Mohon tunggu...
Widodo Surya Putra (Mas Ido)
Widodo Surya Putra (Mas Ido) Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Arek Suroboyo | Redaktur renungan kristiani | Penggemar makanan Suroboyoan, sate Madura, dan sego Padang |Basketball Lovers & Fans Man United | IG @Widodo Suryaputra

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Setelah Lima Musim Gagal, Bisakah Musim Ini Tim Asal Inggris Berjaya di Liga Champions Eropa?

1 Agustus 2017   15:47 Diperbarui: 1 Agustus 2017   18:43 1442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memori Chelsea saat Juara UCL musim 2011-2012 (UEFA.com)

Sejak Chelsea mempecundangi Bayern Muenchen (Bayern Munich) pada final Liga Champions Eropa musim 2011/2012, tim asal Inggris tak lagi bisa berjaya di kompetisi elit di Benua Biru tersebut. Jangankan mengangkat Si Kuping Besar---sebutan untuk trofi turnamen bergengsi tersebut, untuk sekadar tampil di babak final saja sudah tak mampu. 

Pada musim lalu, tim asal Inggris bahkan "hanya" diwakili oleh Leicester City, sebagai kontestan asal Inggris yang melaju paling jauh. Tim yang menjalani debutan di Liga Champions Eropa tersebut melaju hingga babak perempat final (8 besar) sebelum dikandaskan oleh Atletico Madrid. Leicester City sebenarnya tampil cukup baik sejak fase grup, karena mereka berhasil menjuarai Grup G di atas FC Porto, sama seperti Arsenal yang mengakhiri fase grup dengan memuncaki klasemen Grup A. Nasib mereka lebih baik dibandingkan dengan Manchester City yang lolos dari Grup C sebagai runner-up,sedangkan Tottenham Hotspur harus terlempar ke Liga Eropa setelah hanya mampu finish di peringkat ketiga Grup E.

Pada babak selanjutnya (16 besar), Arsenal digebuk 10-2 oleh Bayern Mchen (Bayern Munich), sedangkan City dipaksa angkat koper lebih cepat oleh AS Monaco yang berhak melaju karena aturan gol tandang. PAda fase gugur ini, Leicester City sedikit lebih baik karena berhasil melewati hadangan Sevilla dengan aggregate 3-2, setelah sempat kalah 1-2 pada leg pertama di kandang Sevilla. Namun, perjuangan Jamie Vardy, dkk terhenti pada fase perempat final oleh klub asal Spanyol lainnya, Atletico Madrid.

Pada musim lalu, kandasnya tim-tim asal Inggris sebelum babak semifinal diikuti dengan kejayaan tim asal Spanyol, Real Madrid, yang menjuarai turnamen tersebut setelah mengandaskan Juventus dengan skor 4-1 pada babak final. Hasil yang tetap menjaga hegemoni klub-klub asal Spanyol yang selalu berhasil lolos ke partai puncak pada 4 musim terakhir. Ya, sejak musim 2012/2013 hingga musim 2016/2017, hanya sekali tim-tim di luar Spanyol yang gagal tampil di partai puncak, tepatnya pada musim 2012/2013 dimana Bayern Munich bersua Borussia Dortmund di babak final yang dihelat di Wembley Stadium. 

Dugaan penyebab rontoknya klub-klub asal Inggris di UCL

Apa yang sebenarnya terjadi pada klub-klub asal Inggris yang begitu melempem di pentas Liga Champions Eropa, sedangkan kompetisi lokalnya dianggap yang terbaik di dunia? Terlalu padatnya jadwal pertandingan, seperti biasa, dituding sebagai biang kerok dari kondisi ini. Para pemain di Liga Premier dianggap tak memiliki waktu istirahat cukup karena bisa bermain 2-3 kali dalam sepekan, dengan intensitas yang cukup tinggi.

Kita tahu sepak bola Inggris seperti tidak mengenal istirahat karena pada masa-masa Natal pun pertandingan tetap menggelar---laga yang juga dikenal dengan istilah Boxing Day. Praktis hanya jeda internasional yang dapat dimanfaatkan untuk beristirahat. Itu pun tak melibatkan para pemain kunci yang sering kali juga harus bertanding memperkuat tim nasional negara mereka masing-masing. Belum lagi jika pada jeda sebelum musim kompetisi bergulir ada ajang Piala Eropa atau Piala Dunia, semakin sedikitlah waktu istirahat pada pemain kunci sekaligus andalan para klub di Liga Premier. Dampaknya, ketika harus berjibaku di atas lapangan pada laga-laga krusial di Liga Champions, performa para pemain itu tidak dalam posisi puncak.

Juergen Klopp pernah berpendapat bahwa hal ini disebabkan karena kompetisi di Inggris semakin ketat karena semua tim berjuang keras untuk menang. Prestasi berarti meningkatnya pemasukan klub karena jatah dari hak siar televisi akan bertambah. Klopp pun menuduh faktor inilah yang membuat tim-tim asal Inggris seakan menomorduakan kompetisi tingkat Eropa, termasuk Liga Champions. Sementara, Sir Alex Ferguson berpendapat, seperti dikutip oleh ESPN, bahwa fenomena tersebut hanyalah perkara siklus. Pelatih yang memimpin timnya memenangi partai Liga Champions Eropa dengan cara dramatis ini belum lama ini berujar,

"Pada era 70-an, ada Ajax dan Bayern Munich yang mendominasi, tahun 80-an milik Liverpool dan 90-an AC Milan yang berjaya. Dan Inggris sempat memiliki periode bagus, kami berada di tiga final dalam empat tahun.Saat ini, siklusnya sedang ada pada tim-tim Spanyol. Mereka yang terbaik, itu sebabnya mereka memenanginya, tetapi itu bisa berubah. Ronaldo dan Messi sudah lebih tua. Siklusnya akan berubah."

Musim yang dimaksud oleh eks pelatih legendaris Manchester United (MU) ini sepertinya merujuk pada musim 2007 hingga 2010 dimana pasukannya berlaga pada tiga kali partai final (musim 2007, 2008, dan 2010). Namun, skuad asuhan Ferguson hanya mampu juara sekali (2007), sedangkan dua final lainnya mereka kandas di tangan Barcelona.

Menurut saya, selain beberapa faktor di atas, faktor lainnya adalah "kerakusan" klub-klub masa sekarang yang ingin meraih sebanyak mungkin trofi dalam satu musim kompetisi. Sekarang ini, raihan treble-winners nampaknya dianggap kurang bergengsi, jika bisa memenangkan 4 atau malah 5 trofi sepanjang musim, termasuk ajang turnamen minor semacam Community Shieldatau Piala Liga Inggris. Keren sihjika keinginan itu dapat terwujud, tetapi sering kali hal itu berujung pada gagalnya para kontestan asal Inggris di ajang Liga Champions Eropa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun