Mohon tunggu...
Widi Jatmiko
Widi Jatmiko Mohon Tunggu... -

gemar tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Beli Es Buah tanpa Es?

2 September 2016   20:17 Diperbarui: 2 September 2016   21:43 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Es buah"][/caption]

Petang hari, sekitar pukul 18.30 waktu setempat, aku baru saja menyelesaikan ketikan surat undangan untuk saudaraku. Rencana dalam beberapa hari ke depan salah satu saudaraku mau menikah.

Kemudian aku langsung bergegas menuju tempat jasa penge-print-an dan fotokopi di tetangga sebelah. Tempat jasa penge-print-an dan fotokopi seperti toko pada umunnya. Menyediakan alat tulis kantor. Seperti biasa undangan tercetak satu lembar halaman saja, sisanya difotokopi. Ini merupakan prinsip yang sama dengan pemerintahan saat ini, efisiensi anggaran. Hehehe

Setelah itu, aku langsung membayar jasa tersebut sebanyak lima ribu rupiah. Sempat bertanya ke penjaga tokonya, “Bu, jual pulsa di sini?”
“Kosong Mas, sudah lama gak jualan. Beli di sana saja di Toko C******* (maaf aku sensor)” jawabnya
Tetapi saya tidak mengikuti saran dari penjaga toko tersebut, saya justru beralih ke toko waralaba yang dekat dengan rumahku. Sempat mengantre beberapa detik, langsung saya bilang ke kasirnya, “beli pulsa pak, yang A******”
“Sebentar mas, masih proses” sambil mengutak-atik komputer kasir toko waralaba.
Kemudian dia bertanya “beli pulsa berapa pak?”
Saya jawab, “sepuluh ribu saja”. Maklum efek belum gajian. Hehehe..
Sudah masuk mas? Tanya lagi dia
Ya sudah, masuk. Berapa pak?
Rp.11.500. dijawabnya, dan langsung aku bayar dengan selembar uang 50 ribuan.
Sambil bertransaksi, sempat tetanggaku mendekatiku, dengan nada pelan dia berbicara “bisa dibayari Pak?” seketika aku kaget dan menoleh di sisi kiriku, “oh, ibu..bisa Bu, bisa. Tapi lihat saldo atm dulu, ada apa enggak.” Jawabku dengan nada bercanda. Seketika itu juga kita tertawa.

Lalu aku menerima kembalian uang Rp. 38.500 dan meninggalkan toko waralaba tersebut melalui pintu keluar dan menuju halaman parkir. Saat aku berada di halaman parkir, menoleh ke sisi selatan, aku melihat stand penjual es buah. Aku lihat daftar menu dan etalasenya, tampak buah alpukat dipajang. Aku pun jadi tertarik untuk membeli es buah. Hanya saja yang jadi persoalan, aku sampai saat ini menghindari minuman es, dan kebetulan saat malam hari di kotaku hawanya relatif dingin. Maka aku putuskan, langsung bilang ke penjaga stand es buah itu, “permisi Mbak, mau beli es buah alpukatnya, tapi tanpa es”

Jawab si penjaga stand “Oh, maaf Mas, gak bisa, alpukatnya tinggal satu”
“Oo enggak, enggak, saya mau beli buah alpukatnya itu sama campuran lainnya termasuk gula cairnya, tapi tanpa es” selaku..
Lalu si penjaga stand menimpali, “jadi beli buah alpukat dan lainnya, tanpa es, porsi buah alpukat lebih banyak?”
Kemudian aku tegaskan, “iya, satu bungkus saja mbak.”
Selesai diracik dan bungkus oleh si penjaga stand, saya bertanya “berapa Mbak?”
Dijawabnya “tujuh ribu”
Langsung aku bayar dengan selembar uang lima ribu dan dua ribu, langsung berbegas pulang dengan mengendarai sepeda motorku.

Dari cerita ini pasti banyak orang menilai ada kejanggalan terkait cerita beli es buah tanpa es di atas. Karena memang tidak lazim hal semacam itu terjadi disaat pembeli membeli sesuatu yang dapat menghilangkan esensi dari menu yang dijual. Seperti saat membeli sate kambing tapi tanpa tusuk bambunya, atau beli bakso sapi tanpa bola dagingnya.

Si penjual akan merasa aneh dan lucu, karena jika menghilangkan satu bagian terpenting dari menu tersebut, yang sebenarnya justru berbeda maknanya. Beli es buah tanpa es, artinya beli buah, sate kambing tanpa tusuk bambu, artinya daging kambing panggang, dan bakso sapi tanpa bola daging, sama dengan beli bihun berkuah. Hehehe..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun