PENDAHULUAN
Akhir akhir ini banyak sekali perpecahan rumah tangga yang terjadi di Negara kita, di Indonesia sendiri perceraian rumah tangga terjadi kurang lebih setengah juta pasangan setiap tahunnya. Nah , maka dari itu hal seperti ini akan berdampak pada psikologi anak dalam keluarga itu. Padahal seperti yang kita ketahui bersama bahwa orang tua adalah sebagai pendidik pertama kepada anak didalam hubungan kekeluargaan. Dan sudah jelas bahwa bapak dan ibu merupakan hal terpenting didalam kekeluargaan. Maka tak heran jika anak seringkali mempercayakan sesuatu kepada orangtuanya. Namun kembali lagi bahwa menjaga keharmonisan tidak semudah menghapus tulisan dipapan tulis . Broken Home bisa terjadi jika keluarga memang tidak harmonis lagi. Dan sering kali ditemukan bahwa perilaku anak antara keluarga yang harmonis dengan keluarga yang mengalami perceraian biasanya memiliki perbedaannya perilaku.
PEMBAHASAN
Keluarga merupakan salah satu institusi pendidikan. Setiap orang yang berada dalam institusi ini pasti akan mengalami perubahan dan perkembangan menurut warna dan corak institusi tersebut. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak, karena dalam keluarga inilah seorang anak manusia pertama sekali mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Sebagian besar dari kehidupan anak dilaluinya di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga. Pengalaman yang diperoleh anak melalui pendidikan dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan anak dalam proses pendidikan selanjutnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam pembentukan kepribadian seorang anak manusia.(Hasbi Wahy,2012:2)
Psikologi anak bisa dikatakan sangat berdampak pada perilaku keseharian anak itu sendiri didalam menjalani kesehariannya , biasanya anak selalu bersemangat didalam berkarya dan melakukan sesuatu karena memang adanya dukungan dari Orang tua . Hal inilah yang menyebabkan  perbedaan antara anak yang mempunyai kedua orang tua yang harmonis dengan kedua orang tua yang mengalami perpisahan atau yang sering kali kita kenal dengan istilah " Broken Home ". Dari beberapa kasus perceraian yang ada di Indonesia setiap kasusnya memiliki dampak yang berbeda terhadap anak. Menurut kami , Berikut adalah dampak perceraian terhadap psikologi anak yang terjadi di Indonesia:
- Bisu dan suka menyendiri -- > Kebudayaan menyendiri dan diam sudah sering terjadi pada mereka yang memang memiliki masalah didalam keluarganya. Anak yang seringkali aktif didalam berkeluarga dan yang sering berinteraksi dengan keluarga cenderung lebih aktif juga didalam menjalin interaksi atau sosialisasi dengan lingkungan sekitar dan sebaliknya. Bahkan anak seringkali memendam masalahnya sendiri dikarenakan tidak ada orang yang bisa dia jadikan sebagai pendidik atau pemberi saran didalam setiap masalahnya ataupun didalam perilakunya sehari hari.
- Kurangnya kasih sayang --> Banyak anak anak yang mengalami broken home beranggapan bahwa kasih sayang itu tidak ada , kasih sayang itu palsu , kasih sayang itu tidak dibutuhkan dan lain sebagainya, Karena pada kehidupannya memang mereka kurang mendapatkan atau bahkan sama sekali tidak mendapatkan rasa kasih sayang dari Orang tua , sehingga muncul banyak sekali anggapan seperti tadi.
- Psikologi agama terganggu --> Psikologi agama menyebutkan bahwa orang tua merupakan faktor penentu pertama apakah iman anak baik atau buruk . Orang tua yang seharusnya menjadi sekolah agama pertama kalinya sejak anak anak sampai mereka dewasa tidak bisa menjalankan fungsi dan tugasnya dalam memberi pengetahuan serta informasi tentang ilmu ilmu agama. Hal ini menjadi penyebab utama kurangnya pengetahuan anak anak yang broken home dari ilmu ilmu agama. Bahkan , tak sedikit anak yang mengalami broken home menyalahkan tuhan sebagai penentu takdir buruk atas perceraian keluarganya.
- Kurang pergaulan --> Banyak anak yang mengalami broken home yang justru kurang pergaulan, bisa dikatakan karena mereka merasa malu dan merasa kurang percaya diri. Dan untuk mengembalikan kepercayaan diri mereka sangat sulit meskipun sudah dilakukan berbagai macam cara dan usaha.
- Kehidupan dalam tekanan --> Sebagian besar anak anak broken home adalah anak yang dibesarkan dalam kehidupan keluarga yang memiliki masalah tertentu , semisal kekerasan atau ketidakadilan. Nah , anak anak yang demikian itu cenderung untuk menimbulkan permasalahan kejiwaan , kelainan psikologis , perubahan perilaku hingga penyimpangan penyimpangan yang merugikan diri sendiri atau bahkan merugikan orang orang yang ada disekitarnya. Masa pertumbuhan yang bisa dikatakan sebagai masa dimana seharusnya anak bersenang senang dan terlepas dari kekecewaan dan ketakutan akan membentuk mereka menjadi orang yang bermasalah dan nantinya juga akan menimbulkan masalah bagi orang lain .
Terjadinya perceraian mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan anak, terutama perhatian dan kasih sayang yang seharusnya didapatkan dari kedua orangtuanya, akan tetapi anak tetap memiliki rasa aman, mendapatkan perlindungan, tidak minder, suka berempati, berbagi dengan yang lain serta anak suka menjadi lebih mencari perhatian dengan orang lain. Anak korban broken home mengalami perkembangan sosial emosional yang sesuai dengan anak seusianya. Lingkungan sekitar rumah dan sekolah yang peduli dan memberikan perhatian yang baik terhadap anak korban broken home dapat membantu perkembangan sosial emoosional anak berkembang sesuai tingkat perkembangannya.(Putri Novitasari Nugraheni,2014:8)
Penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa anak korban broken home selain memiliki dampak negatif juga terdapat dampak positif (Theodora Wanti Lestari Wati, 2010) dan perkembangan sosial emosional anak korban broken home sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan hal ini mendukung penelitian terdahulu bahwa prestasi belajar anak korban broken home bisa cukup baik , Namun dengan berbagai cara tertentu(Novika Handayani Pramdian, 2010).
Menurut Fuad Ihsan, tanggung jawab pendidikan oleh kedua orang tua meliputi:
a. Memelihara dan membesarkannya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum dan perawatan, agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.
b. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmani maupun rohani dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya.
c. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi hidupnya, sehingga apabila ia dewasa ia mampu berdiri sendiri dan membantu orang lain serta melaksanakan fungsi kekhalifahannya.