Pembelajaran yang efektif yaitu pembelajaran tidak memerlukan banyak tenaga untuk berteriak keras-keras dalam menjelaskan dan selalu mengaturnya untuk mendengarkan sambil duduk manis. Sayangnya pembelajaran yang sia-sia seperti inilah yang masih lazim kita temukan.
Seharusnya pendidik mulai memahami bagaiman sih pembelajaran yang mudah di serap siswa?, tidak jika banyak pendidik yang mengeluh sulit dalam mengajar siswa dan sangat melelahkan dalam mengatur mereka untuk dapat belajar dengan maksimal. Untuk mengubah persepsi mengajar itu sulit dan melelahkan, pendidik perlu memahami cara otak siswa dalam menangkap informasi waktu kapan yang membuat mereka optimal dalam berpikir. Pembelajaran ini sangat cocok diterapkan untuk mengajar pada kelas rendah di SD karena perkembangan jiwa mereka masih menyukai permainan dan suasana yang menyenangkan.
Hal mendasar yang perlu diingat guru yaitu pembelajaran yang baik terjadi bila siswa tertantang untuk mencoba sesuatu tetapi tidak merasa terancam dalam melakukannya, serta libatkanlah semua indra mereka. Di sini guru perlu memberikan siswa kesempatan untuk try and eror dalam menemukan jawaban benar, di samping memberikan informasi baru pada otak mereka. Misalnya kita menjelaskan mengenai rangkaian listrik seri dan paralel, kita memberikan kesempatan pada siswa untuk mencoba merangkainya secara berkelompok sampai lampu benar-benar menyala.
Dengan cara melibatkan indra mereka secara langsung dalam pencarian informasi, pengamatan subjek belajar, dan pengalaman baru dalam memperolehnya maka otak mereka lebih efisien dalam menyerap pembelajaran.
Pada awal pembelajaran, pendidik bisa menggunakan cerita perumpaan mengenai hal yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Sebelum pendidik melangkah ke pembelajaran lebih jauh, kenalilah terlebih dahulu pengetahuan yang telah di bawa oleh siswa. Misalkan guru akan menjelaskan mengenai fotosintesis maka ia perlu menanyakan pada murid "Daun umumnya berwarna apa? Apakah ada daun yang berwarna merah, ungu dan berwarna selain hijau, guru dapat memberikan pengetahuan baru bahwa warna hijau pada daun disebut kloroplas yang berfungsi untuk fotosintesis dan warna selain hijau di sebut pigmen daun yang di gunakan untuk membantu menyerap cahaya pada waktu fotosintesis. Kemudian menjelaskan apa itu fotosintesis dan diibaratkan pohon itu seperti ibu yang suka memasak untuk membuat makanan. Pemberian pengetahuan baru dengan istilah yang telah mereka kenal dan sering di temukan akan mempercepat pemahaman mereka mengenai sesuatu
Setelah informasi-informasi baru telah di susun membentuk kesatuan pengetahuan yang baru dan utuh oleh siswa, langkah selanjutnya yaitu mengadakan evaluasi dengan mengajak mereka berdiskusi, Tanya jawab ataupun permainan. Setelah evaluasi di lakukan, guru perlu memberi penguatan otak dengan pengulangan sekilas materi sebelumnya pada awal pertemuan materi baru. Intinya pembelajaran tersebut selalu runtut dengan jenjang pendidikan.
Pada saat pembelajaran berlangsung, pendidik memperbolehkan mereka melakukan apa yang diinginkannya asal mereka ketika di beri pertanyaan masih dapat menjawab dengan benar
Penciptaan lingkungan belajar juga penting dalam fungsi otak melakukan pembelajaran. Ilmuwan saraf mengatakan bahwa 90% masukan indra untuk otak berasal dari sumber visual dan otak mempunyai tanggapan cepat dan alami terhadap symbol, ikon, dan gambar yang sederhana (Jensen, 1994). Jadi dalam pembelajaran, pendidik perlu memasang poster di depan kelas diatas pandangan mata untuk mengingatkan isi pelajaran yang pernah diajarkan ataupun mengetahui pelajaran selanjutnya yang akan di bahas. Poster yang berisi pemberian motivasi juga di perlukan untuk memberi semangat belajar siswa sebelum memulai pelajaran. Otak juga berpikir dalam warna jadi pasanglah poster dengan warna yang beraneka ragam. Selain itu adanya alat bantu dan pengaturan bangku yang bervariasi dapat mengubah lingkungan pembelajaran menjadi kondusif dalam memaksimalkan momen belajar. Misalkan minggu pertama menggunakan model tempat duduk loter U, minggu berikutnya tempat duduk seperti biyasa tetapi muridnya yang pindah seperti rute ular. Pemilihan teman sebangku juga diatur pendidik sepert anak yang pintar dengan anak yang kurang sehingga mereka dapat saling bekerja sama. Perlu diingat juga untuk pendidik bahwa otak siswa mudah terangsang untuk belajar jika pembelajaran tersebut memunculkan rasa penasaran. Jadi dalam pembelajaran sebaiknya pendidik tidak mudah dalam memberikan jawaban benar sebelum anak tersebut mencoba menemukannya terlebih dahulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H