Malam Jum'at #1
Kompasianer yang gemar menulis kuliner seperti Budi Susilo, Siti Nazarotin, Siska Artati, Yulianti, Wahyu Sapta, Sutiono Gunadi, Hennie T. Oberst, Dania, Auky, Christie Damayati, Kaekaha, Erni Purwitosari dan masih banyak lagi mungkin selalu tertarik akan cara-cara terbaru memasak atau mengumpulkan dan mencoba berbagai macam resep untuk dibagikan kepada Kompasianer lainnya secara rutin.
Sementara saya hanya menulis kuliner di Kompasiana "once in a blue moon" alias kalau kebetulan mendengar lolongan serigala pada malam bulan purnama saja (sengaja saya pilih diksi ini dengan harapan dapat membuat bulu kuduk kalian berdiri), karena saya sebetulnya lebih tertarik mengumpulkan menu "take out" dari restoran ketimbang mengumpulkan resep masakan.
Eh, tapi saya suka mengumpulkan hal-hal yang "horor" seputar kuliner di Negara Barat, loh! Nah, pada malam jum'at kali ini saya akan berbagi hal-hal tersebut kepada Kompasianer, khususnya untuk para penulis kuliner.
Sebagian barangkali kalian sudah tahu atau mungkin ada beberapa hal yang kalian belum pernah tahu, jadi sebaiknya buatlah catatan kecil. Namun sebelum memulai, pastikan kalian telah mengunci jendela dan pintu rapat-rapat (kalimat ini juga sengaja saya pakai dengan maksud menakut-nakuti kalian).
1. Menumpahkan garam membawa sial, lemparkan garam untuk menangkal kesialan itu.
Saya pernah bercerita tentang yang satu ini di artikel saya sebelumnya (baca : Hal-hal yang Dapat Kalian Lakukan Saat Malam Jum'at).
Sebagian orang Barat percaya jika kita menumpahkan garam, bersiaplah untuk mendapatkan ketidakberuntungan. Untungnya, kita dapat membalikkan nasib buruk itu hanya dengan melemparkan garam ke atas bahu kiri kita.
Dari mana sih asal- usul kepercayaan akan garam yang sangat populer ini? Nasib buruk menumpahkan garam diduga berasal dari 'Perjamuan Terakhir' Da Vinci, di mana Judas Iscariot menjatuhkankan wadah garam. Jujur saja itu bukanlah hal terburuk yang dia lakukan.
Konon, pada masa itu garam sangat mahal (bahkan digunakan sebagai mata uang atau alat bertransaksi).
Menumpahkan garam jelas berarti membuang uang. Jadi logikanya, melempar garam hanya dilakukan oleh mereka yang mampu membuang garam. Ditambah, dengan melempar garam, sepertinya kita juga dapat membuat mata iblis yang bertengger di bahu kiri kita kelilipan!