Konon dahulu di sebuah kota dekat perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah terdapat sebuah cerita legenda tentang kehebatan seseorang pemuda "Bandung Bondowoso" yang mampu membuat seribu candi dalam satu malam. yah cerita legenda itu adalah Lorojonggrang. dikisahkan bahwa saking cintannya dia dengan lorojonggrang, Bandung bondowoso menyetujui permintaan lorojonggrang untuk membuat seribu candi yang harus selesai sebelum fajar menyingsing.
Alkisah diceritakan untuk membangun candi tersebut Bandung bondowoso dengan kesaktian yang dimiliki meminta bantuan para dedemit dan para jin untuk membangun seribu candi tersebut. ketika malam menjelang fajar lorojonggrang melihat bahwa candi tersebut akan selesai. hatinya gundah gulana karena pada dasarnya hatinya tidak untuk bandung bondowoso. Bagaimana mungkin dia mencintai seorang pemuda yang telah membunuh ayahnya, bagaimana mungkin dia mencintai seorang pemuda yang telah menjajah bangsanya. akhirnya dengan perencanaan yang matang "mungkin sedikit licik", dia mengumpulkan seluruh dayang dan pembantu istana yang setia pada raja untuk membakar jerami dan memukul kentongan agar ayam-ayam berkokok. melihat hal itu para dedemit dan para jin berpikir bahwa hari sudah pagi dan mereka pun berlariang tunggal langgang meninggalkan pekerjaannya. alhasil bandung bondowoso GAGAL memenuhi permintaan lorojonggrang untuk membangun seribu candi dalam semalam.
Inilah sekelumit cerita legenda tentang lorojonggrang, sebuah cerita yang menjdai blunder yang dilakukan bangsa ini dengan mencekoki generasi mudanya dengan cerita kepahlawanan yang bersifat instan. Cerita lorojonggrang bukanlah satu cerita tentang paham instan yang begitu mengakar dalam benak masyarakat Indonesia, Tangkuban perahu dan lain-lain. Sebuah cerita legenda tentang heroism yang bersifat instan dan berakhir kegagalan. Sangkuriang gagal mendapatkan dayang sumbi bandung bondowoso yang gagal mendapatkan cinta lorojonggrang.
Aneh tapi itulah kenyataan bahwa bangsa ini lebih suka hal yang bersifat instan, bandung bondowoso sebagai penguasa bukanya berpikir menaklukan hati lorojonggrang dengan kebijaksanaan yang dia miliki tetapi lebih suka memaksakan cintanya kepada lorojonggrang, karena dia begitu yakin akan kehebatan yang dia miliki. Coba seandainya bandung bondowoso menata kembali Negara yang telah dihancurkanya, menata kehidupanya, menata sistem pemerintahanya, mungkin lorojonggrang akan betul-betul memberikan hatinya kepadanya. Dan prambanan tidak akan dikenal sebgai candi kefrustasian, kegagalan cinta, kemarahan seorang bandung bondowoso dan akan lebih dikenal sebagai candi cinta, persembahan bandung bondowoso kepada lorojonggrang. Ah tapi itu hanyalah angan angan belaka.
Apa yang kita tanam itulah yang akan kita panen. Lorojonggrang adalah satu dari banyak cerita tentang paham instan. Dan cerita inilah yang coba di implementasikan pengurus lama sepakbola negeri ini untuk membangun sepakbola yang telah membius masyarakat Indonesia dengan konsep naturalisasi. Bukankah ini merupakan paham instan untuk membentuk tim yang tangguh dengan meluapakan nasionalisme yang ada di dada mereka. Dengan kekuatan media, financial, jaringan di tambah dengan masyarakat bangsa yang sudah dicekoki dengan paham instan mereka mengambil pemain-pemain dengan bakat yah lebih hebat dikit dengan anak bangsa ini serta nasionalisme abal-abal, mereka berhasil menghipnotis masyarakat Indonesia bahwa mereka telah berhasil membentuk tim yang tangguh, membentuk tim penguasa asia. Tapi apa NOL BESAR, KEGAGALAN..tidak ada satupun tropi yang dikoleksi, tidak ada satupun piala yang masuk ke lemari PSSI terdahulu. Tapi media mereka berhasil menutup-nutupi kegagalam mereka atau mungkin masyarakat kita telah salah memaknai cerita lorojonggrang. Bukankah lorojonggrang bukanlah cerita tentang keberhasilan, kesuksesan tetapi cerita tentang KEGAGALAN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H