Belakangan ini, nama Ignasius Jonan mencuat setelah fotonya ketika sedang terlelap di kursi gerbong KA kelas ekonomi tersebar. Situs www.merdeka.com juga membahas mengenai 5 gebrakan yang dilakukan oleh Jonan sejak menjabat sebagai Dirut PT KAI (bisa dibaca di sini)
Singkatnya, lima poin yang diulas di situs tersebut sebagai berikut:
1) Jonan menetapkan sistem boarding pass seperti penumpang pesawat terbang
2) Pembelian tiket bisa via online
3) Mempercepat waktu tempuh dengan menyelesaikan proyek jalur ganda (double-track) dan menambah armada (KA)
4) Menghidupkan jalur KA yang sudah mati (non-aktif)
5) Menciptakan suasana bersih, aman, dan nyaman dalam KA
Sebagai pengguna aktif KA sejak kecil, secara pribadi saya mengapresiasi terobosan yang dilakukan oleh Ignasius Jonan selama menjabat sebagai Dirut PT KAI. Beliau melakukan terobosan yang sebelumnya terkesan diabaikan oleh para pimpinan tertinggi di PT KAI. Saya pun merasakan perbedaan tersebut pada dua perjalanan terakhir saya menggunakan jasa kereta api: awal Juli 2013 (KA Malioboro Ekspress dari Malang ke Yogyakarta) dan awal Juni 2014 (KA Argo Lawu dari Klaten menuju Gambir).
Pada dua perjalanan tersebut, sistem boarding-pass sudah mulai diterapkan, tersedianya KA ekonomi ber-AC membuat perjalanan terasa lebih adem, dan terutama kereta api tiba di tempat tujuan sesuai jadwal yang ditetapkan. Jadi, secara umum saya cukup puas dan senang dengan terobosan layanan yang dilakukan oleh PT KAI, semoga terobosan ini bisa terus dipertahankan kelak ketika Ignasius Jonan tak lagi menjabat sebagai Dirut PT KAI.
Namun saya rasa setidaknya masih ada tiga terobosan atau gebrakan lagi yang perlu dilakukan oleh PT KAI, terutama berkaitan dengan kenyamanan saat perjalanan. Pertama, peningkatan skill oleh para pelayan restorasi kereta api sehingga dapat melayani penumpang dengan lebih baik. Senyum-sapa-salam yang menjadi standar minimal layanan terkait dengan jasa belum jelas terlihat ketika saya menggunakan KA Argo Lawu. Kesigapan pelayan restorasi juga saya nilai masih kurang (nilai 5) ketika menanggapi keluhan dari penumpang (waktu itu saya menanyakan gunting untuk membuka sambal kemasan yang diberikan, tetapi pelayan restorasi menjawab dengan ketus plus tetap tidak ada gunting yang diberikan).
Kedua, pemberian air-minum atau snack setidaknya untuk kelas bisnis dan eksekutif. Untuk tiket KA Argo Lawu seharga 400.000-an tetapi penumpang tidak mendapat apa-apa menurut saya PT KAI masih terlalu pelit.