Dear Erin,
Sepertinya baru kemarin menjelang ulang tahunku kau menceritakan inspirasi Mak Joy tentang kehidupan, yang kemudian kau toreh lewat penamu.
" Hidup itu adalah mengindahkan apa yang sudah seharusnya indah. Melihat dunia tidak hanya dari satu sisi, namun lihatlah kepada empat arah mata angin, kemudian temukan penawaran hidup yang sesungguhnya ada di antara ke empat arah mata angin tersebut"
Begitu tulismu. Dera sakit seolah jadi pemicu semangat untuk peduli terhadap orang di sekitarmu. Tulisanmu adalah kado ulang tahun terindah yang tak akan pernah kulupakan.
Kepergian abadi itu bagai pencuri yang menyelinap lewat diksi-diksi dan kemudian mencurimu dari kami tanpa peringatan. Kau adalah harta yang tercuri itu dan tak akan dapat terganti.
Aku di sini, juga sahabat lain para penyandang pena akan sangat kehilanganmu. Walau sua diantara kita tak akan pernah ada, namun getar-getar aksaramu telah menjadi suatu rindu yang nyata pemberi semangat jiwa.
Saat surat ini kutulis, aku yakin kau telah selesai menjelajahi empat arah mata angin itu dan telah tiba pada tempat di mana bidadari-bidadari cantik bergaun tipis bunga-bunga penuh renda warna ungu yang dengan setia menunggumu.
Izinkan senyum dan ikhlasku mengiringi karena kutahu prasasti pengabdianmu telah terukir lewat literasi di jagad fana ini.
Ashes to ashes, dust to dust, may your soul rest in peace!
So long, Erin...
Widz Stoops - 26 February, 2020 - USA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H