.. Huft.. gara gara hujan perjalananku ke villa paman dengan teman teman tehambat karna mobil yang kami tumpangi slip dan harus menunggu pagi baru bisa mengeluarkan dari kubangan lumpur yang cukup dalam. bertiga saja tidak mungkin menangani sendiri jadi kami sepakat mencari tempat berteduh menunggu pagi supaya bisa minta bantuan orang orang kampung sekitar bukit ini. Jarak 200 meter dari mobil kami sepertinya ada rumah.. Ve mengusulkan mumpang di rumah itu, Rha juga setuju, aku sendiri meski agak ragu ragu akhirnya ikut mereka.. ‘ Halaah.. jangan jadi pengecut Al.. emang enak semaleman dalam mobil.. mending kerumah itu, ayo…. Atau kamu mau tinggal sendiri dalam mobil?.. Ve meyakinkan keraguanku ‘ ok..ok.. aku ambil tas dulu.. tungguuu…’ aku segera berlari menyusul mereka Rumah itu cukup megah.. entah villa atau bukan yang jelas pintu gerbang yang bergaya western sangat menarik dipandang siapa saja yang melalui jalan di perbukitan itu. Hari belum begitu larut, ku lihat jam di pergelangan tanganku menunjukan pukul 08.00. Mudah mudahan tuan rumahnya mau memberi tumpangan.. dalam hatiku berharap. Setelah berkali kali meneka bel munculah seorang wanita setengah baya berpakaian sederhana, hmm sepertinya bukan pemilik rumah ini.. ia tergopoh gopoh membukakan kami pintu. ‘ non ini mencari siapa? Tanya wanita itu seperti ketakutan ‘ maaf bu, kami tidak mencari siapa siapa.. mobil kami slip di bawah sana.. boleh kami menumpang semalam di sini? Ve menjelaskan maksud kedatangan kami ‘ oh.. mau numpang bermalam ya non..’ wanita itu seperti berpikir sesuatu ‘ yang punya rumah ada bu..’ Rha clingak clinguk ke dalam ‘ oh.. saya Tanya tuan dulu ya.. non tunggu di sini sebentar Wanita itu segera berlalu dari hadapan kami.. hatiku merasa aneh.. sepertinya pemilik rumah ini bukan orang yang biasa menolong.. terbukti wanita tadi sangat ketakutan dengan kedatangan kami.. Tak lama kemudian wanita tua tadi kembali menemui kami. ‘ Silahkan masuk non.. tapi maaf ..tuan hanya mengijinkan non di ruang tamu saja… nggak apa apa khan?’ ‘ iya lah.. bu.. boleh numpang semalam aja kami sudah berterima kasih..’ kata Ve sambil menyikutku untuk segera masuk.. kulihat Rha sudah mendahului kami. Ruangan tamu itu cukup nyaman.. ada tiga sofa yang cukup untuk tidur kami bertiga.. meja tamu yang terbuat dari kayu dengan vas bunga sederhana di atasnya, di dindingnya tidak terlalu banyak hiasan hanya ada cermin besar berukir terbuat dari perak bakar. Wanita tua itu menemui kami dengan tiga cangkir teh panas.. waah.. manisss.. pas lagi kedinginan begini di suguhin teh panas.. ‘ kalo non mau ke kamar mandi ada di sebelah kiri ya.. permisi non saya kebelakang dulu.. wanita itu seperti terburu buru ‘ eh, sebentar bu… pemilik rumah ini mana? Tanyaku penasaran. ‘ nggak sopan nih orang.. biar numpang kami juga manusia masak nggak mau nemuin kita sih.. ‘ oh.. tuan sedang sibuk di atas non, permisi.. wanita itu segera berlalu ‘ kamu kenapa sih Al.. kok kayak ilfill gitu… takut ya…’ Ve yang sudah merebahkan tubuhnya di sofa melihat gelagat tidak nyamanku ‘ tenang aja Alin sayaaang… ada Rha.. yang akan melindungimu, okey.. sweet dream baby… ‘ Rha berusaha melucu di depanku.. Ve tergelak… namun tak sedikitpun membuat hatiku tenang. Pukul 11.00 mataku tak juga segera terpejam.. entah mengapa aku merasa gelisah tak seperti biasa. Kami bertiga memang bersahabat sejak SMA.. walau berbeda kampus namun kami masih sering bertemu mengisi liburan dan berpetualang atau sekedar hang out bareng. Perjalanan yang terakhir liburan semester lalu kami pergi ke Gunung Rinjani.. dan menikmati pantai pantai di NTB.. hmm.. serruu!!! Aku tersenyum sendiri mengenang kebersamaan kami yang selalu dihiasi canda, tawa dan juga perang.. hahaha.. yang sering ya rebutan cowok.. hahaha.. Hawa dingin yang menusuk membuatku ingin pipis.. kuperhatikan kedua sahabatku tertidur pulas.. Ve malah sudah mendengkur.. dasar tuh anak..cantik cantik tapi kalo