Apa yang ada di benak pasangan Tontowi Ahmad-Lilyana Natsir, Eko Yuli Irawan, dan Sri Wahyuni Agustiani hari-hari ini? Segudang rencana yang mungkin telah mereka susun, sejak selesainya pergelaran Olimpiade Rio 2016 terpaksa belum bisa terlaksana. Apa lagi penyebabnya selain bonus yang belum cair?
Fakta belum cairnya bonus yang menyisakan kekecewaan mendalam ini diakui oleh Eko Yuli Irawan. Lifter peraih medali perak ini, masih menantikan kepastikan cairnya bonus yang dijanjikan oleh Kemenpora. Seperti dilansir oleh laman detik.com, Eko Yuli mengakui bahwa dirinya kadung berjanji untuk berlibur bersama istri dan anaknya selepas ajang PON 2016 Jawa Barat yang belum lama usai. Namun, Eko Yuli tak bisa berbuat banyak karena bonus yang dijanjikan oleh Kemenpora belum juga cair. Padahal, data nomor rekening dan nomor NPWP telah diberikan sejak akhir September 2016. Eko pun terpaksa menunda keinginannya, yang tentu sangat mengecewakan terutama bagi anaknya.
Jika sejenak kita mundur ke belakang, kita masih ingat betapa pede-nya Bapak Imam Nahrawi selaku Menpora berbicara melalui iklan televisi mengenai bonus yang akan diterima oleh para atlet peraih medali di Olimpiade Rio 2016. Peraih medali emas akan diganjar bonus spesial senilai Rp 5 miiliar, sementara peraih medali perak akan mendapat bonus senilai Rp 2 miliar.
Angka yang fantastis karena selain nominalnya sangat besar, bonus tersebut (yang masih berupa janji), membuat para atlet Indonesia akan menerima bonus terbesar kedua setelah Singapura, terutama bagi peraih medali emas. Singapura dilaporkan menempati peringkat pertama, yang memberikan bonus uang tunai senilai Rp 10 miliar bagi peraih medali emas di Olimpiade Rio 2016.
Dalam masa penantian ini... informasi terakhir yang disampaikan oleh Deputi Gatot S. Dewa Broto, selaku Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora, seperti dilansir detik.com, "Anggaran sudah ada, tetapi waktu pemberian bonus itu masih harus terus dikoordinasikan."
Gatot pun menyampaikan dalam jumpa pers di media center Kemenpora (11/10) bahwa pemberian bonus ditargetkan akan diterima oleh para atlet selambatnya pada 2 November 2016. (Tambahan dari saya: Itu pun kalau tidak meleset lagi seperti janji sebelumnya).
Cerita keterlambatan pemberian bonus sebagai penghargaan terhadap atlet berprestasi bukanlah berita yang baru dalam dunia olahraga di Tanah Air. Mulai dari ajang kompetisi tingkat daerah, nasional, sampai tingkat dunia dari berbagai cabang olahraga, ada banyak cerita serupa.
Miris. Mengecewakan. Menyebalkan.
Tiga kata di atas mungkin dapat mewakili ungkapan mengenai keterlambatan pemberian bonus yang diharapkan oleh para atlet. Sekalipun saya belum pernah berprestasi tingkat nasional dalam olahraga, saya bisa sedikit memahami—sedikit lho ya—kekecewaan para atlet dan keluarganya perihal bonus yang tak kunjung cair. Istilah sekarang, Owi-Butet-Eko-Sri Wahyuni sedang di-PHP-in oleh pemerintah, dalam hal ini Kemenpora, karena bonus spesial yang dijanjikan baru sebatas wacana.Â
Entah apa yang terjadi sehingga dana yang katanya sudah dianggarkan itu belum kunjung cair. Mungkin ini 'urusan tingkat atas' yang sukar untuk dipahami oleh rakyat biasa seperti saya. Seharusnya, pihak Kemenpora dapat memperkirakan dan mengantisipasi semua ini. Bukankah mereka bukan 'orang baru' dalam pemerintahan, khususnya di Kemenpora?
Nah... terlepas dari semua yang telah terjadi... sekalipun bosan juga karena ceritanya ITU LAGI, ITU LAGI... sebaiknya peristiwa ini dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak, khususnya Kemenpora dan seluruh jajaran sampai tingkat daerah yang terkait dengan bidang olahraga: (maaf apabila saya tulis dalam huruf kapital)
JANGAN MUDAH BERUCAP JANJI, APALAGI TERKAIT UANG DALAM JUMLAH BESAR. LEBIH BAIK MEMBERIKAN BONUS "DADAKAN", TANPA GEMBAR-GEMBOR, TETAPI LANGSUNG MEMBERI BUKTI NYATA, DARIPADA BERJANJI, TETAP AKHIRNYA SANGAT TERLAMBAT UNTUK DITEPATI.