Mohon tunggu...
Widjaya Harahap
Widjaya Harahap Mohon Tunggu... Insinyur - a quietude storyteller

write for soul enrichment and enlightenment

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Amsal Sebuah Masa

29 Oktober 2021   16:13 Diperbarui: 29 Oktober 2021   16:25 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

1
Datanglah sekerat masa
lisan menjungkirbalikkan logika
Nalar yang bersemayam dalam akal
tak jelas ujung, tak menentu pangkal

Tibalah masa sekelebat, tatkala
berabad silam raja pujangga menamsil nubuat
Akal sehat menghamba akal sesat, laksana
lebih mabuk tinimbang tercandu madat

2
Kinilah ketikanya
dusta bersalin rupa
dalam jubah propaganda
Makna diringkus bengkok logika
kewarasan hilang upaya
takluk di kedunguan merajalela
kata-kata hampa makna
menyampah labirin mantiki
nurani terpenjara
dalam perangkap ambisi
dalam syahwat kuasa
dan harta

Adalah sebuah tatkala
meski tak kasat mata
Yang mengalir di dalam nadi
kini menitik di ujung belati

3
Tinggallah yang tertindas dan teraniaya
mendamba hukum kehidupan menjelang nanti
Benderang nurani menemukan jalannya
pada gugur bunga tergelimpang mati

Tinggallah menanti menghampirnya
sebuah niscaya kala
amsal padang Kurusetra
tatkala taruhan dendam minta ditebus
tatkala pedang kesumat menuntut dihunus

4
Di padang paripurnanya tarung
ketika kebajikan menyentakkan busur dan nurani dilepas
Jemparing menghunjam bebusuk jantung
dan gergasi kebatilan tersungkur tumpas

5
Ketika semesta membisu lengang
Tinggal di merah bumi darah meludang
Petaka ingsut menyeret lenggang
Angkara terseok undur gelanggang
Terhuyung memikul busur
jemparing
tombak
belati
dan pedang
rompal dan telanjang

Semoga ketika itu nurani menang

Cisaga, September 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun