Mohon tunggu...
Widi Jatmiko
Widi Jatmiko Mohon Tunggu... -

gemar tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Google Maps, Solusi Konkrit bagi Bikepacker

8 September 2016   11:07 Diperbarui: 8 September 2016   11:33 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bikepacker adalah plesetan dari istilah yang sudah lazim di dunia traveling, yaitu backpacker. Bikepacker dapat diartikan sebagai seorang yang pergi berwisata dengan mengendarai sepeda motor dengan membawa tas punggung. Bikepacker dapat dilakukan sendiri, berboncengan, maupun berkonvoi.

Ciri khas yang tampak bagi seorang bikepacker hampir sama dengan backpacker, membawa tas punggung dan sangat ekonomis dalam mempertimbangkan biaya pengeluaran selama perjalanan. Perbedaannya yang cukup mencolok, bagi seorang bikepacker adalah menggunakan pakaian standar pengendara sepeda motor. Untuk tujuan destinasi tertentu, kadang seorang bikepacker belum mengetahui arah jalannya. Solusi Konkrit ada di layanan peta online, Google Maps.

Google Maps adalah layanan peta yang relatif lengkap untuk mengetahui berbagai hal terkait penentuan lokasi. Selain itu, Google Maps dapat memberikan rekomendasi jalan dengan rute tercepat (waktu tempuh dan jarak disebutkan), rute alternatif dengan maksimal tiga rute, dan rute dengan berbagai kendaraan, seperti kereta api, mobil, maupun jalan kaki. Namun, mengingat layanan Google Maps tidak menyertakan rute dengan kendaraan sepeda motor, maka saya memilih rekomendasi jalan lewat rute mobil.

Ada dua alasan logis untuk memilih rekomendasi jalan dengan rute mobil. Pertama, rekomendasi jalan dengan rute mobil maka otomatis jalan yang direkomendasikan tersebut besar, sehingga mudah dilalui oleh sepeda motor. Kedua, menghindari jalur searah yang sering terjadi di daerah kota. Misalkan jarak antara lokasi A dengan lokasi B hanya 3 km. jika ditempuh dengan rekomendasi jalan kaki hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit.

Tetapi jika menggunakan rute mobil jarak sekitar 10 km dan membutuhkan waktu 10 menit. Ini persoalannya, jika seorang bikepacker tetap bertahan  menggunakan rute jalan kaki dengan alasan terlalu lama atau jauh jika menggunakan rute mobil, dikhawatirkan nanti melanggar peraturan lalu lintas dengan lewat di jalur searah. Karena pengalaman saya sampai di menit ini, menggunakan layanan Google Maps, tidak pernah salah untuk rekomendasi jalan. Jadi saya percayakan semua hal ini kepada Si Dia untuk perkara rekomendasi jalan.      

Peta ini juga dapat terintergasi dengan ponsel pintar yang memiliki layanan Global Positioning System (GPS). Akan ada tanda titik biru sebagai titik koordinat dimana anda berada, sehingga menambah akurasi saat di perjalanan. Tetapi ada catatan penting terkait pemilihan rekomendasi jalan agar saat berkendara tepat sesuai jalur dan destinasi yang dituju, antara lain: (1) ketik pada kolom Google Maps untuk destinasi yang spesifik. Misalkan titik A adalah titik koordinat seorang bikepacker menuju ke lokasi Karangasem, Bali. Usahakan pada form Google Maps “ke” tujuan yang dimaksud, ketika kata “karangasem” dan beberapa detik muncul sebuah lokasi Karangasem Pulau Bali.

Lalu klik atau pilih lokasi tersebut. Jangan mengetik kata “karangasem” saja dan langsung meng-klik. Karena dapat dimungkinkan Google Maps akan salah memberikan rekomendasi jalan. Maka otomatis Si Bikepacker salah tujuan. Karena pada kata “karangasem” bisa jadi justru diarahkan ke Karangasem, Banyuwangi; (2) dalam perjalanan usahakan meng-klik destinasi tujuan berdasarkan nama jalan. Sering Google Maps salah memberikan rekomendasi karena mengetik kata tujuan yang sangat umum.

Misalkan ke “toko cinta abadi” tanpa disertai pilihan nama jalan, kota atau kabupaten, maka dapat dimungkinkan akan salah tujuan dari rekomendasi jalan yang diberikan; (3) untuk Google Maps tidak mencantumkan destinasi atau lokasi tertentu dengan menyertakan RT atau RW berapa, atau nama dusunnya; (4) kadang ada tempat-tempat umum tertentu yang mudah muncul di awal men-zoom Google Maps, titik koordinatnya tidak sesuai dengan kenyataan. Jadi maklum saja, buatan manusia pasti ada salahnya, dan terakhir (5) secara prinsip, rekomendasi jalan Google Maps dengan rute tercepat atau lainnya, mengabaikan kondisi jalan berlubang dan macet. Untuk itu, bikepacker harus berhati-hati dalam berkendara.

Saya pernah melakukan hal ini saat rombongan teman-teman dari Banyuwangi, Jawa Timur mengendarai sepeda motor berkonvoi hendak liburan ke Bali. Tetapi mereka tidak mengetahui jalan-jalan sekitar Bali bagian selatan. Maka saya berinisiatif menjadi penunjuk jalan dengan dibonceng oleh salah satu teman saya, dengan percaya diri saya katakan ke teman-teman lainnya “tenang, sudah ada Google Maps, saya pasti tahu”, dan kami pun berangkat menuju lokasi.

Dengan melihat rekomendasi rute, saya sering-sering untuk men-zoom jalan yang dilalui. Karena saat berada di lokasi perempatan jalan yang alur jalannya melengkung seperti Huruf S bertautan, jadi harus jeli, dan memastikan belok kiri atau belok kanan, atau mungkin lurus berliku sesuai jalan kenyataan. Kadang pada saat di lokasi ini kita bisa salah jalan, yang seharusnya belok kiri, ternyata kita lurus saja mengikuti rute jalan kenyataan, dan lurus jalannya tidak sempurna seperti Huruf S. Hal ini saya alami saat di daerah Kuta Utara-Bali. Sedikit tambahan, saat memilih rekomendasi jalan, saya selalu memilih rute yang bukan merupakan jalan poros. Karena jalan poros lebih padat kendaraan dan kemungkinan besar waktu tempuh lebih lama. 

Mungkin itu saja dari saya..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun