Mohon tunggu...
Widoko
Widoko Mohon Tunggu... Guru - Menyukai semua hal yang inspiratif

Pernah menimba ilmu di Yangzhou University, China

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bumi-Langit: Selama Ini Kapal China Pakai Meriam, Bakamla Indonesia Pakai Peluru Karet

1 Januari 2021   20:26 Diperbarui: 1 Januari 2021   20:27 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu daerah geopolitik yang dekat dengan Indonesia dan menghangat sepanjang 2020 adalah Laut China Selatan. Di daerah ini China berkali-kali menunjukkan otot militernya dengan show force kekuatan laut maupun udara.

Pamer kekuatan udara terbaru di atas Laut China Selatan yang dilakukan China misalnya dengan menerbangkan pesawat pengebom baru seri H6-K pekan kemarin. Kementerian Pertahanan Jepang melaporkan 4 unit pesawat H6-K tersebut melakukan patroli bersama dengan dua pesawat bomber Rusia TU-95 di atas Laut China Selatan dan Laut Jepang Selasa, 22 Desember 2020.

Sedangkan untuk kekuatan laut juga tidak ketinggalan. Pada momen yang hampir bersamaan mereka juga mengerahkan kapal induk Shandong dan beberapa kapal perang di Laut China Selatan.

Berkaitan dengan kapal-kapal China di Laut China Selatan, salah satu yang sempat menghebohkan publik tanah air adalah adanya kapal mereka yang menerobos zona ekonomi eklusif ZEE) Indonesia. Hal itu terjadi sekitar pertengahan September 2020.

Dilansir Kompas.com, 13 September 2020, pada tanggal 12 September 2020 sekitar pukul 10,00 WIB kapal Coast Guard China dengan berani memasuki Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di kawasan Laut Natuna Utara. Melihat adanya kapal dengan nomor CCG 5204 pun Badan Keamanan Laut Indonesia (Bakamla) mengerahkan Kapal Nipah 321 untuk menghalaunya.

Tetapi proses penghalauan itu tidak berjalan mulus. Kapal tersebut tetap berada di perairan Natuna Utara karena menganggap daerah itu adalah wilayah mereka berdasarkan klaim nine dash line. Kapal CCG 5204 bertahan di sana selama beberapa hari dari tanggal 12 September sampai dengan 14 September 2020. Pada tanggal 14 September sekitar pukul 11.30 WIB baru meninggalkan wilayah ZEE Indonesia di perairan Natuna Utara.

Dan fakta yang mengejutkan berkaitan dengan persenjataan kapal Coas Guard China dan Bakamla adalah tidak berimbangnya kekuatan persenjataan mereka. Hal itu terungkap dari pernyataan Kepala Bakamla, Laksamana Madya Aan Kurnia.

Menurut Laksdya Aan Kurnia selama ini kapal-kapal Coast Guard China dan Vietnam bersenjatakan meriam-meriam besar, kaliber 75 dan 57. Sedang Bakamla hanya bersenjatakan peluru karet. Baru tahun ini menurut Laksdya Aan Kurnia pihaknya dilengkapi dengan senjata kaliber 30 mm setelah melapor pada Menhan Prabowo pada bulan Agustus 2020.

"Jadi saya menghadap Pak Menhan langsung Bulan Agustus, jadi selama ini Coast Guard China, Coast Guard Vietnam meriamnya sudah gede gede, kaliber 75, 57. Saya mau beli senjata saja nggak boleh. Kemarin saya menghadap Pak Menhan langsung, aturan-aturan kita lihat ternyata boleh, bisa dan Alhamdulillah bisa," ujar Laksdya Aan Kurnia 30 Desember 2020 (Detik.com, 30 Desember 2020).

Sebagai negara yang banyak wilayahnya terdiri dari lautan, kekuatan laut Indonesia memang perlu mendapat perhatian. Alutsista pendukung juga harus berimbang dengan negara-negara tetangga terutama pada daerah-daerah rawan yang sering memanas seperti perairan Natuna Utara. NKRI selamanya...I]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun