Setiap saya akan menonton film-film horor baru, saya pasti akan bertanya dalam hati apakah saya akan lebih menyukainya ketimbang film The Shining ?
Seringkali jawabannya tidak, jadi selama beberapa tahun terakhir saya telah menonton The Shining setidaknya hmmmhh .. katakanlah beberapa kali. Hebatnya, film itu memang tidak pernah membosankan untuk ditonton lagi!
Film yang dibuat tahun 1980 ini disutradrai oleh Stanley Kubrick dan diangkat dari novel Stephen King tahun 1977. Tidaklah kontroversial kalau saya katakan bahwa The Shining adalah film sepanjang masa. Bahkan ada sebuah dokumenter lengkap mengenai room 237, kalau tidak salah ada di Netflix, tentang teori yang dikembangkan banyak orang akan makna tersembunyi di dalam film.
Teorinya sebagian besar konyol, tetapi bukan kebetulan jika orang yang suka mencari makna tersembunyi dalam film-film populer telah terpaku dengan The Shining. Film yang kental dengan detail, dan kaya akan ambiguitas. Memang inilah spesialisasinya Kubrick.
Keterampilan yang digunakan Kubrick dengan efek hebat di film 2001 dan Eyes Wide Shut, keduanya dapat digambarkan sebagai thriller psikologis, tetapi The Shining berdiri sendiri sebagai contoh sempurna tentang cara mengeksekusi horor psikologis: film yang mengaitkan kekerasan fisik nyata dengan kekerasan emosional nyata yang bahkan lebih mengerikan.
Untuk memahami betapa sulitnya itu, tontonlah film horor psikologis lain yang sangat bagus - lalu bandingkan dengan The Shining. Misalnya, coba tonton The Vanishing - tapi yang asli buatan Belanda tahun 1988 (bukan remake Amerika yang kurang bagus menurut saya).
The Vanishing adalah film yang terukur, cerdas, juga menyeramkan. Namun, apakah kalian akan peduli dengan karakter-karakternya seperti kalian peduli dengan Shelley Duvall dan putranya yang masih kecil di The Shining? Jawabannya pasti tidak!
Apa yang membuat The Shining berhasil dengan baik adalah betapa mahir dan efisiennya Kubrick dan co-writernya Diane Johnson menarik kita ke dalam narasi Stephen King tentang kekerasan dalam rumah tangga.
Bahkan saat Jack Nicholson sedang berkeliling hotel, penonton diberi tanda-tanda bahwa ada ketegangan yang mendalam dalam hubungan pasangan itu. Setelah keluarga pindah, cerita secara bersamaan dan secara perlahan masuk ke sisi supernatural dan psikologis.
Kita belajar lebih banyak tentang sejarah keluarga seperti kita belajar lebih banyak tentang sejarah hotel.
Film ini dapat ditonton sepanjang masa karena kita dapat menonton setiap adegan dari berbagai perspektif: melalui mata lugu sang anak, melalui ketidakpercayaan Duvall, melalui kelemahan dan kemarahan Jack Nicholson.