Pasar musik Indonesia adalah salah satu yang terbesar di Asia, nomor satu-nya menurut saya adalah Jepang, namun ada dua perbedaan besar mengenai permusikan di dua negara ini. Pasar musik Jepang merambah dunia internasional dengan media Anime (kartun jepang) sebagai salah satu media promosinya yang peminatnya dari seluruh dunia. Sedangkan pasar musik Indonesia sudah merasa cukup puas dengan ratusan juta konsumennya dari seluruh nusantara termasuk Malaysia, Singapura dan Brunei, dan go internasional sepertinya bukan hal penting bagi para produser toh keuntungan dari dalam negeri sudah cukup tinggi. Tapi perbedaan besar yang saya maksud adalah tren musik mainstream dan tipikal penikmat musiknya yang sepertinya saling berbanding terbalik.
Musik di Indonesia saat ini didominasi oleh musik pop ringan yang syahdu mendayu-dayu dengan "cinta" sebagai tema utamanya. Namun kenapa justru tipikal sebagian penikmatnya adalah orang-orang yang kasar, sensitif, sentimental dan suka rusuh? Terutama saat konser musik entah itu konser band pop melayu maupun konser dangdut, ada saja kerusuhan yang disebabkan hal-hal sepele seperti senggol-senggolan, saling memaki, ada copet, atau karena ada yang mabuk. Fans setia beberapa musisi papan atas adalah orang-orang fanatik yang tetap mengidolakannya meskipun sang idola tersangkut kasus kriminal, bahkan saling caci antar fans sering terjadi di forum dan blog internet. Jadi mana implementasi kata "cinta" yang dilagukan para musisi itu?
[caption id="attachment_93053" align="aligncenter" width="640" caption="Konser tertib aman terkendali tanpa pengamanan ketat polisi"][/caption]
Sedangkan musik Jepang didominasi musik Rock dan subgenre serta variasinya yang memiliki ciri khas spirit pemuda Jepang. Musik keras namun tipikal penikmatnya justru adalah orang-orang yang kalem dan tertib bahkan saat konser band paling nge-arock sekalipun, mungkin karena mental orang jepang yang disiplin. Dari beberapa video konser live musisi Jepang yang saya koleksi, penontonya tertib tidak ada yang rusuh senggol-sengolan, tidak ada yang mabuk, tidak ada copet yang digebuki. Bahkan saya melihat di sebuah konser para penontonnya seakan berbaris dengan rapi dan tertib, tidak ada yang mepet berdesakan di mulut panggung sambil memotret sang musisi dengan kamera ponselnya, padahal waktu itu adalah konsernya band rock yang anggotanya cewek cantik semua.
Saya tidak terlalu berharap permusikan Indonesia seperti Jepang, namun yang saya harapkan para produser itu jangan mengeksploitasi gosip dan kasus kriminal sebagai ajang promosi. Karena kasus KDRT, perceraian, penganiayaan, narkoba bahkan perzinaan yang dilakukan beberapa musisi papan atas dapat ditiru oleh masyarakat, bahkan para fans fanatik akan menghalalkan perbuatan kriminal yang dilakukan musisi tersebut. Saya berharap musisi Indonesia untuk lebih kreatif jangan keseringan menyajikan lagu bertema cinta dalam arti sempit yang menimbulkan fanatisme sempit. Ditengah gempuran industri musik termehek-mehek saat ini, Saya bangga masih banyak musisi Indonesia yang membawakan lagu bertema motivasi, solidaritas, toleransi, kemanusiaan dan cinta dalam arti luas. Beberapa diantaranya bahkan mampu bersaing dengan musisi mainstream. VIVA ROCK INDONESIA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H