tidur mendengkur juga… hahahaha…. Rha melungker seperti udang galah menahan dingin malam yang menyelimuti ruang tamu ini... bagaimana ini… membangunkan mereka rasanya nggak mungkin… kamar mandi letaknya tidak jauh dari ruang tamu, hanya butuh melewati sebuah lorong kecil yang panjangnya kira kira 2 meter, namun entah mengapa rasanya berat hati pergi kesana sendiri… ah tapi daripada ngompol nggak lucu khan…aku harus berani..!!! Ruangan dalam tampak remang remang karna hanya lampu dinding saja yang di nyalakan.. demikian juga lorong yang kulewati menuju kamar mandi.. mataku tak berani memandang bagian ruangan yang remang remang.. langkah kaki kupercepat supaya cepat selesai urusanku.. hmm.. kamar mandi yang sangat bersih, wangi dan kering ini menandakan jarang di pakai.. situasi kamar mandi yang nyaman membuatku tenang, setidaknya di dalam terang benderang.. selesai sudah.. segera kembali ke ruang tamu. Kulewati lorong remang remang itu sekali lagi, kepercayaan diriku bertambah karna sampai detik ini semuanya lancar, mataku menyapu ruangan tengah, tiba tiba jantungku berdengub cepat.. sesosok bayangan seorang pria tinggi besar berdiri di dekat tangga.. aku terhenti sejenak.. mungkin itu sang pemilik rumah, bathinku. Kualihkan pandanganku ke bawah..mengikuti langkah kaki menuju ruang tamu yang berjarak hanya kira kira 2 meter dari tempatku berdiri. Namun entah mengapa ruangan tamu terasa begitu jauhnya sampai aku harus melewati ruangan remang remang itu dan mendekati pria tinggi besar itu.. setelah mendekati pria itu tiba tiba ia beranjak menaiki tangga dengan tetap memandangku seolah olah memanggil manggilku. Kunaiki tangga satu demi satu.. dari tangga tampak kedua temanku yang sedang terlelap.. kakiku tetap melangkah mendekati pria yang sekarang membuka pintu sebuah kamar.. ku ikuti ia memasuki kamar tersebut.. dan sesampainya aku di dalam pintu di belakangku tertutup dengan sendirinya.. namun tetap aku tak memperdulikan.. mataku hanya tertuju ke bayangan pria yang saat ini tapat berdiri di depanku.. tangannya meraih pinggangku.. ia memelukku…menyibakkan rambut yang menutupi pipiku.. wajahnya sangat dekat sehingga tampak sinar matanya yang biru dan senyumnya yang dingin membeku.. Tiba tiba ia mncium leherku.. akh.. bukan.. ia menggigit leherku.. menghisap..terasa sedikit perih tetapi entah mengapa aku tak mengelak.. seolah pasrah dengan tatapan mata biru itu.. sampai ia mengakhiri hisapannya.. tersenyum menyeringai menampakkan taring yang tajam di sela sela giginya yang putih bersih.. jubahnya tersingkap.. hmm..sosok pria yang sempurna .. tiba tiba kepalaku terasa berputar putar.. sinar yang sangat tajam menerpa wajahku… ‘ Al… Alin.. ada apa denganmu?.. suara Ve terdengar jelas di telingaku ‘ Ngapain kamu di tangga ini?... Rha menepuk nepuk pipiku yang saat itu terlihat bingung. ‘ Ayo kita pergi dari sini.. sudah pagi… kita harus minta tolong warga desa untuk narik mobil..’ Ve menarik tanganku menuju ruang tamu. Badanku terasa berat untuk berdiri.. mimpikah aku?.. kuraba leher ini.. ah.. terasa nyeri.. dengan langkah pelan kutinggalkan ruangan remang remang yang pagi ini mulai terang benderang tersiram mentari. Dimana pria tinggi semalam? Siapa dia? Saat kutinggalkan rumah itu sekilas terlihat bayangan tinggi besar itu di ruangan atas…. ----------------------------------- Sudah dua hari kami menikmati liburan di villa ini. Villa milik pamanku memang sangat nyaman.. hari pertama kami lewatkan dengan berjalan jalan di sepanjang perkebunan teh.. waah.. udara bersih dan segar.. pemandangan yang indah membuat kami sangat bahagia.. hari kedua kami ikut memancing mang Jaka yang mengurus villa ke sungai dekat hutan… setelah itu kami pesta makan ikan.. duuh.. nikmatnya liburan ini.. pulang nanti aku pasti fresh.. Besok kami pulang.. setelah berkemas kemas aku duduk di teras.. kulihat Ve sedang sibuk dengan blackberry nya.. sementara Rha asyik bercakap cakap dengan mang Jaka.. kudengar mereka sedag membicarakan rumah tempat kami menginap dua hari yang lalu.. ‘ ooh.. jadi pemilik rumah itu sudah meninggal semua.. tapi kata si ibu tua yang disana ada tuan nya, mang..’ Rha terlihat serius ‘ kata orang orang tua sih memang ada, neng.. anak tertua mr. Reynold yang masih tersisa.. tapi tidak ada yang pernah bertemu beliau karna orangnya tidak tinggal di rumah itu.. hanya kadang kadang saja singgah..’ mang jaka menjelaskan dengan logat sunda yang sangat kental ‘ Meninggalnya kenapa mang? Kok bisa bareng gitu?..’ Rha masih penasaran ‘ Kata abah mamang sich karna kebakaran tapi orag orang desa bilang karna ilmu hitam neng…. Hiii… mamang juga nggak jelas benar.. nyupang.. pesugihan.. entah apalah… serem euiy…’ mang Jaka mengidik lucu.. Rha tertawa geli.. Tiba tiba aku teringat leherku.. kutinggalkan mereka.. dalam kamar kulihat luka itu sudah agak menipis.. walau masih sedikit nyeri.. ku usap usap agar rasa nyeri menghilang.. memang terasa agak nikmat.. hmm….tiba tiba lampu kamarku padam.. haaa… aku menjerit… ‘ Ada apa Al……’ Ve dan Rha berteriak dari luar… ‘ eh…. Nggak pa pa….’ kataku setelah sadar bahwa yang terjadi hanya lampu padam.. segera ku raih lilin dan kunyalakan… hmm… enak juga tidur hanya dengan cahaya lilin.. perasaanku merasa nyaman.. aku beranjak ke pembaringan ketika hampir saja ku tabrak tubuh tinggi besar itu… haa… ia segera melukku dan meletakkan telunjuknya di bibirku… aku terdiam seolah menurut saja perintahnya.. ah.. mengapa tiba tiba pelukan itu terasa menghangatkanku?... tiba tiba timbul keberanianku ku raih jubah itu dan kulepaskan ikatannya… yang saat ini tampak jelas di depan mataku.. seorang pria berdarah campuran.. dewasa..tampan.. bermata biru.. tersenyum dingin membeku.. mengapa tiba tiba ia datang? ‘ hanya darah biru keturunan ibu yang mampu mendatangkanku…. Cinta… aku akan selalu menemuimu dengan satu usapan di lehermu itu…’ Aku heran darimana suara itu.. tak sedetikpun ku lihat bibirnya bergerak.. namun suara itu seakan sebuah jawaban atas apa yang menimpaku.. ia mengikat hatiku dengan darah biru yang mengalir di tubuhnya dengan darah biru yang mengalir di tubuhku.. sebuah ikatan keabadian… sebuah ikatan cinta dari alam yang berbeda… -------------------------------- Waktu berlalu begitu cepat.. sejak setahun yang lalu kutinggalkan villa paman di perkebunan teh, tak pernah sedikitpun kurasakan keanehan.. namun malam ini mengapa tiba tiba hatiku gelisah tak menentu.. kupandangi wajahku di cermin.. ah tidak.. aku tidak akan mengusapnya walau leher ini terasa sedikit nyeri… aku akan bertahan untuk tidak melakukannya…. Setelah kembali dari villa setahun yang lalu ku telusuri silsilah keluargaku. Sungguh sangat mengejutkanku bahwa nenekku adalah keturunan darah biru.. dari seorang ningrat yang melahirkan dua orang anak perempuan berbeda ibu… neneku Rahayu dari wanita sunda dan saudarinya Marisa dari wanita belanda.. Marisa menjadi seorang gipsi setelah orang yang sangat di cintainya menikah dengan nenekku.. Marisa menikah dengan seorang saudagar dari Belanda dan mempunyai tiga orang putra.. keluarga itu meninggal setelah rumah yang mereka huni terbakar saat tertidur lelap.. hanya menyisakan anak sulungnya yang 90% terkena luka bakar.. dan dirawat kakek dan neneknya di Belanda… Menurut cerita kakek memang dulu rumah itu milik keluarga neneku.. dan jika memang benar berarti Joe, pria tinggi besar dengan senyum dingin membeku yang kukenal itu adalah dendam keluarga yang telah lama terpendam.. ia mengikatku… ia menjeratku dengan pesonanya sehingga sampai detik ini aku merasa tidak tertarik dengan satupun pria yang menawarkan cinta untukku… Ah.. Joe.. benarkah apa yang kurasakan?.. merindumu pada saat saat tertentu… huft.. nyeri itu semakin mendera.. tanpa sadar ku usap bekas lukanya... ku matikan lampu kamarku.. kunyalakan lilin… aku menunggumu dalam gelap……
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H