Selama ini di tanah air kita guru sering dijuluki Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Gelar "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" pada guru merujuk pada lagu Hymne Guru gubahan Bapak Sartono sekitar tahun 1980an. Lagu ini terinspirasi dari kondisi guru di Madiun yang hidup dalam keterbatasan ekonomi. Keadaan tersebut menggambarkan kesejahteraan guru secara umum pada saat itu.
Sejak tahun 2007 diberlakukan program sertifikasi guru. Tujuannya adalah memberikan Tunjangan Profesi Guru (TPG). TPG dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru yang pada akhirnya meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan adanya tunjangan ini maka gelar "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" menjadi bergeser.
Pergeseran itu juga ditandai dengan berubahnya lirik pada lagu Hymne Guru. Versi awalnya di akhir lagu berbunyi "Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa". Setelah diubah lirik baru menjadi "Engkau patriot pahlawan bangsa pembangun insan cendekia". Perubahan itu beralasan bahwa guru jaman sekarang sudah jauh lebih sejahtera di banding sebelumnya.
Ada beberapa pihak yang menyayangkan perubahan lagu tersebut, karena nyatanya saat ini masih banyak guru yang hidup jauh dari sejahtera. Ada guru yang menerima honor 150.000 rupiah per bulan. Bahkan ada yang sejumlah itu tapi per tiga bulan.
Dampak yang lain adalah ada sementara guru yang memandang dirinya "kami bukan lagi pahlawan tanpa tanda jasa (titik)", tanpa diteruskan kelanjutannya. Cara pandang seperti ini sedikit mereduksi nilai-nilai kepahlawanan pada diri seorang guru. Sikap rela berkorban dan mencontohkan hal-hal yang hebat menjadi jarang terlihat. Padahal jika merujuk pada lagu Hymne Guru yang baru seharusnya "kami bukan lagi pahlawan tanpa tanda jasa, tapi (tetap) pahlawan pembangun insan cendekia".
Tujuan utama dari perubahan ini sebetulnya adalah kualitas pendidikan. Dan itulah pekerjaan rumah besar bagi "semua pahlawan yang direvisi" di negeri ini. Saat masih "Tanpa Tanda Jasa Dulu" kita mengekspor guru ke Malaysia, sekarang kita mengekspor TKI. Dulu banyak Mahasiswa Malaysia yang belajar ke sini, sekarang universitas-universitas kita berperingkat di bawahnya. Yang paling mencolok adalah peringkat pendidikan. Menurut UNDP Indonesia pada peringkat 108 dunia sedang Malaysia berada pada 46 tingkat di atasnya.
Menurut Ibnu Khaldun ilmu pengetahuan adalah bagian esensial dari suatu peradaban, disitulah semua guru harus menyadari peranan pentingnya. Jika masa depan generasi ini suram, guru yang profesional dan berjiwa pahlawan berada pada ujung terdepan untuk mencerahkan.Tidak hanya guru yang profesional dalam menuntut hak, tapi juga profesional dalam menunaikan kewajiban, menginspirasi dan mencontohkan.
Guruku, engkau tetap pahlawan.
Bukan dari yang engkau terima tapi dari yang engkau berikan...
(Selamat Hari Guru Nasional)