Kucing memang dikenal sebagai salah satu binatang yang mempunyai kebiasaan (creature of habit). Saat menulis ini pikiranku melayang ke masa saat masih kecil dulu.
Gerombolan kucing jalanan berjumlah sekitar dua puluhan lebih mengunjungi rumah nenekku. Beliau selalu menyediakan nasi dicampur rata dengan ikan yang tersaji di atas sebuah tampah besar.
Kucing- kucing liar tersebut dengan lahap menyantap makanan yang disediakan nenek hingga ludes. Selesai makan, mereka terlihat sibuk membersihkan tangan, mulut dan mukanya. Lalu, satu persatu pergi meninggalkan rumah.
Kejadian itu terus berulang. Dua kali setiap hari. Jam sembilan pagi dan jam lima sore.
Hingga suatu hari dipertengahan tahun 1979, rutinitas tersebut terhenti. Nenekku meninggal dunia. Tepat dihari kepulangannya, gerombolan kucing liar itu datang seolah ikut berduka. Sesaat mereka berkumpul dekat jenazah nenekku. Kemudian satu persatu pergi menjauh.
Setelah kepergian nenek, keluargaku tak pernah lagi melihat mereka datang bertandang. Kucing-kucing itu seolah lenyap dalam duka. Aneh tapi nyata.
Tiga puluh dua tahun sebelumnya, tahun 1947 tepatnya. Seekor kucing terlahir di belahan dunia lain. Kucing kurus tak bertuan ini mencari makan dari satu tempat ke tempat lain.
Tahun 1952, saat usianya genap lima tahun, dalam perjalanannya mencari makan di daerah sekitarnya, ia berhenti pada sebuah gedung Sekolah Dasar Elysian Heights di Echo Park, California. Binatang berkaki empat yang kurus ini perlahan menelusuri ruangan demi ruangan kelas di sekolah itu.
Saat ia menginjak ruangan 8 di mana anak-anak kelas 6 belajar, tiba-tiba bel jam istirahat berbunyi. Anak-anakpun sibuk mengeluarkan bekal makanan yang mereka bawa dari rumah. Kucing kurus itu berhenti di ruangan tersebut berharap mendapatkan sisa-sisa bekal makanan mereka.
Harapannya terkabul. Beberapa anak di ruangan 8 tidak tega melihat kehadiran kucing jalanan yang kurus dan melemparkan sisa makanan untuknya.