Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) mengenalkan permainan tradisional Egrang Batok. Kegiatan ini dilaksanakan pada Kamis, 18 Juli 2024 dengan sasaran pengenalan egrang batok yaitu Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) di Dusun Banger Gunung, Desa Mojosari, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali. Kegiatan tersebut dilakukan setelah mereka mengikuti kegiatan rutin mengaji di Tempat Pendidikan Quran (TPQ) dengan jumlah 46 orang anak di dusun itu.
Pengenalan permainan tradisional ini dipimpin oleh Koordinator Mahasiswa Desa (Kormades) yaitu Damar Adi, yang mempunyai latar belakang pendidikan jasmani, kesehatan dan rekreasi. Sebelum kegiatan ini berlangsung, Damar menjelaskan terlebih dahulu asal-usul Egrang Batok. Egrang Batok ini dibuat dari satu tempurung kelapa yang dipotong menjadi dua bagian, dengan lubang ditengah untuk pegangan.Â
Anak-anak diajarkan bagaimana cara menggunakan permainan ini, mulai dari cara menempatkan tempurung kelapa yang menghadap kebawah, lalu memasukkan jempol kaki kanan dan kaki kiri ke dalam tali yang terikat pada tempurung kelapa, kemudian mengangkatnya dengan menggerakkan kaki bergantian.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengalihkan minat anak-anak dari game online menuju permainan tradisional, serta memanfaatkan potensi lokal berupa batok kelapa yang sering dianggap tidak berguna agar memiliki nilai guna lebih. Permainan Egrang Batok juga bermanfaat dalam melatih perkembangan motorik anak-anak sejak dini, sehingga mereka dapat mengembangkan kelenturan otot dan melatih keseimbangan tubuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H