Mohon tunggu...
Widjaya Harahap
Widjaya Harahap Mohon Tunggu... Insinyur - a quietude storyteller

write for soul enrichment and enlightenment

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rupanya...

25 April 2021   10:18 Diperbarui: 25 April 2021   10:33 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Layaknya pada sebuah pabrik,
orang-orang saling berlomba
untuk menghasilkan lebih banyak.
Maka berlomba-lombalah mereka memproduksi:
ketidakpedulian,
intoleransi,
diskriminasi,
perundungan,
penistaan,
dan kebohongan.

Bahkan orang-orang menciptakan
produk versi terbaru untuk menggantikan akal sehat,
yang dianggapnya usang: kebodohan.

Laksana pada sebuah pasar
orang-orang saling berlomba
untuk menjual lebih banyak.
Maka menjadi-jadilah mereka menjual:
ketidakpedulian,
intoleransi,
diskriminasi,
perundungan,
penistaan,
dan kebohongan.

Bahkan orang-orang gencar menjual
produk versi terbaru benda pengganti akal sehat, yang dipercayainya sudah usang:
Mereka menjual kebodohan.

Seorang datang ke pasar, menghampiri para pedagang, dan bertanya,

"Adakah dijual kebajikan?"
"Konon ada, tapi bukan di sini tempatnya."
"Di mana?"
"Kami tak tahu."
"Kami tidak mau tahu."

Orang itu berlalu sembari dalam hatinya bergumam,

"Zaman yang dinubuatkan itu sudah datang,

rupanya..."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun