Mohon tunggu...
Widodo Febri Utomo
Widodo Febri Utomo Mohon Tunggu... Editor - Santri dan Mahasiswa

Instagram : Widodo_febriutomo Facebook : Widodo ( Widodo Febri Utomo ) Twitter : @WidodoFebriU_

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wujudkan Pelajar Berkarakter Lokal dan Berwawasan Internasional dalam Lingkungan Pesantren

30 November 2019   23:38 Diperbarui: 30 November 2019   23:51 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

( Salah Satu Penerapan Teori Belajar Behaviorisme Guthrie Melalui Change Of Environment Method )

Melihat karakter pelajar pada masa ini cukup memprihatinkan. Kemerosotan moral, budi pekerti, dan akhlak pelajar yang dirasakan semakin menurun. Dapat kita saksikan seperti pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, dan perkelahian antar pelajar. Seperti baru-baru ini telah terjadi tawuran pelajar di Sukabumi hingga memakan korban jiwa, Rabu (06/11/19) petang.

Polisi menyebut tawuran antar pelajar itu dipicu provokasi dari grup pelajar di media sosial. Karenanya, polisi akan melakukan patroli siber. Perilaku yang semacam ini sangat bertentangan dengan budaya luhur yang sebelumnya dikenal ramah dan santun menjadi luntur.

Hal ini berarti membuktikan bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi begitu pesat dan sulit dibendung, serta sangat berpengaruh terhadap kebiasaan dan perubahan karakter anak bangsa sebagai generasi penerus. 

Pembiasaan sikap menghargai dan rasa hormat kepada diri sendiri, menghormati kepada orang lain yang lebih tua termasuk di dalamnya menghormati kepada orang tua, guru, sudah mulai pudar.

Pembiasaan sikap peduli dan rasa cinta kepada alam semesta sebagai rasa hormat kepada sang pecipta dan ungkapan rasa syukur atas anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. kepada kita sudah sulit ditemukan oleh bangsa kita saat ini.

Dari fenomena dan keprihatinan tersebut menurut teori Guthrie yaitu dengan menggunakan metode mengubah lingkungan (change of environment method ) dapat mengatasi karakter pelajar agar lebih baik.

Untuk menjelaskan proses belajar secara menyeluruh agar  tidak mengalami kesulitan dalam belajar maka para psikolog pendidikan memunculkan teori belajar. Teori Belajar adalah alat bantu yang sistematis dalam proses belajar.

Teori-teori belajar ini  merupakan hasil eksperimen para psikolog pendidikan dengan berinteraksi langsung dalam kegiatan belajar, baik sebagai pelajar ataupun pengajar. 

Guthrie menggunakan beberapa metode dalam mengubah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan pada hewan maupun manusia, antara lain metode reaksi berlawanan (Incompatible Response Method), metode membosankan (Exchaustion Method) dan metode mengubah lingkungan (Change of Environment Method). 

Dalam penerapannya kami mengambil contoh dari kehidupan di lingkungan pesantren yang telah terbukti mampu mewujudkan siswa yang berkarakter lokal dan  berwawasan internasional.

Contoh ini merupakan jenis penerapan dari metode mengubah lingkungan (Change of Environment Method) yang dikemukakan oleh Guthrie. Disinilah peran pesantren dalam mengubah karakter pelajar yang dirasakan saat ini mengalami kemerosotan moral dan akhlak. 

Dunia pesantren dapat memperbaiki dan membekali pelajar dengan tetap mempertahankan karakter lokal dengan pembiasaan-pembiasaan yang positif seperti, belajar disiplin menghargai waktu, yaitu waktu Shalat berjama'ah lima waktu, waktu mengaji, waktu belajar, waktu makan, waktu tidur yang benar, dan waktu olah raga., menerapkan pola hidup sederhana, menjaga kebersihan, menumbuhkan rasa persaudaraan dan persahabatan yang erat antar santri sehingga kecil kemungkinan terjadi konflik dan perkelahian.

Namun pesantren juga tidak membatasi santrinya dalam berfikir dan mengembangkan bakatnya. Misalnya santri  dibiasakan untuk berfikir dan menyampaikan pendapatnya dalam kegiatan diskusi yang membahas berita atau wacana yang sedang hangat dibicarakan. Diskusi ini menjadi salah-satu rutinitas di pesantren agar para santri tidak ketinggalan informasi terkini sehingga santri berwawasan luas. 

Penerapan pesantren berbasis bilingual yaitu santri dibiasakan untuk berbahasa (bahasa Inggris dan bahasa Arab)  dalam keseharian di pesantren, menjadikan santri mampu menguasai bahasa asing. Hal ini sesuai dengan pepatah Arab, yaitu "Barang siapa mempelajari bahasa suatu bangsa, maka ia akan selamat dari tipu daya mereka." Dan juga kata-kata bijak yaitu "Cintailah bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing".

Hal ini dapat mematahkan anggapan banyak orang yang mengatakan bahwa santri hanya mempelajari kitab-kitab saja itu tidak tepat. Pesantren juga dapat mengembangkan bakat-bakat santri yang terpendam, mungkin berawal dari kewajiban yang harus dilakukan lalu menjadi kebiasaan sehingga menjadikan sebuah hasil yang memuaskan atau kesuksesan dimasa depan. 

Sehingga santri mampu bersaing dalam kancah internasional, namun dalam jiwanya masih tertanam kuat dengan karakter lokal. Dalam kaitannya dengan teori Guthrie, melalui metode mengubah lingkungan (Change of Environment Method) yaitu adanya perubahan karakter pelajar yang lebih baik sehingga tertanam jiwa seorang santri.  

KESIMPULAN

Karakter terbentuk dari kebiasaan. Kebiasaan itu adalah bentuk pelaksanaan tata tertib dan peraturan yang harus dilaksanakan dan ditinggalkan suatu hal yang buruk dalam kehidupan sehari hari.

Pelaksanaan pendidikan karakter melalui pembiasaan yang ada di pondok pesantren benar-benar mendidik dan menanamkan nilai-nilai akhlak atau karakter yang baik kepada para santrinya. Dan juga wawasan pelajar harus dikembangkan sehingga ilmu yang diperoleh dapat diamalkan pada masyarakat sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun