Mohon tunggu...
Widya Asthari
Widya Asthari Mohon Tunggu... -

ASBI

Selanjutnya

Tutup

Politik

Di Balik Penyelenggaraan Pilkada Serempak

7 Juni 2015   19:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:18 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilkada atau yang bisa disebut dengan pemilahan kepala daerah merupakan hal yang tak lazim lagi bagi masyarakat, dengan menanamkan pemilihan yang demokratis masyarakat pun harus memilih sesuai dengan keinginan mereka. Pilkada biasanya dilakukan 4 tahun sekali dengan penyelenggaraan perdaerah, namun pada kasusnya KPU merasa kewalahan untuk menghitung suara sebanyak 33 provinsi dengan selang waktu yang tak tentu dan belum lagi beberapa faktor yang membuat penyelengaraan pilkada tersebut tidak efektif. Maka Penyelengaraan pemilu serempak, pemerintah mengeluarkan gagasan baru yang di ciptakan pemerintah. Hal tersebut menimbulkan banyak pertanyaan yang hadir dari kalangan masyarakat bahkan tidak hanya masyarakat, pemerintah sendiripun merasa bingung akan adanya pemilu serempak yang di selenggarakan oleh KPU. Penyelengaraan pemilu serempak, merupakan gagasan baru yang di ciptakan pemerintah. Hal tersebut menimbulkan banyak pertanyaan yang hadir dari kalangan masyarakat bahkan tidak hanya masyarakat, pemerintah sendiripun merasa bingung akan adanya pemilu serempak yang di selenggarakan oleh KPU. Ketua KPU Husni Kamil Malik mengatakan, pilkada serempak gelombang pertama akan dilaksanakan pada tanggal 9 desmber 2015, glombang ini untuk kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memasuki jabatan akhir (AMJ) 2015 dan semester pertama 2016. Lalu gelombang kedua dilakukan pada febuari 2016 untuk AMJ semester kedua tahun 2016 dan seluruh daerah yang akhir masa jabatannya jatuh pada ttahun 2017. “sedangkan gelombang ketiga dilaksanakan pada Juni 2018 dan AMJ tahun 2019,” ucap Husni. Tahapan pilkada serentak 2015 ini diawali dan ditandai dengan pnerimaan data Agregat Kependudukan per Kecamatan (DAK2) secara serentak. DAK2 ini untuk pertama kalinya digunakan sebagai dasar bagi penentuan prosentase syarat dukungan calon perseorangan lebih awal mempersiapkan diri. Husni menambahkan, model pemilihan serentak ini merupakan yang pertama kali di Indonesia, bahkan di dunia. Namun nampaknya pilkada serentak yang akan di selengarakan ini akan mengalami beberapa keganjalan dalam prosesnya, seperti yang dijelaskan oleh salah satu tokoh penting pemerintah ini. “selalu akan ada pemilu, pemilu kita pilkada serentak. Bayangkan pilkada serentak, sebagai ketua umum parpol terbesar saya sendiri mumet,” ucap Megawati saat memberikan kuliah umum di Lembaga Ketahanan Nasional (Lembanas). Jakarta. Kamis (27/5/2015). Selain itu ketua umum PDIP ini pun mengaku bingung dengan aturan dan kepastian keamanan yang belum bisa memberi jaminan, Megawati juga mengaku sudah bertanya langsung dengan pihak kepolisian mengenai kesiapan mengawal jalannya Pilkada serentak, dan jawaban dari kepolisian itu justru membuatnya pusing. “ Bagaimana enggak mumet, biayanya belum ada, maju mundur. Tanya ke polisi, potensi keamanan engak siap, kenapa engak siap karena jumlahnya 450 ribu (personel polisi).” Jelas Megawati. Pakar Arie Sudjito, pesimitis penyelenggaraan pemilihan kepala daerah serantak bisa menciptakan perubahan. Alasannya, penyelenggaraan pilkada serentak tidak akan membuahkan struktur kekuasan yang lebih baik di daerah. Arie pun memperkirakan sederet personal lama, seperti konflik sengketa pilkada, saling gugat antar-konstestan, dan terpilihnya kepala daerah yang tidak kompeten, akan tetap bermuculan. Menurut dia, residu proses demokarasi ini tetap berpotensi muncul meskipun sistem di daerah telah berubah. “ Sebab, sistem pemilu baru, tapi partai politik tidak bernanah,” ujarnya. Arie menilai, sistem pemilihan yang baru ini tdak di imbangi dengan kapasitas partai yang membaik. Akibatnya, sistem pemungutan suara yang berubah tidak diikuti kemunculan kandidat-kandidat baru yang menjanjikan perbaikan. “sebab partai tak berubah. Supplier kandidat kepala daerah sama, dan pilihannya pun sama dengan pilkada sebelumnya.” Ujar Arie. Maka dapat kita simpulkan bahwa bagaimanapun juga pemerintah hanya ingin memberikan gagasan baru untuk membuat sebuah pemilihan umum yang bersih dan juga tetap terjaga keasliannya demi menyalurkan keinginan rakyat untuk memilih calon pemimpin yang benar-benar mereka pilih, dan untuk menghargai semua itu ada baiknya kita mengikuti dan melakukan yang telah di rencanakan oleh pemerintah.

liputan6.com

ahli,pakar.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun