Mohon tunggu...
Widny Putri
Widny Putri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengungkap Penentu Usia Tumbuhan, "Cincin Tahunan"

25 September 2017   21:54 Diperbarui: 25 September 2017   22:33 1793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya benar sekali, jaringan meristem lateral adalah jaringan yang sangat mempengaruhi cincin tahunan. Karena pada jaringan tersebut terdapat kambium. Sebenarnya, lingkaran tahun terbentuk karena aktivitas pembelahan sel-sel kambium. Aktivitas pembelahan sel kambium ada yang berarah ke dalam dan berarah ke luar. Pembelahan sel kambium ke luar akan membentuk floem, sedangkan pembelahan sel kambium ke dalam akan membentuk xilem.

Lalu berarti tidakkah ada tanaman tidak dapat kita ketahui usianya mengunakan cara cincin tahunan ini? Ya tentunya ada, karena sekali lagi hal ini dikarenakan adanya kambium. Padahal tanaman terklasifikasi dalam tiga bagian, yaitu Bryophyta (tumbuhan lumut), Pterydophyta (tumuhan paku), dan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Tumbuhan berbiji sendiri terbagi menjadi dua yaitu Gymnospermae (berbiji terbuka) dan Angiospermae (berbiji tertutup). Tumbuhan berbiji tertutup sendiri dapat dikelompokan menjadi dua bagian lagi yaitu monokotil (berkeping biji satu) dan dikotil (berkeping biji dua). Sementara kelompok tumbuhan yang memiliki kambium berasal dari beberapa jenis kelompok Gymnospermaedan kelompok tumbuhan dikotil. Kambium pada batang tumbuhan ini dapat membentuk lingkaran tahun.

 Terbentuknya lingkaran tahun selain karena aktivitas kambium juga dipengaruhi oleh perubahan musim atau lebih tepatnya faktor lingkungan. Saat musim penghujan, air cenderung pada jumlah yang banyak, sehingga aktivitas pembelahan sel-sel pada kambium meningkat. Sedangkan saat musim kemarau, air cenderung pada jumlah yang sedikit, sehingga aktivitas pembelahan pada sel-sel kambium menurun atau berkurang. Mengapa demikian? Karena seperti yang sudah saya sebutkan di atas, bahwa kambium yang membelah ke dalam akan membentuk xilem dan yang membelah ke luar akan membentuk floem. Jika xilem merupakan jaringan vaskuler (jaringan angkut) yang akan membawa air dan unsur hara dari akar ke daun, sedangkan floem merupakan jaringan vaskuler yang akan membawa hasil fotosintesis ke seluruh tubuh tumbuhan. Maka maka jelas saja saat terjadi musim hujan yang berarti volume air dan unsur hara yang diserap oleh akar akan meningkat dan membuat tumbuhan tersebut menyesuaikan tubuhnya dengan lingkungan yang dihadapinya. Tumbuhan tersebut akan memperbanyak aktivitas dalam pembentukan xilem. Maka xilem yang terbentuk akan semakin banyak dan lebih renggang sehingga sangat terlihat jelas di batang pohon bahwa xilem yang terbentuk lebih lembab dan berwarna cerah (cokelat muda). Sedangkan sebaliknya, jika saat terjadi musim kemarau, jumlah air yang akan diserap oleh akar pun menurun. Secara otomatis tumbuhan akan menyesuaikan dirinya untuk memperkecil xilem sehingga sel xilem yang terbentuk pada saat musim kemarau sangat padat dan kecil maka akan terlihat pada batang lapisan yang berwarna gelap (cokelat tua) dan terlihat kering. Sedangkan seperti kita ketahui di negara tropis seperti Indonesia ini memiliki 2 musim setiap tahunnya, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Maka mudah kita simpulkan bukan ketika dalam batang pohon terdapat satu lingkaran cokelat muda dan cokelat tua berarti tumbuhan tersebut melewati satu tahun dengan musim kemarau dan musim hujan.

Namun, seperti yang kita ketahui saat ini, pembagian musim dalam satu tahun yang kita alami di akhir -- akhir tahun ini dapat dibilang sudah setidak teratur seperti dulu. Yang selama ini sudah kita pelajari dari dahulu dalam teori, jika di daerah garis khatulistiwa dalam satu tahun terdapat musim hujan yang terjadi kurang lebih pada rentan 23 Oktober hingga 22 April, sedangkan untuk musim kemarau terjadi dari 23 April hingga 23 Oktober. Tapi yang terjadi di era ini justru tidak demikian bukan? Musim hujan dan musim kemarau terjadi tak menentu, bahkan saat sedang terjadi musim kemarau justru di sela -- sela hari terdapat hujan yang tak terduga. Bahkan pola pergantian musim juga sudah tidak terpaku oleh rentan musim yang seharusnya terjadi. Memang hal ini sangat erat kaitannya dengan pemanasan global yang semakin berdampak bagi iklim dan cuaca dunia kita ini. Pemanasan global juga mengakibatkan ketidak seimbangan antara lama musim kemarau dan lama musim hujan. Terlebih saat terjadi peralihan musim atau yang lebih kita kenal dengan musim pancaroba, cuaca menjadi semakin ekstrim dan berubah tiba -- tiba. Terkadang dalam lima hingga tujuh hari, cuaca terasa panas dan terjadi kekeringan. Kemudian, dua hingga 3 hari, terjadi hujan yang lebat dan cuaca yang sendu. Kemudian kembali dengan cuaca terik dan seketika terjadi hujan yang begitu hebatnya. Tak jarang pada saat musim pancaroba seperti itu, banyak orang yang sakit karena pada saat terjadi cuaca panas tubuh kita sudah mulai beradaptasi untuk siap di konsisi seperti itu dan saat belum lama tubuh kita sudah kembali beradaptasi menyesuaikan kondisi lingkungan yang dalam cuaca hujan. Tak terkecuali tumbuhan, khususnya seperti yang kita bahas tadi mengenai aktivitas kambium dalam membentuk xilem. Maka praktis saat terjadi perubahan musim yang tak tentu, pembentukan cincin tahunan juga tidak menentu bahkan menghasilkan pola yang tidak jelas. Atau mungkin bisa jadi dalam satu tahun terjadi pergantian atau peralihan musim yang tak menentu dengan frekuensi yang terbilang sering. Maka sangat mungkin terdapat dua , tiga , atau bahkan lebih pola cincin yang terbentuk meski sebenarnya rentan waktu yang dialami tumbuhan tersebut hanya satu tahun. Tentu metode menentukan usia tumbuhan dengan cincin tahunan ini tidak valid lagi.

Juga faktor lamanya masing -- masing musim berlangsung tak semestinya. Sehingga misalnya musim kemarau berlangsung sangat lama dan musim hujan hanya berlangsung singkat bahkan hanya di sela -- sela musim kemarau, cincin tahunan yang menujukan garis cokelat terang menjadi tidak kelihatan dan tertimpa oleh lingkaran konsentris lain yang seharusnya menunjukan musim yang sudah berbeda. Sehingga kita tidak akan tahu jika pohon tersebut ternyata sudah melewati masa tahun yang berbeda pula. Contoh permasalahan tersebut menunjukan ketidak-valid-an metode cincin tahunan.

Ditambah lagi dengan faktor fluktuasi (ketidak stabilan) sinar matahari yang didapat tumbuhan tersebut. Saat tumbuhan tersebut kekurangan matahari, akitivitas pembelahan xilem juga akan terhambat maka cincin tersebut tidak akan selebar semestinya. Maka akan sangat sulit untuk memprediksi berapa usia tumbuhan tersebut.

Cincin yang sempit tidak hanya menandakan kekurangan sinar matahari atau air. Api hutan mungkin telah merusak mahkota pohon dan memperlambat pertumbuhannya. Defoliasi oleh serangga atau jamur dapat memiliki efek yang sama. Artinya sangat banyak faktor dari luar yang mempengaruhi erornya pembentukan cincin konsentris pada cincin tahunan sehingga sekali lagi cara penentuan usia tumbuhan dengan metode tersebut kini tak valid lagi.

Sekian artikel ini saya buat semoga bermanfaat bagi para pembaca. Bye !!

SUMBER

http://www.apakabardunia.com/2015/01/inilah-cara-mengukur-umur-pohon-dengan.html

https://ilmugeografi.com/bencana-alam/dampak-pemanasan-global

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun