya para supporter bola berkata seperti itu. Inilah beberapa respons para pecinta K-Pop:

“I LOVE TIMNAS U-19 and INDONESIA, tapi gak perlu sampe bersikap Chauvinisme kan?

“Ini kan pertandingan bola, kenapa boyband-nya dibawa-bawa. Atlit bola sama boyband itu beda”

“Gini nih malesnya kalo Indonesia maen lawan Korea, pasti ujung-ujungnya K-POP yang dibawa-bawa”

“Supporter bola gak nyadar kali ye, jelek-jelekin korea tapi nge-tweetnya pake Samsung -__-“

Selama laga kemarin banyak sekali supporter Indonesia yang menggembar-gemborkan sikap nasionalisme. Tapi yang muncul bukanlah sikap nasionalisme melainkan sikap chauvinisme. Kata "nasionalisme" hanyalah “kedok” untuk menutupi bahwa sebagian dari mereka menunjukkan sikap chauvinisme yang membangga-banggakan Tanah Air dengan merendahkan bangsa lain. Bahkan sebagian dari supporter tersebut tidak berkaca pada diri sendiri, ketika Indonesia menang mereka merasa bangga dengan sepak bola Indonesia, tapi giliran kalah respons mereka biasa-biasa saja bahkan sepak bola Indonesia dicaci-maki.

Sikap nasionalisme yang hanya penuh dengan kepura-puraan ini juga muncul ketika adanya club sepak bola asal Inggris yang bermain di Indonesia. Kita ambil saja contoh kunjungan Arsenal atau Liverpool ke Indonesia. Mayoritas supporter Indonesia mendukung club-club asal Inggris tersebut tanpa memperhatikan timnas kebanggaan negara sendiri. Itukah yang namanya nasionalisme?

Saya di sini tidak bermaksud memojokkan supporter Indonesia, tetapi marilah kita berkaca pada diri sendiri, apakah kita ini sudah baik? Lalu, hargailah bangsa sendiri dan bangsa orang lain. Kalau ada pertandingan antarbangsa seperti ini sangat tidak pantas apabila kita bersikap memojokkan dan merendahkan bangsa lain. Apalagi kita semua tahu negara tersebut jauh lebih maju dibandingkan negara kita. So, keep calm and just support the competition.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun