Beberapa orang beruntung terlahir dengan kadar kepercayaan diri yang tepat, beberapa memiliki kadar berlebih, dan beberapa bahkan tidak seberuntung itu untuk memilikinya. Some people even choose to have a low self esteem. Tidak sedikit dari kita yang tidak cukup berani menaruh kepercayaan pada kemampuan yang dimiliki diri sendiri. Hal ini bisa terjadi karena banyak hal, mungkin karena sehari-harinya kita dikelilingi oleh orang-orang yang memang sangat berbakat, sangat pintar, dan sukses baik dilingkungan keluarga atau pertemanan. Hal lain yang biasanya membuat kita merasa harus merendahkan diri sendiri adalah ketika kita dikelilingi orang-orang yang dominan dan sepertinya suara mereka pasti didengar, maka kita merasa tidak perlu lagi berpendapat. Menurut saya, memang kondisi-kondisi tersebut memungkinkan kita menjadi tertekan dan tersudutkan. Dituntut untuk menjadi seperti orang lain memang menyebalkan dan membuat frustasi.
But, hey wait! Hidup itu tidak selamanya mudah dan menyenangkan, tekanan selalu ada didalam hidup semua orang—mayI repeat it?—semua orang. Yeah I know it hurts to admit that it’s you the one who choose not to believe in your self.Karena, kita selalu punya pilihan untuk menyerah pada tekanan tersebut or to proof that God put you in a hard situation because you have the power to survive, instead of feeling pity for your self.
Salah satu contoh dari tidak percaya diri yaitu dengan berpikir negatif terhadap diri sendiri, selalu mengira diri kita tidak cukup baik untuk melakukan sesuatu, berpikir bahwa selalu ada orang lain yang lebih baik untuk melakukannya dan sebaiknya kita mendelegasikannya pada orang tersebut. Alih-alih menjadi pemimpin, untuk berbicara di depan umum atau meminta tolong pada si dominanpun sepertinya bukan ide yang baik. Begitulah biasanya orang-orang yang tidak percaya diri kehilangan kesempatan. How could that happen? Karena, dengan berpikir negatif secara tidak langsung kita membatasi diri kita sendiri untuk melakukan hal-hal yang luar biasa. Terlalu sering berpikiran negatif terhadap diri sendiri mungkin akan menyebabkan stres dan depresi.
Setelah terbiasa berpikiran negatif terhadap diri sendiri yang akhirnya membatasi diri kita untuk mengeluarkan seluruh kemampuan yang ada pada diri, maka sadar atau tidak kita telah benar-benar menjadikan diri kita sendiri seperti apa yang kita pikirkan. If you always think that you are not good enough for everything, then you’ll do nothing because you think that you can’t do anything. Voila! Your dreams will remain dreams, until you start to make peace with your self so you can turn them into reality.
Apa makna dibalik kalimat “make peace with your self”? Saya memaknai kalimat tersebut sebagai cara mengenal diri sendiri dan menerima diri kita apa adanya. Berdamai dengan diri sendiri bagi saya adalah bagaimana kita merefleksikan diri kita dan menghargai apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan pada diri kita. Menghargai diri sendiri salah satu caranya yaitu dengan memberi apresiasi pada potensi yang kita miliki, be brave to believe in your self that you can do something big. Cobalah luangkan waktu untuk mengenal dirimu sendiri, setiap orang dilahirkan unik dan spesial, namun tidak semua orang cukup menghargai apa yang dimilikinya sehingga ia hanya fokus pada perasaan dirinya yang selalu kurang.
Tahap selanjutnya yang bisa dicapai setelah menghargai potensi diri menurut saya yaitu memberi tantangan pada diri sendiri—dalam hal yang positif tentunya. Ketika kita sudah cukup mengenal diri sendiri dan mampu menghargai kelebihan diri, maka berbekal kepercayaan diri dan energi positif kita akan mampu menantang diri kita untuk berkembang, melakukan hal-hal fantastis yang sebelumnya tidak pernah dilakukan, atau mendobrak diri agar selalu menjadi lebih baik lagi. Hal itu bisa terjadi hanya karena kita percaya. Kepercayaan yang menuntun kita untuk mewujudkan mimpi.
Bagian tersulit dalam berdamai dengan diri sendiri menurut saya adalah berbesar hati menerima kekurangan pada diri kita. Berdamai dengan kekurangan diri yang cenderung membuat kita kecewa pada diri sendiri, sedih, dan merasa iri pada orang lain. Berbesar hati bukanlah sesuatu yang mudah, manusia tidak pernah puas. Sedih rasanya jika tidak bisa menolong diri sendiri, tapi kita tidak hidup sendirian. Jika kita memang menghargai diri sendiri, sebaiknya kita belajar pada seseorang yang bisa membantu kita memperbaiki kekurangan kita, bukannya malah menutup diri.
Hal lain yang dapat membantu proses berdamai dengan diri sendiri menurut saya yaitu dengan menjadi seorang yang open minded. Dengan berpikiran terbuka, kita akan selalu mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Menerima kritikan akan membuat kita belajar dan menerima pujian akan membuat kita termotivasi untuk meningkatkan prestasi.
Sudah banyak orang yang mengatakan bahwa jika ingin dihargai orang lain, maka hargailah dirimu sendiri. Hal tersebut terdengar klise, tapi bagi saya maknanya sangat dalam karena memang diri kita sendiri yang membiarkan orang lain untuk tidak menghargai kita. Jangan pernah merasa dirimu tidak penting dan tidak akan didengar sebelum berusaha. Treat your self right.
So, have I made peace with my self?
Well, I’m trying.
Have you?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H