Mohon tunggu...
Widya Fransiska
Widya Fransiska Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT

Selanjutnya

Tutup

Money

Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19, Industri Tahu Berpotensi Menurun

21 April 2021   13:05 Diperbarui: 21 April 2021   13:16 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Produksi tahu sejak itu jarang libur sebelum adanya pandemi covid 19, setelah adanya pandemi covid 19 ini produksi tahu lebih sering libur dikarenakan sulit mencari kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu tersebut."ujarnya.

Dimasa pandemi ini produksi kami menurun hingga 50%.disamping daya beli masyarakat yang rendah juga ada kenaikan harga kedelai import.

"Alhamdulillah dimasa pandemi belum ada yang berhenti produksi,cuman ada penurunan omzet, saya hamper KO (knockout-ed) alias terancam gulung tikar menjalani usaha ditengah pandemi covid 19 ini.jika saya melakukan harga jual sebab mengecilkan ukuran tahu tidak mungkin saya lakukan ",kata sugiarni.

Sebab, jika dalam sekali adonan jumlah kedelai dikurangi,maka produk yang dihasilkan akan jelek dan tidak disukai konsumen.selama pandemi covid 19 ini ada pekerja yang berhenti dikarenakan produksi Tahu sering libur tidak ada kedelai sebagai bahan baku pembuatan Tahu.

Dia masih mengingat bagaimana upaya untuk membesarkaan pabrik tahunya itu.

Tahu ini merupakan salah satu jenis tahu yang paling digemari di Dusun Ladang Baru. Penanaman tahu, berasal dari tempatnya diproduksi yakni wilayah Kecamatan Seruway. Banyak yang mengatakan jika tahu ini lebih enak. Tahu inilah yang di produksi oleh pabrik tahu milik sugiarni yang berada di Desa Perkebunan Gedung Biara, Kecamatan Seruway.

Sugiarni mengaku ,cukup kewalahan menghadapi kondisi saat ini,sebab bingung memikirkan gaji karyawan, membeli kayu sebagai bahan bakar pembuatan Tahu, memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ia mengingatkan realisasi luas panen tanaman kedelai selama 2020 hanya mencapai 40,04 persen dari target yang telah ditetapkan pemerintah.

Untuk itu, ujar dia, pemerintah perlu memberikan perhatian serius kepada petani kedelai lokal dan fokus mengembangkan kawasan komoditas kedelai terutama kawasan utama kedelai di empat provinsi, yakni Jatim seluas 78.937 hektare, Jateng seluas 39.248 hektare, Jabar seluas 37.393 hektare serta NTB seluas 30.864 hektare.

"Saya minta pemerintah segera melakukan langkah pengembangan kawasan utama kedelai seluas 127.419 hektare untuk peningkatan produktivitas dan melakukan ekstensifikasi agar kita tidak lagi tergantung dengan import kedelai".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun