Mohon tunggu...
Widodo Surya Putra (Mas Ido)
Widodo Surya Putra (Mas Ido) Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Arek Suroboyo | Redaktur renungan kristiani | Penggemar makanan Suroboyoan, sate Madura, dan sego Padang |Basketball Lovers & Fans Man United | IG @Widodo Suryaputra

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Rating Film Comic 8

7 Februari 2014   12:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:04 1828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel



Semalam saya bersama istri menonton Comic 8. Kami tergoda menonton film ini setelah menyaksikan trailer-nya bulan lalu ditambah adanya informasi bahwa film ini laris manis dan telah ditonton oleh lebih dari setengah juta orang. Sempat ada ekspektasi tinggi mengenai kelucuan Comic 8 ini, apalagi setelah membaca sinopsis singkatnya di 21cineplex.com, bahwa FILM INI AKAN MEMBAWA HIBURAN SERU DAN KELUCUAN TINGKAT TINGGI YANG PASTINYA AKAN MENGOCOK PERUT PENONTON. Apalagi, kami jarang menonton film Indonesia langsung di bioskop. Biasanya hanya cukup dengan menyewa CD/DVD lalu menonton di kamar hanya berdua saja.

Bagaimana kenyataannya?

Secara pribadi, saya merasa bahwa film ini SANGAT BIASA alias tidak ada yang terlalu spesial. Beberapa adegan dan dialog memang berhasil membuat kami tertawa, tetapi masih dalam batasan standar. Jalan ceritanya juga terkesan menjiplak NEW POLICE STORY-nya Jackie Chan dengan kemasan yang ala kadarnya.

Adegan tembak-tembakan yang diperkirakan sangat seru, bagi saya malah terkesan ANEH dengan rentetan tembakan yang tidak kena sasaran. Okelah jika alasannya: “Mereka (Ernest, dkk) kan perampok amatiran, jadi wajar dong kalau tembakan meleset.” Namun, adegan para polisi yang “membuang-buang” peluru terkesan mereka juga polisi amatiran yang ditugaskan untuk menangkap para perampok yang diduga pasien Rumah Sakit Jiwa tersebut. Pada akhir adegan, sutradara mungkin ingin membuat kejutan dengan menampilkan “otak” sesungguhnya dari kejahatan di BANK INI adalah Indro Warkop, bukan dr. Pandji seperti yang mungkin diduga oleh para penonton.

Saya memang bukan kritikus film, jadi komentar mengenai kemasan dan jalan cerita film mungkin tidak bisa terlalu panjang. Namun, saya sangat terganggu dengan pemberian TANDA “R” untuk Comic 8, yang berarti film ini cocok ditonton oleh para remaja.

Saya pun mencoba mencari tahu seputar rating film, lalu mendapatkan informasi bahwa TANDA “R” artinya film tersebut boleh (layak) ditonton oleh para remaja berusia usia 13 tahun atau lebih (antara 13-16 tahun). Untuk usia 17 tahun atau lebih, menurut Undang-Undang No.33 tahun 2009 tentang perfilman pasal 7 (diambil dari situs http://sumber-film.blogspot.com/2012/05/genrejenis-film.html), diberi rating RBO.

Pertanyaan saya cukup sederhana:

*Apakah dialog yang mengarah soal EJAKULASI DINI cocok untuk remaja?

*Apakah lelucon mengenai ukuran kelamin orang Arab cocok untuk remaja?

*Apakah penampilan Kiki Fatmala dan Nikita Mirzani yang jelas mengumbar bagian atas dan

bawah bagian tubuhnya cocok untuk remaja? (Padahal, untuk tayangan televisi saja,

tampilan yang terlalu “berani” nampak dibuat agak kabur / blur)

*Apakah adegan wanita dengan gangguan psikologis yang melepas baju karena takut dianggap wajar untuk dijadikan lelucon dan ditonton oleh remaja?

***************************************************************************

Untuk kesekian kalinya, menurut saya, pihak yang berwenang LUPUT alias tidak tepat sasaran dalam memberikan Rating film. Sayang sekali jika nantinya anak-anak dan para remaja kita akan sangat terbiasa dengan kata-kata porno, vulgar, atau menganggap bahwa mempertontonkan bagian tubuh tertentu, dengan alasan supaya terlihat seksi, merupakan hal yang biasa.  Jangan-jangan, jika kondisi ini dibiarkan, kelak adegan seperti yang lazim ditunjukkan oleh film-film dengan rating DEWASA (D) akan terbiasa juga ditonton oleh anak-anak atau remaja di Indonesia. Dalam hal ini, Lembaga Sensor Film (LSF) sebagai pihak yang berwenang, perlu mengkaji ulang untuk film-film semacam ini sebelum memberi rating R.

Tapi kan filmnya laris ditonton lebih dari setengah juta orang? Peduli amat! ^.^

Salam dari pecinta film!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun