Mohon tunggu...
Widodo Surya Putra (Mas Ido)
Widodo Surya Putra (Mas Ido) Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Arek Suroboyo | Redaktur renungan kristiani | Penggemar makanan Suroboyoan, sate Madura, dan sego Padang |Basketball Lovers & Fans Man United | IG @Widodo Suryaputra

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Traffic Light Ber-Timer atau Biasa (Dilengkapi Tips Berkendara)

13 Januari 2016   12:03 Diperbarui: 13 Januari 2016   13:30 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sebelumnya saya mohon maaf jika saya keliru memasukkan tulisan ini ke kategori OTOMOTIF. Sejujurnya saya bingung konten yang akan saya tulis berikut ini lebih tepat masuk kategori otomotif, humaniora, gaya hidup atau yang lain. Mungkin Admin bisa menolong untuk menempatkan tulisan ini sesuai dengan kategorinya.

Tulisan ini saya munculkan berawal dari kejadian yang pagi ini saya alami. Keduanya berkaitan dengan traffic light yang ada di wilayah Polda DIY. Pertama, saat melintasi traffic light persis sebelum bandara Adi Sucipto, Yogyakarta, saya melesat ketika lampu traffic light masih menyala warna kuning (hampir merah), diikuti oleh 3 pengendara sepeda motor di belakang saya. Bisa ditebak, akhirnya pengendara paling buncit kena alias disuruh minggir sama Pak Polisi yang sebelumnya terlihat sibuk mengatur lalu-lintas.

Peristiwa kedua terjadi di traffic light yang ada di daerah fly-over Janti. Dalam kondisi lampu traffic light berganti dengan cukup cepat (hijau ke kuning dan hampir merah), saya melesat mengikuti seorang pengendara wanita yang nampak akan melesat juga di depan saya. Eh, ternyata ia batal melesat dan mendadak berhenti setelah melewati garis pembatas yang ada di ujung paling depan traffic light. Untungnya, saya masih sigap membelokkan stang dan kondisi rem kendaraan masih bagus, sehingga tabrakan berhasil terhindarkan. Saya sempat menegur si pengendara karena caranya membahayakan orang lain, malah dijawab dengan ketus. "Payah!" ucap saya sambil sedikit menggerutu.

Kedua peristiwa tersebut terjadi di persimpangan dengan traffic light model baru yang tidak lagi ada timer-nya. Entah kapan tepatnya traffic light model baru ini mulai dipasang, menggantikan traffic light yang dilengkapi dengan timer. Tak ada pemberitahuan, sosialisasi sepi, apalagi penjelasan mengapa kok jenis traffic light kembali ke model lama (konsepnya mirip sebelum traffic light yang dilengkapi dengan timer).

Sebelumnya silakan Anda bisa membuka link ini mengenai plus-minus penggunaan traffic light dengan timer atau yang model lama (tanpa timer): https://anfieldvillage.wordpress.com/2015/12/08/mencermati-timer-pada-traffic-light/

Argumen, pendapat, dan ide yang disampaikan oleh penulis pada link di atas ada benarnya juga. Awalnya mungkin banyak orang berpikir, "Oh, baguslah jika traffic light dilengkapi timer, jadi saya bisa perkirakan waktu kapan mau jalan, siap-siap berhenti, atau sekalian tancap gas pada detik akhir sebelum lampu merah menyala."

Bagi saya pribadi, adanya timer sangat membantu selama saya berkendara di jalan raya. Jika saya lihat timer masih lama (misal di angka 70), biasanya saya akan mematikan sepeda motor karena masih lama saya berhenti di traffic light. Atau kalau timer menunjukkan angka 3, 4, atau 5 (dengan lampu hijau ), saya dapat memperkirakan sekaligus membuat keputusan cepat apakah harus siap-siap berhenti atau tancap gas lebih dalam (melihat posisi sepeda motor saya berada. Kalau memang saya perkirakan tidak cukup, ya saya bersiap untuk berhenti ... sesekali aja sih tetap nekat kalau lagi pengen ngebut dan tahu persis di daerah itu nggak ada polisi jaga...hahaha...).

Namun, masalah muncul ketika ada penafsiran lain soal bantuan timer ini. Jika lampu hijau menyala dan waktunya masih 3 detik, ada yang mengartikan: "Oh, berarti masih ada 3-5 detik buat tancap gas." Atau ketika lampu merah masih menyala dengan waktu masih 5 detik (belakangan di beberapa traffic light ada tulisan SIAP-SIAP JALAN), ada orang berpikir: "Oh, berarti saya boleh duluan kalau memang dari arah depan dan samping tidak ada kendaraan lewat. Atau minimal saya bisa bunyikan klakson supaya pengendara yang ada di depan bisa jalan rame-rame." (biasanya polisi nggak mungkin nilang kalau yang melanggar rame-rame...kalau harus menilang, biasanya yang paling belakang kena.)

Masalah lainnya jelas terlihat ketika lampu timer tidak jelas apakah berlaku hitung mundur atau maju. Ada traffic light tertentu alurnya maju dengan angka terakhir (dari merah ke hijau) yang tidak pasti apakah berhenti di angka 30 atau 35. Masalah lebih gawat terjadi kalau timer sudah hampir 0, kemudian balik lagi ke angka tertentu (misalnya 10) atau angka mendadak berubah dari 50 langsung 0 (dengan lampu berganti dari hijau ke merah atau sebaliknya).

"Ah, mana mungkin ada lampu begitu?" mungkin ada yang penasaran. Percayalah bahwa kondisi di atas benar-benar ada karena sayalah saksi hidupny ... yang hampir kena celaka kalau tidak ekstra waspada...!!!

Terlepas dari kontroversi atau plus-minus dari penggunaan timer, secara umum saya mendukung tetap diberlakukannya (dipasang) traffic light ber-timer. Asalkan dari pihak terkait (kalau tidak salah Dinas Perhubungan) memastikan sistem atau perangkat elektronik yang ada tidak rusak atau error. Memang namanya perangkat elektronik pasti ada kelemahan dan bisa mengalami error tetapi dengan pengecekan secara berkala dan dilakukan dengan serius niscaya semua peralatan tersebut (berkaitan dengan traffic light) dapat berjalan dengan lancar.

Nah, belakangan kondisi ini sedikit berubah seperti saya katakan di atas. Beberapa traffic light, terutama dari arah Janti sampai ke daerah Delanggu (kab. Klaten), cukup banyak traffic light yang sudah kembali ke model lama, sekalipun masih ada beberapa traffic light ber-timer yang masih terpasang.

Saya amati traffic light model baru ini semakin detail membedakan atau memberi petunjuk kepada para pengendara. Ada beberapa lampu yang terpasang, untuk pengendara yang akan berjalan lurus atau belok. Jadi, kita dapat dengan mudah mendapatkan petunjuk apakah lampu yang menyala (hijau/merah/kuning) berlaku untuk pengendara yang akan lurus atau berbelok. Pada beberapa persimpangan,selain ada petunjuk "BELOK KIRI JALAN TERUS" juga disertai tanda panah arah kiri dengan lampu kuning yang berkedap-kedip.

Penggunaan traffic light model lama ini kembali memberi pelajaran bagi para pengendara untuk berlatih ilmu kira-kira. Ya, kira-kira kalau sekarang lampu hijau menyala, berapa detik lagi akan kuning dan merah. Kalau lampu menyala kuning, kecepatan harus saya tambah berapa supaya lolos atau saya harus siap-siap berhenti. Sisi positifnya adalah mulai berkurangnya suara taaan...tiin...tuuunn... dari para pengendara yang tidak sabar (karena kali ini mereka tidak mendapat petunjuk kurang berapa detik lagi balapan dimulai..hahaha...).

Sisi positif lainnya adalah pengendara tidak perlu lagi dibingungkan, dihebohkan, atau dibuat jengkel dengan timer yang error (seperti saya ceritakan di atas), karena pemahaman dikembalikan ke kondisi semula: kalau lampu merah, siap-siap jalan; lampu hijau boleh berjalan; dan lampu kuning siap-siap berhenti).

Jadi ... mana jenis traffic light yang lebih cocok untuk tipe pengendara di Indonesia? Jawabannya relatif, menurut masing-masing pengendara. Kalau bagi saya sih lebih baik disertai timer, tetapi yang lebih penting lagi adalah kesadaran yang perlu dibangun dalam diri setiap pengendara bermotor, bahwa:

*Jalan raya bukanlah jalan punya simbahmu
*Lalu-lintas di jalan raya bukanlah game (yang bisa direstart atau kita bisa tertawa senang kalau "pengendara" terjungkal atau tabrakan
*Kecelakaan bisa berakibat fatal dan melenyapkan nyawa dalam sekejap
*Mengendarai sepeda motor atau mobil perlu kondisi fit dan konsentrasi penuh
*Bermain HP sambil berkendara membahayakan diri sendiri dan orang lain
*Perlu saling menghormati dan menghargai di antara sesama pemakai jalan 

Terakhir ada beberapa tips berkendara dari saya yang sebaiknya Anda simak baik-baik: (serius .... nggak guyon)

1) Jangan memaksakan diri berkendara ketika mengantuk. Lebih baik minggir sebentar (di tempat yang aman seperti pom bensin atau parkiran I/A-mart), pejamkan mata sejenak, cuci-muka atau mandi dan gosok gigi sekalian), lalu kembali melanjutkan perjalanan.Lebih baik sedikit melambat atau terlambat (kalau memang rasa kantuk tak tertahankan) daripada memaksakan diri yang berujung celaka dua belas, tiga belas, atau berbuah lima belas jahitan.

