Mohon tunggu...
Widya Ristanti
Widya Ristanti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka membaca.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membelajarkan Toponimi Solo

26 Mei 2023   10:00 Diperbarui: 26 Mei 2023   10:11 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bertemu dengan teman lama merupakan hal yang sangat menyenangkan. Apalagi kalau teman tersebut sefrekuensi atau menjadi bestie pada masa perjuangan di bangku kuliah belasan tahun lalu. Saat ini, kami sama-sama menjadi guru. Walaupun tahun telah bergulir, ketika berjumpa masih saja banyak cerita mengalir dengan serunya. Ada saja hal yang diceritakan, mulai dari keluarga, cerita masa muda, hingga suka duka mengajar.

 Ada satu cerita teman saya yang hingga saat ini masih terngiang-ngiang di telinga saya. "Duh, siswa sekarang tu tidak mengenal asal-usul tempat tinggalnya lho," keluhnya siang itu. "Masa iya, ketika kutanya tentang asal usul nama Begalon (nama salah satu wilayah di Laweyan, Surakarta) mereka menjawab jika dulunya daerah itu merupakan kampung begal," lanjutnya.

Terperangahlah saya. Masa iya Begalon artinya kampung begal?

Mungkin generalisasi teman saya terhadap kemampuan siswanya tidak terlalu tepat. 'Mungkin saja' tidak hanya siswa yang kurang mengetahui toponimi daerah asalnya. Bisa jadi orang yang lebih tua pun banyak yang tidak mengerti. Itulah hipotesis saya.

Membuka KBBI daring, toponimi adalah cabang onomastika yang menyelidiki nama tempat. Onomastika sendiri merupakan penyelidikan tentang asal-usul, bentuk, dan makna nama diri, terutama nama orang dan tempat.

Menelisik sejarah, Kota Solo dan Yogyakarta memiliki kesamaan toponimi karena sama-sama berasal dari Kerajaan Mataram. Di Kota Solo ini, toponimi wilayah banyak yang dipengaruhi oleh nama tumbuhan, tokoh, hingga jabatan/profesi baik dari Keraton Kasunanan Surakarta maupun Mangkunegaran (Solopos.com, 11/4/2022).

Misalnya saja nama Begalon yang disebutkan teman saya di atas. Wilayah Begalon dulunya merupakan domisili para abdi dalem yang menjadi pengrajin perhiasan berbahan emas dan intan (Tifanto, 2013). Jadi, bukan wilayah begal ya!

Di Solo ini, toponimi berkaitan dengan profesi, masih ada Kauman (pemuka agama), Gemblegan (pengrajin kuningan), Kemasan (pengrajin emas), ataupun Kethandan (pegawai pajak).

Berkaitan dengan domisili prajurit keraton, ada Sorogenen (barak prajurit keraton), Setabelan (barak prajurit stabe/prajurit Mangkunegaran), Tamtaman (barak prajurit tamtaman keraton Surakarta), Mertoluludan (barak prajurit eksekutor mati), Carangan, dan Ksatriyan. Profesi berkaitan dengan pejabat keraton ada Kepatihan, Mangkuyudan, Panularan, dan Mangkubumen (Tifanto, 2013).

Berkaitan dengan nama tumbuhan, kita dapat menjumpai Mojosongo, Kedunglumbu, Kleco, dan Pucangsawit (Solopos.com, 11/4/2022). Berkaitan dengan nama orang, ada wilayah Jebres, Kusumoyudan, Margoyudan, hingga Singopuran.

Apakah contoh toponimi wilayah Solo tersebut hanya yang saya sebutkan di atas? Tentu saja tidak. Masih banyak toponimi di Solo yang belum saya sebutkan. Bisa jadi wilayah yang Anda tinggali memiliki latar belakang sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun