Kehangatan keluarga berkaitan erat dengan kebahagiaan yang dirasakan oleh setiap individu dalam keluarga tersebut. Kondisi yang bisa diupayakan dengan meluangkan waktu, dengan kondisi ekonomi yang kita jalani saat ini, tanpa harus menunggu kaya. Lagi pula, kaya atau makmur itu relatif, dengan ukuran yang berbeda menurut masing-masing orang. Namun, Tuhan memberikan waktu yang sama bagi setiap manusia, untuk diatur dengan sebaik mungkin, termasuk meluangkan waktu untuk menikmati kehangatan keluarga dengan cara yang beragam. Ini cerita saya (kami):
Kami menikah lebih dari lima tahun silam, setelah menjalani waktu berpacaran sekitar dua tahun. Sebelum menikah, kami termasuk orang yang jarang bepergian, baik bepergian jarak jauh maupun jarak dekat untuk menikmati kebersamaan bersama keluarga. Setahun pergi 1-2 kali sudah terhitung luar biasa. Namun, semuanya berubah setelah kami menikah. Ibaratnya, kami "tidak bisa" melihat tanggal merah terlewat begitu saja, tanpa mengagendakan untuk menikmati kebersamaan, termasuk hari Minggu. Lewat hasil jerih lelah yang kami peroleh setiap bulan, kami sisihkan sebagian untuk keperluan ini. Kami pun sengaja meluangkan waktu supaya bisa menikmati refreshing di luar rumah. Kegiatannya pun beragam, mulai dari sekadar makan bakso, mie ayam, atau seafood, berolahraga bersama (saya bermain basket, sedangkan istri memotret atau merekam), menonton film favorit, hingga aktivitas "mbolang" ke tempat-tempat yang belum pernah kami kunjungi bersama. (Mbolang: istilah kami untuk berpetualang ke tempat yang baru)
Selama kurun waktu 6 tahun terakhir (terhitung sejak 2012 hingga 2018), kami pun sudah menjelajah ke beberapa daerah, mulai dari Solo, Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri, Magetan, Boyolali, Yogyakarta (kota), Gunung Kidul, Surabaya, Malang, hingga Bali. Khusus untuk Malang, telah kami datangi sebanyak 3 kali dengan tujuan wisata ke daerah Batu dan terakhir ke Bromo. Mungkin lokasi-lokasi yang kami kunjungi selama 6 tahun terakhir, jauh lebih banyak daripada yang kami kunjungi (masing-masing orang) sebelum kami menikah!
Mahal? Beberapa perjalanan harus diakui cukup mahal (menurut ukuran dompet kami), tetapi ada juga yang kami sebut "wisata murah meriah". Kami menyadari bahwa kebersamaan sebagai pasangan (suami-istri) memang memerlukan bayar harga. Namun, semua itu tak dapat terlaksana jika kami tak pernah meluangkan waktudi tengah kesibukan harian kami, yang bisa berlangsung hingga 12 jam sehari---terhitung sejak membuka pintu rumah, sampai kembali masuk.
Kami pun sering menyarankan kepada teman-teman kami, yang juga sibuk bekerja, agar mereka meluangkan waktu untuk menikmati kebersamaan bersama keluarga. Tak harus jauh, tak harus mahal juga. Asalkan ada niat, pekerjaan pun (seharusnya) bisa diatur, karena kitalah yang seharusnya mengatur pekerjaan, bukan sebaliknya. Bukankah ada waktu cutibagi kita yang bekerja kantoran? Bagi kita yang berprofesi sebagai guru, seperti istri saya, bukankah juga ada waktu liburan sekolah? Memang untuk berlibur secara khusus saat liburan sekolah, biaya yang diperlukan biasanya lebih mahal. Namun, hal itu pun bisa disiasati dengan mengumpulkan uang jauh-jauh hari, untuk keperluan rekreasi bersama.
Nah, biar lebih lengkap, berikut saya sertakan beberapa gambar hasil "kehangatan keluarga" yang saya ceritakan di atas:



Foto yang terakhir ini kami sebut "Trip mahal, tetapi puas!" Ya, selama 5 tahun terakhir, ini adalah perjalanan kami yang ketiga kalinya ke Malang, Jawa Timur, dengan tujuan utama trip berjamaah ke Bromo. Jepret! Jepret! Jepret! Kami puas karena bisa melihat keindahan alam ini dari jarak dekat, secara langsung, juga mendapatkan teman-teman baru. Ah, kota Malang dan sekitarnya memang bikin kangen. Kami pasti ke sana lagi!
****