2) Jangan pacu kendaraan bermotor pada batas maksimal (misal batas maksimal 160 km/jam, cukuplah dengan 80-90 km/jam). Ingatlah jalanan bukan sirkuit yang sudah diatur sedemikian rupa untuk ajang kebut-kebutan. Jalan raya penuh hal yang tak terduga, seperti orang menyeberang sembarangan, sopir bus/truk yang kadang ugal-ugalan, ada hewan menyeberang mendadak, pasir-kerikil di pinggir jalan, cipratan atau tumpahan oli di tengah jalan, lubang menganga, dan masih banyak lagi. Semakin kencang kendaraan Anda melaju dan terjadi sesuatu, akibatnya semakin fatal ... fatal ... fatal bro...!!!

3) Jangan terbiasa menerobos lampu merah hanya karena tidak ada polisi. Orang bilang: Malaikat pelindungmu yang sudah Tuhan kirim selalu menaati peraturan. Jadi ketika kita menerobos lampu, malaikat masih berhenti dan tidak bisa berbuat apa-apa (selain nyukurin) kalau terjadi apa-apa sama diri kita.

4) Kepala Anda tidak lebih kuat dari aspal. Pakailah helm dan pastikan bunyi KLIK sebelum melaju di jalan raya. Jangan gantikan helm dengan topi (sekalipun topi Anda seharga 10 juta), sorban, sanggul, konde, apalagi mengandalkan cat rambut yang sama sekali nggak bisa menambah kekuatan rambutmu (kepalamu) kalau harus beradu dengan aspal atau trotoar.

5) Pastikan lampu kendaraan dalam keadaan OKE, baik lampu belakang maupun lampu depan. Jangan remehkan kondisi lampu yang tidak menyala, terutama kalau berkendara malam hari atau pas kondisi hujan. Mengabaikan pentingnya lampu menyala bisa membahayakan dirimu dan orang lain.

6) Kalau menyalakan lampu sign, jangan buru-buru matikan sebelum selesai belok, juga pastikan arah belokan seirama dengan lampu sign yang Anda nyalakan. Kalau Anda berjalan lurus lalu melihat ada pengendara lain melakukan aksi buka-tutup telapan tangan (sesekali mungkin Anda akan di-klakson), jangan marah-marah atau malah misuh-misuh. Orang itu cuma ingin mengingatkan Anda agar mematikan lampu sign supaya pengendara lain tidak salah tafsir.

7) Masih urusannya dengan lampu sign. Jangan sampai telat menyalakan lampu sign apalagi menggantinya dengan mengayunkan tangan, kaki, apalagi kepala sesuai arah yang ingin Anda tuju untuk berbelok. Lampu sign dipasang dan dibuat kanan-kiri itu ada gunanya, bukan untuk gaya-gayaan.

8) Spion juga dibuat ada tujuannya, termasuk dengan ukuran yang sudah ada standarisasinya. Jangan pernah hadapkan spion ke atas (mau berdoa atau gimana), saling berhadapan (mau menikahkan mereka?), atau cuma dipasang satu bagian (kanan atau kiri). Manfaatkan dengan baik spion yang ada, gantilah kalau mulai buram atau kiwir-kiwir alias hampir patah, dan pastikan ukuran spion pas dengan kebutuhan Anda. Nggak perlu juga bawa cermin segede gaban buat dipasang di sepeda motor atau mobil karena selain berat, mau dipasang di mana juga...

9) Jangan lupa selalu bawa STNK + SIM (sesuai kendaraan yang Anda kendarai). Dengar-dengar dalam waktu dekat ada pembedaan jenis SIM untuk sepeda motor dengan CC tertentu. Nah, silakan cari tahu penjelasan lebih lanjut di dokter keluarga terdekat, eh ... nggak perlu ding... cari di Google aja banyak kok.

10) Jangan lupa bawa uang cukup dan pastikan selalu ada pulsa di HP. Kita tidak tahu sewaktu-waktu ada kendala apa selama di jalan, bisa jadi ban motor bocor, pentil motor hancur, kena serempet orang, bensin habis, atau kehausan karena cuaca sangat terik.

11) Jangan lupa pakai celana atau rok (sesuai jenis kelamin) yang tidak berpotensi membahayakan dirimu (entah itu kain bisa terbelit rantai, kain masuk ke jeruji roda, paha gosong karena kena sinar matahari, atau orang lain bisa celaka karena terlalu asyik melihat pameran bagian tubuh tertentu yang tidak Anda tutupi, padahal seharusnya ditutup.. you know lah maksudnya apa...)

12) Kembali ke poin 1-11 supaya lebih mudheng dan bisa diterapkan selama Anda berkendara. Kalau belum paham juga, bisa kirim email ke saya: widodo.surya.putra@gmail.com biar saja jelasin apa maksudnya...

Sekian tulisan dari saya. Semoga bermanfaat dan menghibur.

 

Salam,

WSP

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun