Tentu kebanyakan anak anak pasti menyukai makanan pudding yang satu ini. Karena pudding  memiliki cita rasa manis dan creamy. Pudding adalah sebuah hidangan penutup yang umumnya dibuat dari bahan-bahan yang direbus, dikukus, atau dipanggang.Â
Para orang tua hampir setiap hari membuat pudding baik untuk hidangan penutup atau hanya sebagai cemilan dirumah. Mayoritas masyarakat Indonesia hanya mengetahui kalau pudding dibuat secara cepat saji saja dari bentuk kemasan. Namun siapa sangka kalau puding bisa dibuat dari daun kelor yang mungkin sebagian orang masih asing dengan daun yang satu ini.
Yap, betul daun kelor. Menurut Zakaria et al., (2012) daun kelor atau dikenal dengan (Moringa oleifera) adalah daun berwarna hijau yang dipetik dari dahan pohon yang kurang lebih dari tangkai daun pertama (di bawah pucuk) sampai tangkai daun ketujuh yang masih hijau, dan digunakan dalam pembuatan tepung. Karena digunakan dalam pembuatan tepung inilah yang bisa menjadi alternatif makanan untuk pencegahan stunting pada anak.Â
Daun kelor juga merupakan komoditas yang banyak tumbuh di Indonesia dan berpotensi sebagai makanan pendamping ASI yang ekonomis dan murah. Selain itu kandungan daun kelor antara lain sebagai antioksidan, Vitamin B6, Vitamin B2, Vitamin C, Vitamin A, zat besi, Magnesium, dan protein nabati yang tinggi , sehingga sangat kompleks untuk pencegahan gizi buruk / stunting.
Kemudian untuk pembuatan pudding dari daun kelor sendiri ternyata cukup mudah dipraktekkan dirumah, hal ini karena bahan bahan yang digunakan cukup simple dan harganya terjangkau.Â
Selain itu alat yang digunakan hampir mirip dengan pembuatan pudding pada umumnya dan langkah langkah pembuatannya bisa diikuti dengan mudah. Sehingga pengolahan daun kelor menjadi pudding sangat cocok sebagai altenatif pencegahan stunting pada anak.
Menyinggung persoalan stunting pada anak Indonesia ternyata masih banyak anak Indonesia yang terkena stunting. Stunting sendiri adalah masalah gizi kronis akibat kur, angnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya.Â
Selain mengganggu masalah kesehatan pada anak dan balita stunting juga dapat mengganggu pendidikan serta produktifitasnya dikemudian hari. Masalah stunting ini hampir dialami oleh seluruh masyarakat modern saat ini dan telah menjamur dihampir pelosok daerah.Â
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6% pada 2022. Sehingga dari angka tersebut ditafsirkan cukup besar populasi stunting di Indonesia.
Namun  masyarakat yang berada didesa desa masih menganggap hal tersebut lumrah , karena  mereka berpikir anak mereka yang gemuk tandanya sehat dan cukup gizinya.Â