"Bodoh! Pertanyaan macam apa barusan? Kamu bodoh, Mel. Bodoh banget!" hatiku terus berisik memarahi diri sendiri.Â
"Ayok! Sini lihat wajah aku!" Dewa terus meminta tanpa mengerti aku sedang kebingungan menempatkan diri.Â
Aku pikir dengan mengalihkan pembicaraan Dewa akan melupakan pertanyaan aku barusan. Baiklah! Lebih baik aku mengganti topik obrolan.
"Bagaimana kerjaan kamu hari ini?"Â
Iya, anggap saja ini usaha mengalihkan topik mencari jalan aman.Â
Dewa hanya senyum-senyum memandang gelagak tubuh ku yang kebingungan. Aku meliriknya sesekali, ternyata dia masih memandang wajahku dari balik layar telepon genggam. Sungguh aku kebingungan, kenapa barusan harus keluar obrolan seperti tadi.Â
***
Siang ini cuaca sangat panas, langit seperti sedang sangat bersahabat dengan matahari. Sehingga mataku ini tak sanggup menahan silau warna biru langit yang cerah.Â
Suara burung-burung pun riang berkicau, seakan mereka paham bahwa ada rasa yang tengah butuh dihibur siang ini. Sayang, ternyata bagiku ini berisik.Â
"Apa dia masih mau jadi teman aku ya? Duh aku jadi malu setelah kejadian semalam."Â
Sambil duduk di bawah pohon samping rumah, aku memandang langit yang sedikit bisa ku raba. Sebab di bawah pohon suasana lumayan sejuk karena rindangnya dedaunan. Kembali ku gambarkan wajah Dewa, mengguratkan bibir tipisnya, senyuman manjanya, juga ada hal yang selalu lucu dari setiap celotehan ucapannya.Â