Di tengah masalah Pandemi Corona yang belum menunjukkan tanda-tanda berhenti, Indonesia harus menghadapi isu baru yang tak kalah seru: pengesahan UU Cipta Kerja oleh DPR RI.
Undang-undang yang disahkan DPR RI Senin, 5 Oktober 2020 lalu tersebut mengundang polemik besar. Demo besar-besaran pun meledak di berbagai kota menyikapi UU Cipta Kerja yang dinilai banyak pihak tidak menguntungkan pekerja itu.
Selain demo besar-besaran yang juga sempat diwarnai ricuh, ada hal - hal unik sekitar pengesahan UU Cipta Kerja ini yang bermunculan. Mulai dari DPR yang dijual murah di situs penjualan on line, ada dosen yang memberi nilai A pada mahasiswanya yang ikut demo menolak UU Cipta Kerja, Kampus yang memberi uang makan kepada mahasiswanya yang ikut demo, sampai pada isu wacana pindah negara.
Nah berkaitan dengan isu pindah negara, nama Jepang tiba-tiba saja viral di media sosial. Hal itu berawal dari suatu unggahan di Twitter oleh sebuah akun bernama @sosmedkeras.
Ya akun tersebut mengunggah suatu foto yang menunjukkan plang penunjuk arah jalan berwarna hijau dengan ada dua tulisan. Yang atas Semarang, dan yang bawah Jepang. Unggahan tersebut disertai caption: Otw Pindah ke Jepang, kalian kapan?
Unggahan yang dibuat pada hari Selasa, 7 oktober 2020 itu pun viral. Sampai kini sudah disukai oleh 7.000 lebih pengguna twitter.
Usut punya usut ternyata Jepang adalah sebuah desa. Desa itu terletak di Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Jarak Desa Jepang sekitar 8,2 kilo meter dari pusat Kota Kudus.
Lalu mengapa desa tersebut dinamai Jepang? Adakah di sana banyak orang-orang Jepang semacam pecinan yang banyak orang - orang China. Atau seperti kampung Arab yang banyak orang - orang Arab?
Ternyata nama Jepang tidak ada sangkut pautnya dengan Jepang yang ada jauh di pasifik sana. Nama itu berkaitan dengan sejarah tanah Jawa yang berkaitan dengan sejarah kerajaan Demak Bintoro.
Ternyata nama Jepang dulunya adalah Jipang. Dilansir Grid.id, 3 Juli 2018, daerah yang saat ini bernama Desa Jepang dulunya merupakan jalur yang dilalui Arya Penangsang, seorang Bupati Jipang Panolan di daerah Blora yang merupakan rival Jaka Tingkir, untuk pergi ke Sunan Kudus. Karena jarak dari Blora ke Kudus cukup jauh maka dibuatlah tempat untuk istirahat dan sholat.