“Aku ingin yang itu!” Genevive bersikeras. “Aku harus memilikinya!” Wanita gendut itu telah jatuh cinta pada sebuah properti yang luas di Semenanjung Old Mission, sebelah utara Kota Traverse.
Tak ada yang diinginkan suami Genevive kecuali membahagiakan istrinya yang cemburuan dan bertemperamental. Ia harus merogoh kantungnya dalam-dalam, menghabiskan sebagian besar dari keuntungannya sebagai seorang pengusaha kayu yang sukses untuk membeli properti idaman istrinya.
Setelah melakukan renovasi gila-gilaan pada tahun 1920an, sang “Chicago Tycoon” akhirnya menggunakan rumah tersebut sebagai rumah musim panas mereka.
Genevive juga tidak tanggung-tanggung mendekorasi rumah impiannya. Untuk memudahkan bergerak dari lantai satu ke lantai atas, ia memasang elevator di dalam rumah. Sesuatu yang tidak biasa dilakukan oleh pemilik rumah pada era itu.
Tapi diantara semua barang mewah di dalamnya hanya satu dianggapnya paling berharga. Sebuah kaca berbingkai warna emas didesain khusus agar siapapun yang berdiri di depannya akan selalu terlihat lebih ramping. Genevive yang semakin gendut menghabiskan waktu berjam-jam mengaca setiap harinya
Seiring waktu berlalu, kesehatan Genevive semakin memburuk. Suaminya, J.W. Stickney bahkan membayar perawat khusus untuk merawat istrinya. Tapi si pencemburu, Genevive takut kalau-kalau suaminya jatuh cinta pada wanita lain yang lebih muda, cantik dan langsing tentunya.
Ketakutan Genevive bukanlah tidak beralasan, suaminya memang menjalin hubungan cinta dengan perawat yang dipekerjakannya.
Dan lebih gila lagi, ternyata takdir berkata lain. Suami Genevive wafat lebih dulu. Meninggalkan seluruh kekayaan kepada sang perawat. Sedangkan Genevive hanya mendapatkan rumah dan cermin yang sangat dicintainya.
Genevive tidak sanggup menerima kenyataan, ia mengalami depresi akut. Janda itu kemudian mengakhiri hidup dengan gantung diri di dalam elevator.
Arwah Genevivepun gentayangan.