Ada yang menarik dalam pengamatan saya menonton pertandingan uji coba antara Timnas U-19 melawan Timnas U-19 Thailand kemarin (8/10). Terlihat jelas sekali bagaimana para pemain muda besutan Indra Sjafri tersebut sangat menikmati permainan. Ya, lihat saja ekspresi mereka selama 90 menit permainan, mereka seperti bersenang-senang dalam memainkan si kulit bundar!
Lihatlah bagaimana respons rekan satu tim Egy Maulana Vikri ketika permain bernomor punggung sepuluh itu gagal memaksimalkan peluang untuk mencetak gol. Secara spontan Egy "dihibur" supaya segera melupakan kegagalan, lalu kembali meliuk-liuk dan bersama-sama menciptakan kesempatan lain untuk mencetak gol ke gawang Timnas U-19 Thailand.
Saya pun paling senang melihat setiap kali gol tercipta pada pertandingan kemarin. Sontekan jitu Witan Sulaiman akibat blunder kiper Thailand segera direspons dengan perayaan bersama dari para pemain di atas lapangan---tak lupa sujud syukur yang menjadi trade-mark anak asuh Coach Sjafri pun selalu terekam kamera. Lihat saja ekspresi muka Witan sesaat sebelum melesakkan bola---Ia nampaknya sudah senang duluan sebelum gol tercipta!
Bagaimana dengan dua gol lainnya yang dicetak oleh Syahrian Abimanyu dan Saddil Ramdani di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang itu? Sama saja. Seolah tak mementingkan siapa yang mencetak gol, para pemain muda itu merayakan dengan sukacita dua gol terakhir yang dicetak Timnas Indonesia U-19, seperti terlihat pada dua gambar berikut:
Pertandingan sepak bola memang harus dimainkan dengan gembira, karena sepak bola termasuk jenis olahraga permainan. Males rasanya melihat pertandingan sepak bola kalau semua pemainnya bermuram durja atau memasang muka galak di atas lapangan. Bisa-bisa, kalau pemainnya terlalu "dingin", situasi selucu apa pun yang terjadi selama pertandingan, takkan mengubah ekpresi para pemain tersebut---kalau sudah begini, matikan saja televisinya, atau ganti channel  dengan siaran komedi!
Saya tak menyebut pemain Timnas U-19 tak serius bermain. Sebaliknya, mereka sangat serius melakoni setiap pertandingan, termasuk pertandingan uji coba semalam. Namun, mereka tak melupakan faktor penting dari sebuah pertandingan sepak bola, yakni "bersenang-senang" di atas lapangan. Dalam hal ini, mereka itu hebat lho. Sementara bertandingan dengan kondisi "kompetisi internal" di antara mereka sendiri, mereka tetap bisa menikmati dan bekerja sama dengan apik di atas lapangan. Â
Ya, seperti berulang kali disampaikan oleh Indra Sjafri, bahwa dalam tim muda asuhannya itu berlaku sistem promosi-degradasi. Minimal sampai Desember 2017 nanti, sistem seperti buka-tutup kran air ini tetap dilakukan oleh Indra Sjafri demi mendapatkan skuat terbaik saat Piala Asia 2018 nanti digelar. "Mengenai promosi degradasi, itulah kerja pelatih usia muda. Kalau dicermati dari awal, kami rotasi pemain terus, tidak ada pemain yang jaminan masuk starting XI,"ungkap Indra seperti dilansir dari laman JPNN.com.
Menurut saya ini keren sekali. Bagaimana mungkin bisa menampilkan permainan gembira, jika secara bersamaan mereka sedang bersaing, tak hanya dengan pemain yang sudah terpilih, tetapi juga pemain yang masih "mengantre" (ada dalam daftar tunggu yang dipegang oleh tim pelatih) dan tidak pernah mereka kenal atau duga sebelumnya? Artinya, jika ada pemain yang sudah masuk tim, lalu terlena atau gagal mempertahankan pemain terbaik, siap-siap saja keluar dari tim karena digantikan oleh pemain lain.
Saya hanya berharap agar kesenangan para pemain ini tak dirusak oleh oknum-oknum  yang tak bertanggung jawab, terutama ketika ada pemain yang melakukan kesalahan atau tindakan bodoh ketika bertanding. Cukuplah respons yang berlebihan akibat kegagalan Saddil Ramdani mengeksekusi penalti dan saat menyikut pemain lawan, yang berujung kartu merah, menjadi pelajaran bagi kita semua.