Mohon tunggu...
Widodo Febri Utomo
Widodo Febri Utomo Mohon Tunggu... Editor - Santri dan Mahasiswa

Instagram : Widodo_febriutomo Facebook : Widodo ( Widodo Febri Utomo ) Twitter : @WidodoFebriU_

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wujudkan Pelajar Berkarakter Lokal dan Berwawasan Internasional dalam Lingkungan Pesantren

30 November 2019   23:38 Diperbarui: 30 November 2019   23:51 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Contoh ini merupakan jenis penerapan dari metode mengubah lingkungan (Change of Environment Method) yang dikemukakan oleh Guthrie. Disinilah peran pesantren dalam mengubah karakter pelajar yang dirasakan saat ini mengalami kemerosotan moral dan akhlak. 

Dunia pesantren dapat memperbaiki dan membekali pelajar dengan tetap mempertahankan karakter lokal dengan pembiasaan-pembiasaan yang positif seperti, belajar disiplin menghargai waktu, yaitu waktu Shalat berjama'ah lima waktu, waktu mengaji, waktu belajar, waktu makan, waktu tidur yang benar, dan waktu olah raga., menerapkan pola hidup sederhana, menjaga kebersihan, menumbuhkan rasa persaudaraan dan persahabatan yang erat antar santri sehingga kecil kemungkinan terjadi konflik dan perkelahian.

Namun pesantren juga tidak membatasi santrinya dalam berfikir dan mengembangkan bakatnya. Misalnya santri  dibiasakan untuk berfikir dan menyampaikan pendapatnya dalam kegiatan diskusi yang membahas berita atau wacana yang sedang hangat dibicarakan. Diskusi ini menjadi salah-satu rutinitas di pesantren agar para santri tidak ketinggalan informasi terkini sehingga santri berwawasan luas. 

Penerapan pesantren berbasis bilingual yaitu santri dibiasakan untuk berbahasa (bahasa Inggris dan bahasa Arab)  dalam keseharian di pesantren, menjadikan santri mampu menguasai bahasa asing. Hal ini sesuai dengan pepatah Arab, yaitu "Barang siapa mempelajari bahasa suatu bangsa, maka ia akan selamat dari tipu daya mereka." Dan juga kata-kata bijak yaitu "Cintailah bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing".

Hal ini dapat mematahkan anggapan banyak orang yang mengatakan bahwa santri hanya mempelajari kitab-kitab saja itu tidak tepat. Pesantren juga dapat mengembangkan bakat-bakat santri yang terpendam, mungkin berawal dari kewajiban yang harus dilakukan lalu menjadi kebiasaan sehingga menjadikan sebuah hasil yang memuaskan atau kesuksesan dimasa depan. 

Sehingga santri mampu bersaing dalam kancah internasional, namun dalam jiwanya masih tertanam kuat dengan karakter lokal. Dalam kaitannya dengan teori Guthrie, melalui metode mengubah lingkungan (Change of Environment Method) yaitu adanya perubahan karakter pelajar yang lebih baik sehingga tertanam jiwa seorang santri.  

KESIMPULAN

Karakter terbentuk dari kebiasaan. Kebiasaan itu adalah bentuk pelaksanaan tata tertib dan peraturan yang harus dilaksanakan dan ditinggalkan suatu hal yang buruk dalam kehidupan sehari hari.

Pelaksanaan pendidikan karakter melalui pembiasaan yang ada di pondok pesantren benar-benar mendidik dan menanamkan nilai-nilai akhlak atau karakter yang baik kepada para santrinya. Dan juga wawasan pelajar harus dikembangkan sehingga ilmu yang diperoleh dapat diamalkan pada masyarakat sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun