Mohon tunggu...
Widz Stoops
Widz Stoops Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Penulis buku “Warisan dalam Kamar Pendaringan”, Animal Lover.

Smile! It increases your face value.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Balik Layar Novel Kapak Algojo dan Perawan Vestal

12 Juni 2024   19:38 Diperbarui: 12 Juni 2024   20:25 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapak Algojo dan Perawan Vestal, sumber: onepeach.media

Gila Lo, Mbak! Begitu kata penulis Khrisna Pabichara  yang biasa saya panggil Daeng KP, saat saya mengutarakan keinginan untuk menggelar even menulis novel bersama  atau keroyokan pada tahun 2021 lalu.


Terus terang, ide ini berawal dari keinginan saya menulis novel, namun apa daya, kemampuan untuk mewujudkan itu masih sangat minim bahkan cenderung tidak ada sama sekali. Kemudian terlintas di dalam benak saya, pasti banyak penulis di luar sana yang tidak atau belum mumpuni menulis novel namun punya hasrat besar untuk menciptakan sebuah novel. Jadi bagaimana ya caranya agar saya sekaligus para penulis yang tidak atau belum mumpuni tersebut bisa mewujudkan keinginannya? Hmm, bagaimana kalau saya menggandeng penulis lain? Kalaupun ada penulis yang berminat, bagaimana cara pelaksanaannya?

Saat kepala ini sedang dipenuhi oleh pertanyaan  bagaimana kalau gini, bagaimana kalau gitu, tetiba saya teringat even menulis cerpen estafet yang pernah digelar oleh komunitas KPB dipawangi penulis  Lilik Fatimah Azzahra beberapa tahun lalu, yang mana saya ikut berpartisipasi bersama dengan  dua belas peserta lainnya. Dari situlah ide even Novel Bareng ini kemudian berkembang.

Memiliki ide tanpa realisasi adalah sesuatu yang sia-sia.

Penulis yang kemudian kena sasaran saya untuk menumpahkan ide ini adalah Daeng KP. Untungnya, meski pada awalnya saya sempat dibilang 'gila' tapi pada akhirnya tanpa ba-bi-bu, beliau dengan sigap dan senang hati membantu merealisasikan gagasan tersebut.

Sambutan even ini benar-benar di luar dugaan saya, kalau saja Daeng KP tidak mengingatkan saya untuk menutup pendaftaran mungkin  pesertanya akan terus membludak. Akhirnya kita sepakat diangka 34 jumlah penulis.

Bekerja sama dengan Komunitas Secangkir Kopi Bersama yang turut membantu memfasilitasi gagasan ini akhirnya saya  bersama 32 penulis lainnya yang terdiri dari Kompasianers dan non Kompasianers, novelis maupun non-novelis dari arkeolog hingga numerolog, dari yang muda hingga bangkotan seperti Engkong Felix, berasal dari pelbagai daerah di Indonesia bahkan di luar negeri dengan berbagai latar belakang agama dan budaya yang berbeda, bersatu menggarap novel bareng ini. Sungguh, novel ini adalah bukti bahwa slogan Bhineka Tunggal Ika itu bukan isapan jempol belaka.  

Sebagai Kuncen, Daeng KP kebagian melontarkan ide, tokoh, konflik, dan plot awal pada bagian pertama. Bagian selanjutnya diteruskan oleh masing-masing penulis lain yang diberikan kemerdekaan dalam menuliskan apa saja yang terlintas di dalam benak mereka. Tokoh yang sudah mati, misalnya, tiba-tiba muncul lagi pada beberapa bagian setelahnya.

Dalam waktu 175 hari, akhirnya  kami berhasil merampungkan novel ini.

Namun rampungnya even ini sebetulnya adalah awal 'nightmare'nya Daeng KP, sebagai 'kuncen' dari even ini, beliau juga bertanggung jawab dalam proses penyuntingan novel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun