Ih lo kok minum obat antidepresan si, entar ketagihan loh, perbanyak sholat aja gih, mending mendekatkan diri sama yang Di Atas, ah itu sugesti aja kali pengen muntahnya, udah dibawa enjoy aja jangan dibawa stres...Â
Itu adalah sedikit dari komentar orang-orang yang mengetahui kondisi kejiwaan saya saat ini.. Â Mungkin anda juga berpikir "ih dokter kok stres, ih dokternya gila sampe minum obat antidepresan"Â
Well, mari belajar untuk jangan pernah men-judge seseorang terhadap kondisi yang tidak pernah anda alami sendiri..Â
Bagi yang mengenal saya, saya sangat menyukai olahraga yoga. Saya hampir setiap kali melakukam yoga sebelum saya bekerja.. Saya sering mengikuti event-event yoga..Â
Sampai beberapa minggu yang lalu saya diajak mengikuti yoga teacher training, trainingnya setiap seminggu sekali, di hari minggu, dari jam 8 sampai jam 18..
Saya sebetulnya tidak memiliki motivasi sama sekali untuk menjadi guru yoga, motivasi saya cuma 1 : ingin bisa melakukan gerakan yoga dengan benar, dan bisa menyusun rangkaian gerakan yoga. Itu saja!
Namun kenyataannya, hari pertama saya ikut training, ternyata training ini sangat serius, dengan buku tebal, nama gerakan yoga dengan bahasa sansekerta, teori-teori yoga yang harus saya hafal.. Dan yg lebih buat saya stres adalah tuntutan untuk menguasai mirror teaching, dimana saya sebagai guru yoga harus bisa menjadi cermin bagi peserta, klo saya bilang angkat tangan kanan, berarti saya harus angkat tangan kiri.. Â Buat saya ini sangat sulit..
Selama 34tahun saya hidup, saya sudah bersusah payah menanamkan kalo tangan yang ini itu kanan, ini itu kiri, biar jika saya mjd navigator bagi supir, saya tidak dimarahi. Dan sekarang saya harus belajar merubah itu semua.. Itu susah, amat susah...
Saya tidak bisa menikmati hari pertama saya training.. Namun saya masih optimis, mungkin setelah minggu ke 2 saya bisa lebih enjoy..Â
Saya mencoba berlatih yoga disela-sela kesibukan saya. Mencoba menghafal dan berlatih.. Namun...
Training hari ke2 saya menjadi lebih tertekan. Hafalan gerakan yang makin banyak, tuntutan guru yang saya rasakan semakin berat. Dan mulailah apa yang dinamakan "gangguan cemas"