Mohon tunggu...
Al Widya
Al Widya Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

...I won't hesitate no more... just write...!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rha… Sha….[The Continue Story]

18 Februari 2012   03:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:30 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://www.facebook.com/note.php?note_id=180601208712747.....

Setelah menempuh perjalanan panjang akhirnya Elang memasuki halaman rumah bernuansa etnik Jawa itu. Pandangan matanya menyapu seluruh bangunan yang sejak hari ini akan ia tempati… sendiri……..

Sejak perceraiannya dengan Sutra yang telah tega mengkhianatinya ia memutuskan untuk meninggalkan hingar-bingar ibukota untuk sekedar menenangkan hatinya, selain itu ia ingin konsentrasi menyelesaikan lukisan-lukisan yang empat bulan lagi akan di publish dalam sebuah pameran tunggal.

Dari lantai dua rumah ini pemandangan sangat menakjubkan… pegunungan dengan hutan pinus yang terhampar diselimuti kabut tipis menyegarkan relung hatinya yang sedang galau. Pelan tapi pasti tangannya yang telah terbiasa menggores warna di atas kanvas bergerak mengikuti alur jiwanya yang terpesona dengan keindahan alam di hadapannya. Sketsa lukisan hutan pinus karya pertamanya semenjak menempati rumah ini selesai dalam waktu beberapa menit saja. Hmmmm…. Luar biasa…

_____

Pagi-pagi sekali Elang telah menyusuri jalan diantara pohon-pohon pinus dan melewati kebun teh.. dan akhirnya berputar melalui jalan setapak sepanjang kebun bunga mawar dan krisan… tanaman yang di budidayakan penduduk desa sekitar itu tumbuh subur dan kebetulan saat ini sedang berbunga… indah sekali.

Hawa dingin yang menusuk membuat pria itu merapatkan jaketnya. Tiba-tiba langkahnya terhenti… kilatan blitz dari kamera menerpa wajahnya… sekilas ia melihat seorang wanita di atas bukit kecil itu. Dengan seperangkat kamera wanita itu membidik setiap objek yang di lihatnya. Jalan setapak ini memang menuju ke bukit itu… Setelah jaraknya cukup dekat gadis itu mengarahkan kameranya kepada Elang… dan.. klik….

“ Jaket merah bata yang kamu kenakan sangat kontras dengan warna daun dan bunga yang keseluruhannya dominan warna putih… nice..!!”

“ Oh ya…. Boleh saya lihat hasilnya?” Elang mendekati kamera yang di sodorkan gadis itu….

“ Hasil jepretan fotografer professional… sudut pandangnya bagus… fokusnya sangat dominan tetapi tidak mengurangi keindahan latar belakangnya…” Elang menyerahkan kamera kepada gadisyang tersenyum dan terheran-heran dengan opini dari pria itu.

“Sepertinya anda menguasai perspektif gambar dengan baik.. saya memang fotografer tetapi masih belajar…. belum professional seperti yang anda katakan tadi.. oh ya… saya Sha… asli asal desa ini…” gadis itu mengulurkan tangan kepada Elang.

“ Elang… saya tinggal di sebelah utara bukit ini… jika kamu berkenan melihat lukisan saya silahkan datang….

“ Wow… anda pelukis rupanya… yupz…. Kalau ada waktu saya pasti mampir… bye..“ gadis itu melangkah menjauhi Elang melalui jalan setapak kearah desa…

------

Gerimis malam itu tak membuat Elang beranjak dari depan kanvasnya di lantai dua… Sudah sebulan ia di tempat ini… baberapa masterpiece telah ia selesaikan. Kalau lancar mudah-mudahan pameran tunggal yang akan terselenggara tiga bulan lagi akan sukses… Elang berharap dalam hati. Huft.. kesuksesan yang tak terbayar dengan cinta… terlintas banyangan Sutra mantan istrinya yang telah meninggalkan dirinya dengan pria lain … tega sekali kamu Sutra…. Tiba-tiba rasa sakit dalam hatinya datang lagi… Ah.. persetan denganmu Sutra…. Ting Tong…!!!!!!bel berbunyi…. Siapa yang malam-malam begini bertamu? Elang melihat jam di dinding menunjukan pukul 19:30 wib….

“Selamat malam…… boleh saya masuk?...” Sha.. gadis itu berdiri di hadapannya.

“ Oh.. silahkan….. “ Elang tak mampu menyembunyikan kegugupannya… ia benar-benar heran dengan gadis itu… malam-malam dan hujan begini sungguh sebuah keberanian yang luar biasa melewati deretan hutan pinus menuju rumahnya.

“ kamu berani sekali malam-malam berjalan sendiri..” Elang meletakkan secangkir kopi mix di depan gadis itu.

“ Saya asli orang sini.. kenapa mesti takut… dari kecil saya sudah mengenal daerah ini…”gadis itu tersenyum.. Namun senyum yang menurut Elang agak berbeda dengan yang dilihatnya di kebun bunga beberapa waktu yang lalu.

“Saya baru beberapa bulan di sini, jadi belum terbiasa dengan keadaan di daerah ini… maaf…..”

“ Boleh melihat lukisannya?... “ gadis itu memecah keheningan yang tiba-tiba melanda ruangan ini.

“ Oh… silahkan… kita ke lantai dua… “ Elang berkata sambil menutup pintu depan. Sekilas ia mencium bau wangi yang aneh… semerbak bunga namun tidak sesegar parfum.. ah entahlah….

Mereka menuju ke lantai dua… benar saja.. mata gadis itu terbelalak terkagum-kagum memandangi lukisan lukisan yang terpajang di dinding ruangan itu. Mereka berdiskusi dari satu gambar ke gambar lainnya. Elang menikmati pertemuan dengan gadis yang ia ketahui bernama Sha itu… dari cara ia berbicara terlihat ia sangat cerdas dan berpengetahuan luas..

“Ini lukisan siapa… cantik sekali..” Sha mengagumi sebuah lukisan di sudut ruangan.

“ Lukisan mantan istri saya… namaya Sutra….” Elang melihat gadis itu memandang lukisan Sutra dengan seksama.

“ Saya juga ingin di lukis.. kalau berkenan..” gadis itu tiba-tiba menatap Elang penuh harap.

“ Boleh… kapan saja kamu mau saya lukis silahkan datang..” Elang seperti tak mampu menolak keinginan gadis itu.

Tatapan itu begitu tajam dan menghujam.. menembus.. dan menyiram dengan air segar sekat-sekat hati Elang yang terluka dan perih sejenak memudar… Ah.. Elang tersadar dan mencari gadis itu… kemana dia… mengapa menghilang begitu saja…Elang melangkah keruang bawah… tetapi tetap tidak menemukan Sha… ah mungkin dia sudah pulang… begitu dilihatnya pintu terbuka dan payung yang dibawa gadis itu sudah tidak ada.. dan bau harum aneh itu juga menghilang…

___________

132953354869566289
132953354869566289
“ Kau indah… “ Hanya itu kalimat yang mampu Elang ucapkan demi melihat gadis itu hanya mengenakan lingerie panjang berwarna putih.

“ Ah.. jangan menggoda.. saya jadi grogi…” gadis itu tersipu malu.

“ Relaks saja ya…. Jangan tegang… senyumnya jangan di tahan..” jari-jari tangan Elang semakin lincah menterjemahkn keindahan di hadapannya.

Malam itu menjadikan hubungn mereka semakin dekat saja. Gadis yang dipanggil Shayang oleh Elang dan selalu saja ia tersipu mendengar panggilan itu. Sha rajin mengunjungi Elang hampir di setiap malam-malam yang dingin dan menghangatkan pria yang haus akan belaian kasih sayang.

Sha.. menurut Elang adalah gadis yang tidak terlalu banyak bicara, walau ucapan kepadanya selalu manis dan membuai angannya namun sinar matanya banyak berkata dibanding dengan bibirnya yang merah ranum itu. Elang adalah seorang seniman, tak sulitbaginya menterjemahkah sinar mata Sha. Ia selalu mampu menemukan arti tatapan gadis itu, keinginannya dan harapan pada dirinya. Elang menemukan cinta di sinar matanya.. ya.. walau tak banyak kalimat yang terucap Elang tahu Sha mencintainya… dan Elang sungguh bahagia menyadarinya karna ia juga sangat menyukai gadis itu.

Malam itu mereka merajut asmara dalam derasnya hujan di bulan pertengahan.. hawa dingin yang menyeruak dari sela-sela jendela tak mengurangi kehangatan cinta mereka. Elang bahagia karna adanya Sha membuatnya bersemangat menghadapi hidupnya yang hampir saja hancur tak berenergi… Pameran tunggalnya di Ibukota akan segera terlaksana beberapa hari lagi. Tak sanggup rasanya Elang meninggalkan keharuman tubuh gadis dalam dekapannya malam ini. Namun pihak sponsor menginginkan kehadirannya besok untuk persiapan akhir. Perpisahan sementara membuat keduanya tenggelam dalam kehilangan seakan tak akan bertemu kambali.

“ Saya pasti akan merindumu, Shayang… “ Elang merasakan dekapan gadis itu yang semakin erat adalah sebuah jawaban.

“ Saya akan setia menunggumu, Elang… sampai kapanpun… hanya kamu milikku…”Akhirnya kalimat itu keluar dari bibir ranum Sha yang segera disambut dengan kecupan hangat. (to be continued)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun