Bosan dengan hiruk-pikuk dunia 'virtual' maya, beberapa waktu lalu sayapun memutuskan untuk menelusuri dunia maya yang sebenarnya. Dunia tempat dimana orang-orang Maya pernah tinggal. Cerita tentang peradaban Maya selalu membuat saya terpesona.
Walaupun sepertinya sangat jauh dari apa yang pernah saya lihat di film Indiana Jones atau film-film Hollywood lainnya.
Untuk mengerti mereka, kita memang harus mempunyai kepala dan hati terbuka, dengan kata lain kita harus berpikir seperti orang-orang Maya itu sendiri.
Suku-suku di peradaban Maya sangatlah relijius dan memiliki 160 Dewa. Karena mata pencaharian mereka adalah bertani, maka Dewa hujan-Chac merupakan Dewa yang paling penting dalam kehidupan Maya.
Begitu pentingnya, pada saat musim kering pengorbanan untuk Dewa hujan pun melibatkan manusia (anak kecil laki-laki atau perempuan) yang ditenggelamkan kedalam cenote atau telaga besar bersama dengan emas, batu jade atau barang berharga lainnya.
Dimata kita pengorbanan seperti ini sungguh kejam, tapi tidak untuk bangsa Maya. Pengorbanan bagi mereka adalah suatu kehormatan, dan merupakan bagian dari kepercayaan mereka.
Chichen Itza
Itza sendiri adalah nama dari salah satu suku dalam peradaban Maya. Itza dalam bahasa Maya berarti Air Ajaib. Ada dua cenote atau sumur/telaga yang besar di lokasi tersebut yaitu X-toloc dan Ik Kil.
Bangunan-bangunan Chichen awalnya dibangun degan gaya arsitektur yang dikenal sebagai Puuc, tersebar di bagian selatan dataran rendah komplek bangunan ini termasuk Akabtzib (House of the hidden writing), Chichanchob (The Red House), Iglesia (gereja), Casa De La Monjas (Nunnery) dan Observatory El Caracol.
Konon pendatang inilah yang merupakan cikal bakal suku Itza dan merekalah yang kemudian mendirikan bangunan-bangunan besar lainnya seperti El Castilo, Ball Court, Temple of The Warriors, dan lain-lain.
Uniknya di musim semi dan musim gugur saat matahari mulai terbenam pantulannya memunculkan bayangan ular yang sedang menuruni anak tangga . Sedangkan pahatan ular pada puncak piramid adalah simbol dari Kukulcan, yang merupakan salah satu Dewa utama dalam kepercayaan bangsa Maya.
Bangsa Maya percaya kematian harus diraih dengan perjuangan dan kemenangan. Jadi tidak ada istilah menyerah atau putus asa lalu bunuh diri dalam kamus orang-orang Maya.